Apa Itu Inflammatory Bowel Disease (Penyakit Radang Usus)?

Ini merupakan kondisi seumur hidup

Inflammatory bowel disease (IBD) atau penyakit radang usus merupakan nama umum yang digunakan untuk menggambarkan dua penyakit kronis pada saluran usus, yaitu penyakit Crohn dan kolitis ulseratif, yang menyebabkan peradangan pada usus.

Penyakit Crohn dapat menyerang bagian mana pun dari saluran pencernaan mulai dari mulut hingga anus, sementara kolitis ulseratif dapat menyerang bagian mana pun dari usus besar. Kategori ketiga adalah penyakit radang usus kolitis tak tentu, yang mengacu pada IBD yang memiliki ciri-ciri penyakit Crohn dan kolitis ulseratif.

Baik penyakit Crohn maupun kolitis ulseratif biasanya ditandai dengan diare, pendarahan dubur, sakit perut, kelelahan, dan penurunan berat badan.

Bagi sebagian orang, IBD hanyalah penyakit ringan. Sementara bagi yang lain, ini adalah kondisi yang melemahkan dan dapat menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa.

1. Penyebab

Apa Itu Inflammatory Bowel Disease (Penyakit Radang Usus)?ilustrasi sistem kekebalan tubuh (freepik.com/kjpargeter)

Penyebab pasti IBD tidak diketahui. Namun, beberapa faktor bisa meningkatkan risiko penyakit Crohn dan kolitis ulseratif. Dilansir Healthline, ini meliputi:

  • Riwayat keluarga dan genetika: Apabila memiliki orang tua, saudara kandung, atau anak dengan IBD, maka kamu lebih berisiko untuk memilikinya juga. Inilah sebabnya para ahli percaya bahwa IBD kemungkinan memiliki komponen genetik.
  • Sistem kekebalan tubuh: Sistem kekebalan kemungkinan juga berperan dalam IBD. Sistem kekebalan biasanya melindungi tubuh dari patogen. Sementara itu, infeksi bakteri atau virus pada saluran pencernaan bisa memicu respon imun. Saluran pencernaan menjadi meradang ketika tubuh mencoba menciptakan respons kekebalan terhadap patogen. Pada respons imun yang sehat, peradangan akan hilang saat infeksinya hilang. Namun, pada orang dengan IBD, peradangan saluran pencernaan bisa terjadi meski tidak ada infeksi. Sistem kekebalan malah menyerang sel-sel tubuh sendiri. Hal ini dikenal sebagai respons autoimun. Selain itu, IBD juga dapat terjadi saat peradangan tidak kunjung hilang sesudah infeksinya sembuh. Peradangan dapat berlanjut selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.
  • Merokok: Merokok merupakan salah satu faktor risiko utama berkembangnya penyakit Crohn. Selain itu, merokok juga memperburuk rasa sakit dan gejala lain yang berkaitan dengan penyakit Crohn. Ini juga meningkatkan risiko komplikasi. Akan tetapi, kolitis ulseratif terutama menyerang orang yang bukan perokok dan mantan perokok.
  • Etnis: IBD biasa dialami siapa saja. Namun, menurut penelitian, kelompok etnis tertentu, termasuk orang kulit putih dan Yahudi Ashkenazi, berisiko lebih tinggi. Selain itu, tingkat IBD juga meningkat di kalangan orang kulit hitam di Inggris, terutama kelompok muda, menurut sebuah penelitian tahun 2011 yang dilakukan oleh Crohn's dan Colitis UK. Penelitian ini melibatkan kelompok muda berusia antara 16 dan 24 tahun, karena gejala IBD cenderung muncul pada usia lebih muda pada 20 hingga 25 persen orang.
  • Usia: IBD bisa terjadi pada usia berapa pun. Namun, pada kebanyakan kasus, penyakit ini dimulai sebelum usia 35 tahun.
  • Faktor lingkungan: Orang-orang yang tinggal di daerah perkotaan dan negara-negara industri mempunyai risiko lebih tinggi terkena IBD, menurut riset tahun 2019. Sebab, penduduk di negara-negara industri juga cenderung mengonsumsi lebih banyak makanan berlemak dan olahan, yang telah terbukti berkaitan dengan perkembangan IBD, menurut sebuah penelitian tahun 2021. Selain itu, IBD juga lebih umum di antara orang-orang yang tinggal di iklim utara, yang sering kali dingin. Para peneliti yang meninjau dampak faktor lingkungan terhadap IBD juga menemukan bahwa gaya hidup atau pekerjaan yang tidak banyak bergerak meningkatkan risiko IBD. 
  • Jenis kelamin: IBD cenderung memengaruhi pria dan perempuan secara setara. Menurut sebuah studi tahun 2008, kolitis ulseratif umumnya lebih sering terjadi pada pria berusia di atas 45 tahun daripada perempuan rentang usia yang sama. Selain itu, penyakit Crohn lebih sering terjadi pada anak perempuan dan perempuan berusia di atas 14 tahun.

