Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Fakta Sifilis Kongenital, Ditularkan oleh Ibu ke Bayi saat Hamil

Seorang perempuan hamil memegang perutnya.
ilustrasi ibu hamil (IDN Times/Novaya Siantita)
Intinya sih...
  • Sifilis kongenital disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum yang bisa menular dari ibu ke janin, menyebabkan risiko serius seperti keguguran atau bayi lahir mati.
  • Gejala sifilis kongenital pada bayi meliputi demam, ruam kulit, gangguan pendengaran, hingga kelainan bentuk wajah dan tulang.
  • Idealnya, semua perempuan hamil harus menjalani tes sifilis saat memeriksakan kandungan untuk pertama kalinya.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Sifilis adalah infeksi menular seksual yang dapat menular ke janin selama kehamilan. Jika janin atau bayi baru lahir tertular saat masih berada dalam kandungan, kondisi ini disebut sifilis kongenital.

Perempuan hamil bisa terinfeksi sifilis baik sebelum maupun saat masa kehamilan. Banyak yang tidak menyadarinya karena gejala sifilis bisa sangat ringan atau bahkan tidak tampak. Namun, infeksi ini berisiko serius. Selama kehamilan, sifilis dapat menyebabkan keguguran, bayi lahir mati, atau bayi lahir dengan sifilis kongenital. Infeksi dapat ditularkan dari ibu ke janin pada tahap kehamilan mana pun.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 2022 saja diperkirakan terjadi 7,1 juta infeksi sifilis baru secara global, dan sifilis kongenital tetap menjadi salah satu penyebab utama bayi lahir mati di banyak wilayah dengan keterbatasan sumber daya.

1. Penyebab dan faktor risiko sifilis kongenital

Kata "kongenital" berarti “sudah ada sejak lahir.” Artinya, bayi yang dilahirkan sudah membawa infeksi tersebut. Dalam sebagian kasus, infeksi bahkan bisa begitu berat hingga janin meninggal sebelum sempat lahir.

Penyebab sifilis kongenital adalah bakteri Treponema pallidum, sama seperti sifilis pada orang dewasa. Bakteri ini bisa menembus plasenta dan langsung masuk ke aliran darah janin. Dari sana, bakteri menyebar ke seluruh tubuh, menyerang organ-organ penting dan tulang, menimbulkan peradangan yang berbahaya.

Ada juga bayi yang tertular saat proses persalinan, ketika bersentuhan dengan luka sifilis di jalan lahir, meski cara penularan ini lebih jarang.

Akan tetapi, tidak semua bayi dari ibu dengan sifilis otomatis akan lahir dengan sifilis kongenital. Risikonya tergantung kapan sang ibu pertama kali terinfeksi. Jika infeksi terjadi baru-baru ini (tepat sebelum atau saat hamil) risikonya jauh lebih tinggi dibanding jika infeksi sudah lama (lebih dari satu tahun sebelum kehamilan).

Salah satu faktor risiko sifilis kongenital terbesar adalah tidak adanya perawatan kehamilan (antenatal care). Jika ibu hamil tidak pernah memeriksakan diri, atau baru datang ke tenaga kesehatan saat usia kehamilan sudah lanjut, maka infeksi sifilis bisa tidak terdeteksi. Tanpa pengobatan, risiko penularan ke janin meningkat, bahkan bisa menyebabkan keguguran atau bayi lahir mati.

Karena itu, sangat penting untuk mulai kontrol kehamilan sejak trimester pertama. Pemeriksaan rutin memungkinkan dokter atau bidan mendeteksi masalah sejak dini dan segera memberikan pengobatan.

Faktor lain yang meningkatkan risiko sifilis pada ibu hamil termasuk:

  • Memiliki banyak pasangan seksual.
  • Menggunakan obat-obatan tanpa resep bersamaan dengan aktivitas seksual.
  • Melakukan hubungan seksual sebagai bentuk transaksi (seks komersial).

2. Gejala dan dampak sifilis kongenital pada bayi

Sebagian besar bayi yang sudah terinfeksi sejak dalam kandungan tampak normal saat lahir. Namun, seiring waktu, gejala bisa muncul.

Pada bayi di bawah usia 2 tahun, gejala dapat berupa:

  • Hati dan/atau limpa membesar (teraba massa di perut).
  • Gagal tumbuh atau berat badan tidak bertambah (termasuk lahir dengan berat badan rendah).
  • Demam.
  • Rewel atau mudah marah.
  • Iritasi dan pecah-pecah pada kulit di sekitar mulut, alat kelamin, dan anus.
  • Ruam kulit yang awalnya berupa lepuhan kecil, terutama di telapak tangan dan kaki, lalu berubah menjadi ruam berwarna tembaga, bisa datar atau menonjol.
  • Kelainan tulang.
  • Tidak bisa menggerakkan lengan atau kaki karena nyeri.
  • Cairan encer dari hidung.

Pada bayi yang lebih besar dan anak kecil, gejala dapat meliputi:

  • Gigi berbentuk khas: bergerigi dan runcing, disebut gigi Hutchinson.
  • Nyeri tulang.
  • Kebutaan.
  • Kekeruhan pada kornea (lapisan bening penutup bola mata).
  • Gangguan pendengaran atau tuli.
  • Deformitas hidung dengan pangkal hidung yang rata (saddle nose).
  • Lesi keabu-abuan seperti lendir di sekitar anus dan vagina.
  • Pembengkakan sendi.
  • Saber shins (kelainan bentuk tulang kering).
  • Jaringan parut pada kulit di sekitar mulut, alat kelamin, dan anus.

