- Kutil kelamin (anogenital warts): 47,7 persen (106 kasus).
- Sifilis laten: 18 persen (40 kasus).
- Sifilis tidak terklasifikasi: 10,8 persen (24 kasus).
- Sifilis sekunder: 10,4 persen (23 kasus).
- Moluskum kontagiosum: 7,7 persen (17 kasus).
- Skabies: 1,8 persen (4 kasus)
- Gonococcal urethritis: 1,4 persen (3 kasus)
- Chancroid: 0,9 persen (2 kasus)
- Kandidiasis vulvovaginal: 0,9 persen (2 kasus)
- Vaginitis akut: 0,5 persen (1 kasus).
Temuan Studi di Surabaya: Hampir Separuh Pasien HIV Terinfeksi IMS

- Sebuah studi di Surabaya mengungkap bahwa hampir separuh pasien HIV juga mengalami infeksi menular seksual (IMS) lain, mayoritas pasien adalah laki-laki.
- Temuan dua IMS yang paling umum pada pasien HIV adalah kutil kelamin dan sifilis.
- Para ahli menekankan perlunya pendekatan terpadu antara layanan HIV dan IMS. Edukasi kesehatan seksual, skrining rutin, serta pengobatan yang cepat dan tepat penting untuk memutus rantai penularan, khususnya pada populasi kunci seperti LSL, pekerja seks, dan komunitas rentan.
Penelitian terbaru dari tim dokter Departemen Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya dan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga mengungkap bahwa hampir separuh pasien HIV juga mengalami infeksi menular seksual (IMS) lain.
Studi ini menganalisis data medis 222 pasien HIV yang menjalani pengobatan di poliklinik kulit dan kelamin antara Januari 2021 hingga Desember 2022. Dari hasil analisis, 85,6 persen (190 kasus) pasien adalah laki-laki, dengan usia rata-rata 28 tahun, kebanyakan tergolong muda dan masih aktif secara seksual.
Dari seluruh pasien, berikut temuan kasus IMS yang paling umum:
Temuan ini menunjukkan bahwa infeksi HPV (penyebab kutil kelamin) dan sifilis masih dominan di kalangan pasien HIV di Surabaya. Bahkan, banyak pasien terdeteksi sifilis tanpa gejala yang jelas, sehingga sulit menentukan tahap penyakitnya. Hal ini menguatkan pentingnya skrining rutin dan deteksi dini bagi kelompok berisiko tinggi.
Laki-laki menjadi kelompok paling rentan dan pentingnya penanganan terpadu
Dari data yang dikumpulkan, laki-laki menjadi kelompok paling rentan, dengan proporsi mencapai lebih dari 85 persen. Peneliti menjelaskan bahwa faktor risiko utama meliputi:
- Aktivitas seksual tanpa kondom.
- Sering berganti pasangan, dan
- Keterlibatan dengan pekerja seks.
Meskipun penelitian ini tidak secara eksplisit meneliti orientasi seksual, tetapi studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki (LSL) adalah kelompok dengan risiko tinggi mengalami infeksi ganda HIV dan IMS.
Secara biologis, infeksi HIV melemahkan sistem kekebalan tubuh, membuat seseorang ebih mudah terkena infeksi lain seperti HPV dan sifilis. Peneliti juga menemukan bahwa infeksi HPV lebih banyak menyerang laki-laki dengan HIV, terutama mereka yang termasuk kelompok LSL. Virus ini bisa memicu kanker anus dan lesi kelamin jika tidak ditangani dengan baik.
Data Indonesia lain (Bandung, Sumatra Utara) menunjukkan pola serupa, yaitu tingginya koinfeksi HIV–IMS, terutama sifilis. Faktor risikonya antara lain LSL, status sosial ekonomi rendah, tinggal di pedesaan, dan negosiasi seksual yang lemah.
Para peneliti menekankan perlunya pendekatan terpadu antara layanan HIV dan IMS. Edukasi kesehatan seksual, skrining rutin, serta pengobatan yang cepat dan tepat sangat penting untuk memutus rantai penularan, khususnya pada populasi kunci seperti LSL, pekerja seks, dan komunitas rentan.
Dengan strategi yang lebih terarah, terutama pada populasi muda dan kelompok berisiko tinggi, angka penularan bisa ditekan dan kualitas hidup pasien HIV dapat meningkat.
Referensi
Jose Suryanegara et al., “Sexually Transmitted Infections Among Human Immunodeficiency Virus Patients in a Tertiary Hospital in Surabaya, Indonesia,” Berkala Ilmu Kesehatan Kulit Dan Kelamin 37, no. 2 (July 31, 2025): 119–24, https://doi.org/10.20473/bikkk.v37.2.2025.119-124.
"Waspadai Infeksi Menular Seksual pada Pasien HIV: Temuan dari Surabaya." UNAIR. Diakses Oktober 2025.


















