General Adaptation Syndrome: Tanda, Tahapan, dan Mekanisme Koping

Sudah jadi rahasia umum apabila stres yang tidak terkontrol dapat memengaruhi kesehatan mental maupun fisik. Meskipun stres termasuk kejadian umum dalam kehidupan sehari-hari, penting bagi siapa pun untuk mengelolanya dengan baik.
Manifestasi paparan stres sangat beragam. Salah satunya adalah kemunculan gejala klinis yang saling berhubungan atau biasa dikenal dengan sindrom. Ada satu jenis sindrom yang terkoneksi dengan stres, yakni general adaptation syndrome (GAS) atau sindrom adaptasi umum. Sindrom ini termasuk bagian dari mekanisme tubuh ketika terpapar stresor (pemicu stres) secara intens. Selisik ulasan lengkapnya di bawah ini.
1. Cikal bakal kemunculan

GAS merupakan proses tubuh yang terdiri dari berbagai tahapan yang menggambarkan perubahan fisiologis saat mengalami stres. Kemunculan istilah ini berkat peran tokoh peneliti medis sekaligus dokter bernama Hans Selye.
Hans mencetuskan teori mengenai GAS melalui tindakan eksperimen dengan tikus laboratorium. Dirinya kemudian mengamati serangkaian perubahan fisiologis pada tikus setelah terpapar peristiwa yang memicu stres.
Penelitian tambahan dilakukan Hans guna membantu menarik kesimpulan yang menyatakan bahwa perubahan selama eksperimen termasuk respons khas terhadap stres. Ia lantas mengidentifikasi tahap-tahap tersebut sebagai sebagai alarm, resistance, dan exhaustion.
2. Tahapan

GAS terjadi melalui tiga tahap proses dalam tubuh dengan cara berbeda. Penting untuk dipahami bahwa perubahan fisiologis selama tiga proses tersebut dapat menciptakan efek negatif jangka panjang. Tiga tahap GAS meliputi:
- Alarm: Selama tahap ini seseorang rentan mengalami peningkatan tekanan darah dan detak jantung. Ini berkaitan dengan pengiriman sinyal bahaya ke otak yang kemudian direspons dengan mengirimkan pesan ke tubuh. Pesan ke tubuh memengaruhi pelepasan hormon adrenalin dan glukokortikoid yang terkoneksi dengan mekanisme fight or flight.
- Resistance: Dalam tahap ini, tubuh akan berusaha menggagalkan perubahan yang terjadi selama tahap reaksi dengan bantuan sistem saraf parasimpatik. Ini terjadi biasanya ketika stresor perlahan mulai berhenti. Dalam tahap resistance, tubuh mulai menurunkan tekanan darah dan detak jantung serta mengurangi kadar adrenalin dan kortisol.
- Exhaustion: Tahap kelelahan terjadi akibat stres berkepanjangan. Jika stresor berlanjut, maka tubuh merasa kelelahan untuk terus melawannya. Ini adalah tahap paling berisiko dari GAS, karena di sinilah masalah kesehatan bisa muncul.
3. Tanda

Masing-masing tahapan GAS cenderung menunjukkan tanda-tanda spesifik tersendiri. Adapun tanda-tanda tersebut di antaranya:
- Tahap alarm: Tubuh akan bereaksi dengan cara tekanan darah tinggi, detak jantung makin cepat, perasaan tertentu meningkat, pupil membesar, serta kulit menjadi kemerahan.
- Tahap resistance: Tubuh akan menunjukkan tanda khas seperti frustrasi, terganggunya konsentrasi, dan lekas marah.
- Tahap exhaustion: Tubuh dapat mengembangkan kondisi yang berhubungan dengan stres, misalnya kelelahan, kecemasan, depresi, masalah kognitif, dan insomnia.
4. Upaya identifikasi

Hans menggunakan istilah GAS untuk mendefinisikan perubahan fisik ketika stres melanda. Di samping perubahan fisik, ia juga memperhatikan bahwa tikus laboratorium mengalami perubahan psikologis selama eksperimen berlangsung, salah satunya pada suhu yang ekstrem.
Jika dilihat implikasinya pada manusia, pemicu stres dapat terjadi karena situasi atau kondisi tertentu, misalnya:
- Kehilangan orang yang dicintai (kematian).
- Menghadapi kenyataan perpisahan dengan orang lain (perceraian atau putus cinta).
- Berada dalam sistem pekerjaan yang memiliki tekanan ekstra dan sering menuntut.
- Dipecat dari pekerjaan.
- Masalah kesehatan.
- Masalah finansial.
- Pengalaman trauma.
Penting untuk dipahami bahwa meskipun Hans hanya mengidentifikasi stresor fisik dalam percobaan awalnya, semua jenis stres dapat menyebabkan GAS.
Dalam tahap awal GAS, tubuh akan memasuki mode fight or flight. Mode tersebut dapat dikatakan penting karena dapat membantu melindungi seseorang selama situasi stres atau berbahaya. Dengan kata lain, seseorang mendapatkan suplai energi yang membuatnya lebih mudah berpikir kritis dalam mengatasi situasi stres.
5. Mekanisme koping

Menemukan cara untuk mengatasi stres berkepanjangan akan membantu mencegah tubuh memasuki tahap exhaustion. Pada dasarnya, seseorang harus mengidentifikasi penyebab stres dan berusaha meminimalkannya.
Dilansir Verywell Mind, beberapa teknik berikut dipercaya dapat membantu mengelola stres secara lebih sehat, mencakup:
- Makan makanan dengan gizi seimbang.
- Olahraga secara teratur.
- Berlatih teknik pernapasan.
- Mengidentifikasi pemicu stres.
- Menuliskan semua perasaan atau journaling.
- Menceritakan masalah yang sedang dihadapi kepada seseorang yang dapat dipercaya.
General adaptation syndrome adalah proses tiga tahap yang dilalui tubuh saat terkena paparan tertentu yang membuat stres. Stres jangka panjang memiliki dampak negatif terhadap kesehatan fisik maupun mental.
Penting bagi siapa saja untuk memahami pemicu stres. Ini dapat membantu seseorang untuk melakukan perubahan gaya hidup sebagai upaya manajemen. Jika efek yang ditimbulkan dirasa sudah cukup signifikan, maka disarankan untuk menemui tenaga ahli profesional. Dokter atau psikolog dapat membantu memanajemen stres melalui intervensi medis yang disesuaikan dengan kebutuhan pasiennya.