3. Bisa diketahui dengan tes sifilis

Seorang tenaga medis memegang dua wadah sampel darah.
ilustrasi sampel darah (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Idealnya, semua perempuan hamil harus menjalani tes sifilis saat memeriksakan kandungan untuk pertama kalinya. Terkadang, tes ini perlu diulang di awal trimester ketiga dan setelah melahirkan. Tes ini dilakukan dengan mengambil sampel darah dari pembuluh darah di lengan.

Jika hasil tesnya negatif, kemungkinan tidak terkena sifilis namun dianjurkan untuk melakukan tes ulang. Ini karena antibodi tidak langsung terbentuk, butuh waktu beberapa minggu setelah terinfeksi.

Dokter mungkin juga akan menguji darah bayi dan melakukan tes lain, seperti pungsi lumbal (spinal tap) atau sinar-X. Tujuannya adalah memastikan apakah bayi mengidap sifilis kongenital atau tidak.

4. Pengobatan sifilis kongenital

Dokter menggunakan penisilin untuk mengobati sifilis kongenital. Ada dua cara utama yang bisa dilakukan:

  • Mengobati ibu saat masih hamil: Memberikan satu atau lebih suntikan penisilin.
  • Mengobati bayi setelah lahir: Memberikan penisilin melalui infus (intravena) atau suntikan.

Pendekatan pengobatan ditentukan oleh beberapa hal:

  • Kapan sifilis pertama kali terdiagnosis pada ibu.
  • Apakah pengobatan dimulai saat kehamilan, dan pada usia kehamilan berapa.
  • Risiko bayi tertular sifilis saat lahir.
  • Gejala dan tanda yang muncul pada bayi setelah lahir.

Idealnya, pengobatan dimulai selama kehamilan dan minimal 30 hari sebelum persalinan. Dengan begitu, infeksi pada ibu bisa sembuh, dan infeksi pada janin juga berpeluang teratasi. Namun, sebagian bayi tetap bisa lahir dengan sifilis kongenital meskipun ibunya sudah mendapat terapi cukup awal.

Tenaga kesehatan akan menilai risiko bayi tertular sifilis saat lahir, lalu merencanakan pengobatan sesuai hasil penilaian. Risiko ini dipengaruhi oleh riwayat pengobatan ibu dan hasil pemeriksaan darah tertentu.

Jika seorang ibu pernah mengidap sifilis tetapi sudah mendapat pengobatan yang adekuat sebelum hamil, kemungkinan bayinya terkena sifilis sangat kecil. Dalam banyak kasus, bayi bahkan tidak memerlukan pengobatan.

Sebaliknya, jika ibu masih terinfeksi sifilis saat hamil, tenaga kesehatan akan menilai dengan cermat risiko bayi. Bayi dengan risiko tinggi biasanya perlu dirawat di rumah sakit untuk mendapat terapi penisilin.

Jika ibu mendapat pengobatan sejak awal kehamilan, bayi mungkin tidak perlu dirawat lama di rumah sakit. Bayi bisa dipulangkan dengan pemantauan ketat, sering kali setelah menerima satu kali suntikan penisilin.

Tim medis bayi akan menjelaskan secara rinci rencana pengobatan yang perlu dijalani.

5. Komplikasi yang bisa terjadi dari sifilis kongenital

Masalah kesehatan yang bisa terjadi jika bayi tidak mendapatkan pengobatan antara lain:

  • Kebutaan.
  • Ketulian.
  • Kelainan bentuk wajah.
  • Masalah sistem saraf.

6. Pencegahan sifilis kongenital

Seorang ibu hamil tengah berkonsultasi dengan dokter kandungan.
ilustrasi pemeriksaan prenatal rutin (pexels.com/MART PRODUCTION)

Pada akhirnya, mencegah selalu lebih baik daripada mengobati. Kunci agar bayi tidak terkena sifilis kongenital adalah orang tuanya tidak bergonta-ganti pasangan seksual. Namun, perlu diingat bahwa pasangan dalam hubungan monogami sekalipun juga perlu menjalani tes sifilis.

Selain itu, selalu gunakan kondom saat melakukan hubungan seksual dan hindari kontak dengan luka sifilis. Jenis kondom yang disarankan adalah lateks dan harus dipakai dengan benar.

Kalau kamu curiga mengidap penyakit menular seksual seperti sifilis, segera dapatkan bantuan medis untuk menghindari komplikasi seperti menulari bayi selama kehamilan atau kelahiran.

Perawatan prenatal sangat penting. Tes darah rutin untuk sifilis dilakukan selama kehamilan. Tes ini membantu mengidentifikasi ibu yang terinfeksi sehingga mereka dapat diobati untuk mengurangi risiko terhadap bayi dan diri mereka sendiri. Bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi dan menerima pengobatan antibiotik yang tepat selama kehamilan memiliki risiko minimal terkena sifilis kongenital.

Referensi

Francois Rosset et al., “The Epidemiology of Syphilis Worldwide in the Last Decade,” Journal of Clinical Medicine 14, no. 15 (July 28, 2025): 5308, https://doi.org/10.3390/jcm14155308.

"Congenital Syphilis." Cleveland Clinis. Diakses September 2025.

“Congenital Syphilis." MedlinePlus Medical Encyclopedia,” n.d., https://medlineplus.gov/ency/article/001344.htm.

"Mother-to-child transmission of syphilis." World Health Organization. Diakses September 2025.

"Congenital Syphilis Infections: Signs, Testing, Treatment & Prevention." American Academy of Pediatrics. Diakses September 2025.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nena Zakiah
Nuruliar F
3+
Nena Zakiah
EditorNena Zakiah
Follow Us

Latest in Health

See More

Apakah Boleh Gym Setiap Hari? Ini Dampaknya pada Tubuh

24 Sep 2025, 15:25 WIBHealth