2. Gejala

Apa Itu Inflammatory Bowel Disease (Penyakit Radang Usus)?ilustrasi memegang perut yang sakit (freepik.com/asierromero)

Gejala IBD bervariasi, tergantung lokasi dan tingkat keparahan peradangannya. Gejala yang mungkin muncul dapat termasuk:

  • Diare, yang terjadi saat bagian usus yang terkena tidak bisa menyerap kembali air.
  • Ulkus berdarah, yang bisa menyebabkan darah muncul di tinja (suatu kondisi yang dikenal sebagai hematochezia).
  • Sakit perut, kram, dan kembung karena gangguan usus.
  • Penurunan berat badan dan anemia, yang bisa menyebabkan keterlambatan pertumbuhan atau perkembangan fisik pada anak.

Orang dengan penyakit Crohn kemungkinan juga mengalami seriawan di mulutnya. Terkadang, bisul dan robekan juga muncul di sekitar area genital atau usus. Selain itu, IBD juga dikaitkan dengan masalah di luar sistem pencernaan, seperti:

  • Radang mata.
  • Kelainan kulit.
  • Radang sendi.

Baca Juga: Penyakit Crohn: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

3. Komplikasi yang bisa ditimbulkan

Apa Itu Inflammatory Bowel Disease (Penyakit Radang Usus)?ilustrasi dirawat di rumah sakit (freepik.com/DCStudio)

IBD bisa menyebabkan beberapa komplikasi serius pada usus. Ini termasuk:

  • Pendarahan usus yang banyak akibat tukak.
  • Perforasi atau pecahnya usus.
  • Penyempitan (striktur) dan penyumbatan usus, pada penyakit Crohn.
  • Fistula (saluran abnormal) dan penyakit perianal, yaitu penyakit pada jaringan di sekitar anus. Kondisi ini lebih sering terjadi pada penyakit Crohn daripada kolitis ulseratif.
  • Megakolon toksik, yaitu pelebaran usus besar ekstrem yang mengancam nyawa. Hal ini lebih terkait dengan kolitis ulseratif daripada penyakit Crohn.
  • Malnutrisi.

IBD, khususnya kolitis ulseratif, juga meningkatkan risiko kanker usus besar. Menurut Johns Hopkins Medicine, memiliki IBD bisa meningkatkan risiko kanker usus besar hingga empat kali lipat. Makin lama seseorang hidup dengan radang usus, maka makin besar kemungkinan terjadinya perubahan kanker pada sel usus.

Data menunjukkan risiko kanker usus besar meningkat pada pasien yang didiagnosis IBD pada usia lebih muda, terutama jika mereka memiliki riwayat keluarga dengan kanker usus besar atau faktor risiko lainnya, termasuk pernah menderita kolangitis sklerosis primer.

Oleh karena itu, jika kamu memiliki IBD selama delapan tahun atau lebih, maka lakukan skrining kanker dengan kolonoskopi setiap satu hingga tiga tahun, tergantung risiko kanker usus besar yang dimiliki.

IBD juga bisa memengaruhi organ lain. Misalnya, seseorang dengan IBD kemungkinan juga menderita radang sendi, kondisi kulit, radang mata, gangguan hati dan ginjal, atau pengeroposan tulang. Dari seluruh komplikasi di luar usus tersebut, artritis adalah yang paling umum terjadi. Komplikasi sendi, mata, dan kulit, sering terjadi bersamaan, mengutip WebMD.

4. Diagnosis

Apa Itu Inflammatory Bowel Disease (Penyakit Radang Usus)?ilustrasi CT scan (freepik.com/freepik)

Penyakit Crohn dan kolitis ulseratif menyebabkan gejala serupa. Tidak ada tes tunggal yang bisa mendiagnosis keduanya. Untuk membuat diagnosis, maka dokter akan mengajukan pertanyaan tentang gejala yang dimiliki pasien.

Selain itu, dokter juga akan melakukan pemeriksaan, yang dimulai dengan hitung darah lengkap dan tes tinja untuk mencari tanda-tanda peradangan usus. Dilansir Cleveland Clinic, beberapa tes di bawah ini mungkin juga dibutuhkan:

  • Kolonoskopi, untuk memeriksa usus besar dan usus kecil.
  • EUS (USG endoskopi), untuk memeriksa saluran pencernaan apakah ada pembengkakan dan bisul.
  • Sigmoidoskopi fleksibel, untuk memeriksa bagian dalam rektum dan anus.
  • Pemindaian pencitraan seperti CT scan atau MRI, untuk memeriksa tanda-tanda peradangan atau abses.
  • Endoskopi bagian atas, untuk memeriksa saluran pencernaan mulai dari mulut hingga awal usus kecil.
  • Endoskopi kapsul, menggunakan perangkat kamera kecil yang pasien telan. Kamera akan menangkap gambar ketika bergerak melalui saluran pencernaan.

