Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Lebih dari Merawat, Jasa Caregiver Hadir Membawa Harapan

Seorang caregiver memberikan dukungan pada seseorang yang sedang duduk di kursi roda.
ilustrasi caregiver (pexels.com/Ivan Samkov)
Intinya sih...
  • Peran caregiver sangat penting dalam memberikan perawatan dan dukungan emosional bagi pasien yang membutuhkan, baik di rumah sakit maupun di rumah.
  • Dukungan individu seperti konseling psikososial dan edukasi personal dapat membantu caregiver mengelola stres, depresi, dan beban perawatan pasien.
  • Dibutuhkan dukungan luas dari komunitas dan sistem layanan kesehatan agar para caregiver tidak kelelahan sendirian dalam merawat pasien yang sakit atau lansia.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Tidak semua pasien yang harus dirawat berhari-hari di rumah sakit—entah karena pembedahan, penyakit kronis, atau kondisi medis lain—punya keluarga atau orang terdekat yang bisa selalu mendampingi. Di sisi lain, tenaga medis juga memiliki keterbatasan waktu dan fokus utama pada aspek klinis, bukan pendampingan personal.

Di sinilah peran caregiver muncul. Mereka bukan hanya membantu kebutuhan dasar pasien, seperti makan, mandi, minum obat, atau berpindah tempat tidur. Lebih dari itu, caregiver juga bisa menjadi pendengar yang sabar, pengingat setia untuk terapi, sekaligus penyemangat ketika pasien merasa lelah menjalani perawatan. Kehadiran mereka menjembatani celah antara pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan. Mereka memberikan empati, dukungan emosional, serta sentuhan kemanusiaan yang sangat berarti dalam proses penyembuhan pasien.

Apa itu caregiver?

Caregiver, atau pengasuh, adalah sosok yang hadir untuk memberikan perawatan kepada mereka yang membutuhkan bantuan, baik anak-anak, orang dewasa, maupun lansia. Alasannya bisa beragam, mulai dari cedera, disabilitas, hingga penyakit kronis seperti Alzheimer atau kanker.

Ada caregiver informal, biasanya berasal dari anggota keluarga atau teman. Namun, ada juga caregiver profesional yang bekerja secara berbayar, memberi pendampingan baik di rumah, rumah sakit, maupun fasilitas kesehatan lainnya.

Merawat seseorang yang sakit memang bisa mempererat ikatan dengan orang tercinta. Meski demikian, menjadi caregiver bukanlah hal yang mudah. Tanggung jawab yang nyaris 24 jam, mungkin ditambah tuntutan lain seperti mengurus anak atau pekerjaan, sering kali membuat mereka rentan stres.

Dalam beberapa tahun terakhir, jasa caregiver profesional makin diminati. Pertumbuhan layanan home care dan startup kesehatan ikut mendorong lahirnya pendamping pasien yang terlatih. Layanan ini membantu keluarga tetap menjaga kesehatan fisik dan mental mereka sendiri, sehingga ketika kembali mendampingi orang tercinta, mereka bisa melakukannya dengan lebih fokus, tulus, dan penuh energi.

Beban tinggi seorang caregiver

Tak sedikit caregiver merasakan kelelahan, stres, bahkan depresi akibat beban yang harus mereka pikul sehari-hari. Sebuah tinjauan sistematis menemukan bahwa intervensi dukungan individu, seperti konseling psikososial atau edukasi personal, dapat membantu meringankan tekanan tersebut.

Intervensi ini melibatkan pendekatan langsung kepada caregiver dengan tujuan memberikan dukungan yang lebih personal. Bentuknya bisa berupa:

  • Konseling psikososial: Membantu caregiver mengelola emosi dan kecemasan.
  • Edukasi personal: Memberikan informasi praktis seputar perawatan pasien, manajemen waktu, hingga strategi mengurangi stres.
  • Pelatihan coping: Melatih caregiver untuk lebih tangguh menghadapi perubahan kondisi pasien maupun dinamika perawatan.

Hasil studi menunjukkan, intervensi individu mampu:

  • Mengurangi atau menstabilkan depresi yang dialami oleh caregiver.
  • Meringankan beban (caregiver burden), sehingga mereka tidak merasa kewalahan.
  • Menurunkan tingkat stres akibat rutinitas perawatan.
  • Mengurangi role strain, yakni ketegangan akibat benturan peran antara menjadi caregiver dan identitas pribadi (misalnya sebagai orang tua, pasangan, atau pekerja).

Temuan ini menunjukkan bahwa dukungan personal sangat penting bagi caregiver. Memberikan ruang bagi mereka untuk bercerita, mendapat informasi yang tepat, dan belajar strategi mengatasi stres yang bukan hanya bermanfaat bagi kesehatan mental caregiver, tetapi juga berdampak positif pada kualitas perawatan pasien.

Perlunya dukungan yang luas

Seorang pria menjadi caregiver seorang lansia, membantu lansia keluar dari mobil.
ilustrasi jasa caregiver, membantu merawat pasien (pexels.com/RDNE Stock project)

Merawat orang yang sakit atau lansia sering kali membawa kebahagiaan tersendiri, tetapi di balik itu ada beban besar yang tidak selalu terlihat. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa makin berat beban seorang caregiver, makin besar pula risiko mereka mengalami penurunan kesejahteraan psikologis.

Dalam studi yang melibatkan hampir 400 caregiver, ditemukan bahwa ketika beban perawatan dirasakan tinggi—misalnya karena kelelahan, stres, atau masalah keuangan—tingkat kebahagiaan dan kesehatan mental mereka cenderung menurun drastis. Menariknya, penelitian ini juga menemukan “titik ambang” beban. Pada skala 1 sampai 4, ketika beban mencapai angka 2 saja, risiko kesehatan psikologis sudah mulai terdampak.

Namun, kabar baiknya, dukungan sosial terbukti mampu meredam sebagian dampak buruk tersebut. Caregiver yang merasa mendapat bantuan dari layanan sosial dan kesehatan, atau memiliki jaringan dukungan yang kuat, cenderung lebih mampu menjaga kondisi mental mereka. Walaupun tidak sepenuhnya menghilangkan beban, tetapi dukungan ini berperan seperti bantalan yang membuat caregiver lebih tahan terhadap tekanan.

Artinya, merawat pasien bukan hanya urusan keluarga inti. Dibutuhkan dukungan lebih luas, baik dari komunitas maupun sistem layanan kesehatan, agar para caregiver tidak kelelahan sendirian. Tanpa itu, beban emosional, fisik, dan finansial bisa menggerus kesehatan mereka, yang pada akhirnya juga berdampak pada kualitas perawatan yang diberikan kepada pasien.

Apa yang mendorong berdirinya layanan caregiver profesional?

Banyak pasien sebenarnya ingin patuh menjalani jadwal kontrol kesehatan. Namun, hal-hal kecil sering kali menjadi penghalang, misalnya tidak ada yang bisa menemani atau mengantar. Situasi ini kerap dialami oleh pengguna kursi roda yang seharusnya melakukan kontrol rutin dua kali dalam sebulan. Karena tidak ada pendamping, mereka terpaksa menunda hingga tiga bulan—sebuah kondisi yang jelas berisiko bagi kesehatan mereka

Kisah serupa bukan hal yang langka. Di banyak rumah sakit, pasien kerap datang seorang diri. Padahal, hal ini berisiko terhadap keselamatan, mulai dari kemungkinan terjatuh hingga kebingungan menghadapi prosedur pemeriksaan. Di sisi lain, keluarga yang mendampingi pasien juga kerap menghadapi dilema. Mereka harus membagi waktu antara pekerjaan, urusan rumah tangga, dan perawatan pasien. Tidak jarang, kondisi ini berujung pada kelelahan fisik maupun mental.

“Pasien butuh ditemani supaya merasa aman dan tidak sendirian. Dari situlah saya melihat ada ruang kosong dalam sistem kesehatan kita. Dibutuhkan solusi yang bisa mengisi celah tersebut,” ujar CEO PT Teman Pasien Indonesia, Mila Rahmania.

Dari gagasan itulah lahir sebuah layanan yang menghadirkan pendamping khusus, agar pasien maupun keluarganya bisa menjalani proses perawatan dengan lebih tenang.

Home Care Insan Medika juga hadir dengan semangat serupa. Berawal dari keresahan bahwa banyak pasien di rumah maupun rumah sakit membutuhkan bantuan ekstra, tetapi keluarga tidak selalu bisa hadir 24 jam.

"Saya melihat ada kesenjangan antara kebutuhan pasien dan ketersediaan tenaga pendamping yang profesional. Dari situ saya terpanggil untuk mendirikan Home Care Insan Medika, agar setiap pasien bisa mendapatkan pendampingan yang layak, tidak hanya dari sisi medis, tetapi juga secara emosional," kata Founder and CEO Insan Medika, Try Wibowo.

Dari inisiatif kecil hingga layanan profesional

Teman Pasien mulai beroperasi pada 2023. Inisiatif ini awalnya lahir dari lingkaran kecil pertemanan dan kerabat yang saling membantu. Misalnya, ada tetangga yang baru saja didiagnosis kanker dan kebingungan mengurus prosedur BPJS maupun administrasi rumah sakit. Dari situ, Teman Pasien hadir sebagai pendamping.

Seiring waktu, permintaan makin banyak. Banyak orang merasa terbantu, sehingga lingkaran layanan pun makin meluas. Hingga akhirnya, pada 2025, inisiatif tersebut berkembang menjadi PT Teman Pasien Indonesia, sebuah layanan yang lebih terstruktur dan profesional. Tujuannya tidak hanya memberikan pendampingan berbasis empati, tetapi juga menghadirkan sistem yang jelas, agar lebih banyak pasien bisa mengaksesnya.

Sementara itu, Insan Medika sudah lebih dulu hadir, sejak 2013. Awalnya, perusahaan ini berfokus pada layanan home care untuk pasien yang dirawat di rumah. Namun, permintaan keluarga pasien terus berkembang. Banyak yang butuh pendampingan di rumah sakit, bukan cuma di rumah.

“Dari situlah lahir layanan pendamping pasien rumah sakit. Jadi, perkembangannya organik, berawal dari kebutuhan masyarakat yang nyata,” jelas Try.

Ragam layanan yang disediakan

Seorang caregiver membantu lansia duduk.
ilustrasi caregiver (pexels.com/Kampus Production)

Teman Pasien hadir dengan beragam layanan pendampingan nonmedis yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien, seperti:

  • Menemani rawat inap.
  • Mendampingi saat antrean.
  • Pendampingan rawat jalan.
  • Membantu proses administrasi rumah sakit.
  • Menyediakan transportasi medis ringan.
  • Layanan care companion di rumah. 

Fokus utama dari layanan ini adalah memastikan pasien merasa aman dan didampingi, baik melalui pengingat jadwal, dukungan psikologis, maupun bantuan praktis sehari-hari.

Sementara itu, Insan Medika menawarkan layanan berupa:

  • Home Care 24 jam: Perawatan pasien di rumah dengan tenaga medis maupun nonmedis.
  • Pendamping pasien rumah sakit: Tenaga khusus yang mendampingi pasien selama dirawat, baik untuk kebutuhan medis ringan maupun sekadar menemani.
  • Perawat lansia: Untuk orang tua yang butuh perhatian ekstra, baik di rumah maupun di fasilitas kesehatan.
  • Perawat pasca operasi: Membantu pemulihan pasien setelah operasi, termasuk pengawasan obat dan luka.
  • Caregiver nonmedis: Untuk pasien yang lebih membutuhkan dukungan aktivitas sehari-hari, seperti makan, mandi, dan mobilitas.

Pendamping pasien mendapatkan pelatihan

Para pendamping atau mitra yang direkrut oleh Teman Pasien bukan berasal dari latar belakang medis, melainkan dari orang-orang yang sangat akrab dengan dunia pasien. Sebagian besar di antaranya adalah orang tua pasien kanker, yang terbiasa menghadapi dinamika rumah sakit dan memahami kebutuhan pasien dengan empati yang mendalam. 

Mila sendiri mengaku aktif di Yayasan Laskar Aferesis Berbagi, sebuah yayasan yang bergerak di bidang pemenuhan donor trombosit untuk pasien kanker. Dari sana, ia banyak berinteraksi dengan keluarga pasien yang sering kehilangan pekerjaan utama karena harus fokus merawat anaknya. 

Dengan memberi mereka kesempatan menjadi mitra pendamping, Teman Pasien tidak hanya membantu pasien, tetapi juga membuka peluang kerja yang bermakna bagi keluarga pasien agar tetap bisa berkontribusi sekaligus membantu sesama.

Meski berasal dari latar belakang nonmedis, tetapi mereka dibekali pelatihan khusus sebelum mendampingi pasien. Materinya mencakup komunikasi empati, manajemen stres, prosedur rumah sakit, hingga pelatihan medis dasar seperti pertolongan pertama. 

"Filosofinya sederhana, seorang mitra bukan hanya 'penjaga', melainkan sosok yang bisa memahami psikologi pasien dan menghadirkan kenyamanan. Karena itu, mereka dilatih untuk tetap profesional, mampu menenangkan pasien, sekaligus piawai menghadapi birokrasi rumah sakit yang kerap berbelit," imbuh Mila.

Sementara itu, Try menjelaskan bahwa perusahaannya membagi tenaga pekerja mereka menjadi dua kategori, di antaranya:

  • Tenaga medis (perawat, bidan, atau tenaga kesehatan lain) untuk pasien yang membutuhkan perawatan medis lebih intensif.
  • Tenaga nonmedis (caregiver) yang sudah mendapat pelatihan khusus untuk mendampingi aktivitas sehari-hari pasien.

"Dengan sistem ini, pasien bisa mendapatkan layanan yang sesuai dengan kebutuhannya tanpa harus membayar lebih untuk tenaga medis bila hanya membutuhkan pendampingan nonmedis," Try menjelaskan.

Semua tenaga di Insan Medika, baik medis maupun nonmedis, wajib mengikuti pelatihan intensif. Materinya meliputi:

  • Teknik dasar keperawatan.
  • Perawatan pasien lansia.
  • Manajemen obat dan nutrisi.
  • Etika komunikasi dengan pasien dan keluarga.
  • Psikologi dasar agar mampu memahami kondisi emosional pasien.

Cara menggunakan jasa pendamping pasien

Untuk bisa menggunakan jasa Insan Medika, keluarga pasien bisa menghubungi lewat website resmi, telepon atau aplikasi. Nantinya akan dilakukan asesmen awal dengan menanyakan kondisi pasien, kebutuhan spesifik, dan durasi pendampingan.

"Dari situ, kami akan merekomendasikan tenaga yang sesuai. Semua bisa dilakukan dengan cepat dan transparan agar keluarga pasien merasa nyaman," ujar Try.

Proses pemesanan layanan Teman Pasien dibuat sederhana agar tidak membebani pasien maupun keluarga. Mereka bisa menghubungi tim melalui WhatsApp, telepon, atau DM Instagram @temanpasien.official. Setelah itu, tim akan menanyakan kebutuhan dasar pasien, apakah untuk rawat inap, kontrol, atau aktivitas di rumah. Dilanjutkan dengan asesmen singkat mengenai kondisi pasien, preferensi, dan durasi pendampingan. Dari hasil asesmen, Teman Pasien akan menjadwalkan petugas yang paling sesuai, lalu mengonfirmasi detail layanan beserta biaya secara transparan.

Mayoritas pengguna layanan ini adalah keluarga pasien lansia dan dewasa muda, terutama untuk pendampingan rawat inap dan aktivitas di rumah. Selain itu, pasien dari luar kota, pasien yang harus kontrol ke rumah sakit di luar negeri, serta pasien dewasa dengan keterbatasan mobilisasi juga menunjukkan minat menggunakan layanan ini, khususnya untuk program rawat jalan.

Tantangan dan harapan

Seorang caregiver membantu lansia memakai sepatu.
ilustrasi caregiver membantu orang sakit (freepik.com/freepik)

Menjadi pendamping pasien bukanlah pekerjaan yang mudah. Tantangan terbesarnya sering datang dari kondisi emosional pasien dan keluarga yang bisa berubah-ubah. Rasa sakit membuat seseorang lebih rapuh, sehingga tekanan emosional pun lebih terasa. Di sinilah kesabaran, empati, dan profesionalisme pendamping benar-benar diuji. Belum lagi, dinamika birokrasi rumah sakit yang rumit kerap menambah beban tersendiri dalam keseharian mereka.

Menurut Mila, keberadaan pendamping tidak hanya memberi rasa nyaman, tetapi juga membantu menjaga keseimbangan perawatan medis pasien. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa dukungan emosional dan keberadaan seseorang yang dipercaya dapat mempercepat pemulihan. Pasien merasa tidak sendirian, lebih tenang, sementara keluarga pun terbantu karena bebannya berkurang. Pendampingan ini bukan cuma urusan fisik, melainkan juga menyentuh aspek mental dan kualitas hidup pasien.

"Saya berharap masyarakat makin memahami bahwa pendampingan nonmedis itu penting, bukan sekadar menemani. Saya ingin masyarakat tahu bahwa sekarang ada tempat untuk meminta pertolongan, ada cara untuk berbagi beban, sehingga mereka tidak harus menghadapi semua ini sendirian," ujar Mila.

Serupa dengan Mila, Try menekankan bahwa tantangan terbesar biasanya muncul dari penyesuaian dengan karakter pasien dan keluarga. Ada pasien yang sulit menerima kehadiran orang asing, ada pula keluarga yang memiliki standar tinggi. Karena itu, pendamping dituntut untuk fleksibel, sabar, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Selain itu, jam kerja panjang juga menjadi tantangan tersendiri, mengingat banyak pasien yang membutuhkan pendampingan penuh 24 jam.

Mila berharap profesi pendamping pasien bisa diakui secara resmi dalam ekosistem kesehatan. Dengan begitu, akan ada standar kualitas dan perlindungan hukum yang jelas, baik bagi pasien maupun bagi pendamping itu sendiri. Ia juga ingin ada ruang lebih besar bagi keluarga pasien yang memiliki pengalaman berharga, agar mereka bisa berbagi dan bermanfaat bagi orang lain.

Sementara itu, Try menambahkan, profesi ini sering dipandang sebagai pekerjaan sampingan atau informal, padahal kontribusinya sangat besar bagi dunia kesehatan. Harapannya ke depan ada regulasi yang jelas, sertifikasi resmi, dan dukungan pemerintah agar profesi ini bisa berkembang dan menjadi bagian penting dari sistem kesehatan nasional.

Referensi

"What is a Caregiver?". Johns Hopkins Medicine. Diakses September 2025.

"Caregivers". MedlinePlus. Diakses September 2025.

Hartmann, Maja Lopez, Johan Wens, Veronique Verhoeven, and Roy Remmen. “The Effect of Caregiver Support Interventions for Informal Caregivers of Community-dwelling Frail Elderly: A Systematic Review.” International Journal of Integrated Care 12, no. 5 (August 10, 2012).

Bongelli, Ramona, Gianluca Busilacchi, Antonio Pacifico, Michele Fabiani, Carmela Guarascio, Federico Sofritti, Giovanni Lamura, and Sara Santini. “Caregiving Burden, Social Support, and Psychological Well-being Among Family Caregivers of Older Italians: A Cross-sectional Study.” Frontiers in Public Health 12 (October 23, 2024).

Reblin, Maija, Natalie Ambrose, Nina Pastore, and Sarah Nowak. “Perceived Helpfulness of Caregiver Support Resources: Results From a State-wide Poll.” PEC Innovation 4 (May 25, 2024): 100295.

Share
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us

Latest in Health

See More

Bisakah Manusia Hidup dengan Satu Paru-paru?

01 Okt 2025, 20:40 WIBHealth