5. Pengobatan

Apa Itu Inflammatory Bowel Disease (Penyakit Radang Usus)?ilustrasi memegang obat (freepik.com/stefamerpik)

Perawatan IBD bervariasi tergantung pada jenis dan gejala tertentu. Pengobatan dapat membantu mengendalikan peradangan sehingga pasien tidak mengalami gejala (remisi).

Pengobatan untuk mengobati IBD meliputi:

  • Aminosalicylates (obat antiinflamasi seperti sulfasalazine, mesalamine, atau balsalazide) meminimalkan iritasi pada usus.
  • Antibiotik mengobati infeksi dan abses.
  • Bahan biologis mengganggu sinyal dari sistem kekebalan yang menyebabkan peradangan.
  • Kortikosteroid, seperti prednisone, menjaga sistem kekebalan tubuh dan mengatasi kekambuhan atau perburukan gejala.
  • Imunomodulator menenangkan sistem kekebalan yang terlalu aktif.

Obat yang dijual bebas ini juga bisa memberikan manfaat:

  • Obat antidiare.
  • Obat antiinflamasi nonsteroid.
  • Vitamin dan suplemen seperti probiotik.

Operasi untuk penyakit Crohn

Sebanyak 7 dari 10 orang dengan penyakit Crohn pada akhirnya memerlukan pembedahan ketika obat-obatan tidak lagi dapat meredakan gejalanya. Selama reseksi usus, ahli bedah:

  • Menghilangkan segmen usus yang sakit.
  • Menghubungkan kedua ujung usus yang sehat menjadi satu (anastomosis).

Setelah operasi, sisa usus beradaptasi dan berfungsi seperti sebelumnya. Sekitar 6 dari 10 orang yang menjalani operasi penyakit Crohn akan kambuh lagi dalam waktu 10 tahun. Reseksi usus lainnya mungkin merupakan pilihan yang baik, mengutip Cleveland Clinic.

Operasi untuk kolitis ulseratif

Setelah 30+ tahun hidup dengan kolitis ulseratif, sekitar 1 dari 3 orang memerlukan pembedahan.

Seorang ahli bedah akan:

  • Mengangkat usus besar (kolektomi) atau usus besar dan rektum (proktokolektomi).
  • Menghubungkan usus kecil dan anus.
  • Menciptakan kantong ileum yang menampung tinja, yang kemudian keluar melalui anus.

Jarang, pasien mungkin memerlukan ileostomi sebagai pengganti kantong ileum. Kantong ileostomi dipasang di luar perut untuk menampung tinja.

Proktokolektomi bersifat kuratif. Gejala tidak akan kembali setelah operasi pengangkatan usus besar dan rektum. Namun, pasien mungkin mengalami masalah pada ileostomi atau kantong ileum, seperti pouchitis (peradangan dan infeksi).

7. Prognosis

Apa Itu Inflammatory Bowel Disease (Penyakit Radang Usus)?ilustrasi memegang perut yang sakit (freepik.com/jcomp)

Karena IBD adalah kondisi seumur hidup, bekerja samalah dengan dokter untuk meredakan gejala dalam jangka panjang. Dengan perawatan yang tepat, orang dengan IBD bisa mencegah kekambuhan dan mendapatkan masa remisi yang lama.

Janji tindak lanjut dengan ahli gastroenterologi mungkin diperlukan setiap satu tahun sekali setelah rencana perawatan ditetapkan, tergantung gejala yang dimiliki. Di antaranya kunjungan rutin ini, penting untuk melanjutkan pemeriksaan dengan dokter perawatan primer, yang bisa memantau kesehatan fisik dan mental, meninjau pengobatan, bekerja sama untuk menangani efek samping, dan mendukung komitmen untuk mencegah kambuhnya penyakit.

Selain itu, penting juga untuk tidak terlalu fokus pada IBD sehingga mengabaikan aspek kesehatan yang lain. Cobalah untuk tetap mengikuti pemeriksaan dan perawatan pencegahan, serta menghubungi dokter untuk mengetahui gejala atau tanda non-IBD yang bisa mengindikasikan masalah kesehatan.

Gejala seperti nyeri, demam, dan sering ke kamar mandi dapat membuat orang dengan IBD kesulitan untuk tidur sepanjang malam. Bahkan, kesulitan tidur juga bisa menandakan bahwa kambuhnya IBD akan segera terjadi.

Selain itu, kurang tidur kronis juga bisa memengaruhi kesehatan secara keseluruhan dan memperburuk kualitas hidup. Oleh sebab itu, bicarakan dengan dokter yang merawat tentang cara untuk bisa tidur nyenyak.

Mengelola kondisi seumur hidup seperti IBD bisa menantang. Karenanya, bukan hal aneh jika pasien IBD menjadi cemas atau depresi. Mengunjungi konselor kesehatan mental bisa membantu.

Baca Juga: Kolitis Ulseratif: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan

Eliza Ustman Photo Verified Writer Eliza Ustman

'Menulislah dengan hati, maka kamu akan mendapatkan apresiasi yang lebih berarti'

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya