Gangguan Kontrol Impuls: Gejala, Tipe, Penyebab, Penanganan

Sulit menahan dorongan untuk berperilaku berbahaya

Gangguan kontrol impuls (impulse control disorders) merupakan serangkaian gangguan kesehatan mental yang melibatkan masalah terhadap kontrol diri. Individu dengan diagnosis ini sering kali tidak dapat menahan dorongan untuk berperilaku berbahaya. Tidak jarang pula mereka melakukan perilaku bahaya tanpa memikirkan konsekuensinya.

Dalam gangguan kontrol impuls, dorongan biasanya melibatkan perilaku mengganggu. Contohnya adalah mencuri, menyontek, melakukan kekerasan, berbohong, dan melanggar aturan. Dengan begitu, inti manifestasi gangguan kontrol impuls adalah tindakan menerjang hak, kesejahteraan, dan/atau membahayakan keselamatan orang lain.

1. Gejala

Gangguan Kontrol Impuls: Gejala, Tipe, Penyebab, Penangananilustrasi gangguan kontrol impuls (pexels.com/RODNAE Productions)

Gejala gangguan kontrol impuls biasanya melibatkan pola perilaku mengganggu, berbahaya, dan/atau berisiko parah. Pola perilaku yang ditunjukkan biasanya menetap dan bertahan lama. Adapun gejala gangguan kontrol impuls menurut American Psychological Association, meliputi:

  • Pendendam.
  • Sifat lekas marah. 
  • Kecenderungan "meledak" secara verbal maupun fisik. 
  • Sering berkelahi.
  • Mencuri.
  • Berbohong. 
  • Bolos sekolah.
  • Kurangnya rasa empati.
  • Melanggar aturan dan/atau hukum yang berlaku.
  • Berani mengambil risiko yang sebenarnya tidak perlu.
  • Melakukan tindak penindasan.
  • Melakukan tindak kekejaman terhadap hewan.
  • Vandalisme atau perbuatan merusak dan menghancurkan.
  • Penyalahgunaan zat atau alkohol.
  • Bermain-main dengan senjata berbahaya.
  • Menyalakan api dengan sengaja dan berulang. 

Baca Juga: 10 Jenis Gangguan Kepribadian, Kenali Tandanya

2. Tipe

Gangguan Kontrol Impuls: Gejala, Tipe, Penyebab, Penangananilustrasi gangguan kontrol impuls (pexels.com/mohamed abdelghaffar)

Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-5) mencatat lima tipe terkait kondisi gangguan kontrol impuls. Kelimanya melibatkan masalah yang berkaitan dengan pengendalian diri dalam emosi dan perilaku.

  • Oppositional defiant disorder (ODD): Kondisi yang dapat memengaruhi anak-anak atau remaja (biasanya usia di atas 8 tahun) dengan melibatkan pola pembangkangan, tidak taat, serta permusuhan jangka panjang. Adapun perilaku distorsi tersebut biasanya berkaitan dengan orang tua, guru, atau figur orang dewasa lainnya.
  • Conduct Disorder (CD): Gangguan perilaku satu ini sering terjadi pada masa remaja awal sampai usia 18 tahun. CD merupakan kondisi yang memiliki pola kronis terhadap pelanggaran norma sosial, termasuk mengusik hak dan kesejahteraan orang lain.
  • Intermittent explosive disorder (IED): Termasuk gangguan kontrol impuls yang melibatkan episode ledakan amarah yang berulang dan tidak wajar terhadap situasi tertentu. Individu dengan IED bisa menunjukkan perilaku agresif secara verbal, menyerang orang lain secara fisik, bahkan sampai menghancurkan properti atau benda di lingkungan masyarakat.
  • Kleptomania: Orang dengan kleptomania sering dilabeli "compulsive stealing". Kondisi ini digambarkan sebagai dorongan untuk melakukan tindakan pencurian barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Sederhananya, pengidap kleptomania akan merasakan ketegangan yang intens sebelum mencuri. Namun, setelah mencuri mereka langsung merasakan kesenangan dan kelegaan.
  • Pyromania: Merupakan gangguan kontrol impuls yang melibatkan perilaku sengaja dan berulang untuk bermain api. Mereka sering merasa "bergairah" terhadap api dan segala sesuatu yang berkaitan dengan unsur api. Mereka mungkin merasa harus dan/atau cemas sebelum menyalakan api. Setelah melakukan tindakan tersebut, mereka merasa lebih baik.

3. Penyebab

Gangguan Kontrol Impuls: Gejala, Tipe, Penyebab, Penangananilustrasi anak mengalami masalah pengasuhan (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Belum diketahui pasti penyebab tunggal gangguan kontrol impuls. Dalam kebanyakan kasus, berbagai faktor tertentu dapat saling berinteraksi yang kemudian meningkatkan risiko kemunculannya. Faktor-faktor yang dapat berkontribusi mencakup:

  • Genetika: Penelitian telah menunjukkan bahwa genetika berperan dalam perkembangan gangguan kontrol impuls. Studi dalam jurnal Psychology Research and Behavior Management mengemukakan, ODD diturunkan sekitar 61 persen secara genetik. Sementara itu, studi kembar dalam Neuroscience & Biobehavioral Reviews menunjukkan bahwa CD dipengaruhi oleh faktor keturunan sekitar 50 persen.
  • Masalah terkait kinerja otak: Salah satu penelitian dalam Journal of Behavioral Addictions menunjukkan bahwa orang dengan pyromania kemungkinan memiliki masalah pada memori, perhatian, dan fungsi eksekutif.
  • Kepribadian trait: Corak kepribadian tertentu dapat membuat seseorang lebih mungkin mengembangkan gangguan kontrol impuls. Misalnya, studi dalam Singapore Medical Journal mengungkapkan bahwa individu dengan kleptomania lebih rentan mengeksplorasi pengalaman baru dengan sensasi emosional yang intens.
  • Trauma: Melibatkan peristiwa traumatis yang terjadi pada masa lampau. Anak-anak dengan masalah pengasuhan, pengabaian, dan kekerasan lebih berisiko mengalami gangguan kontrol impuls. 
  • Komorbiditas kesehatan mental: Orang dengan gangguan kontrol impuls bisa jadi memiliki komorbiditas seperti depresi, kecemasan, gangguan bipolar, gangguan kepribadian, atau gangguan suasana hati.

4. Dampak yang bisa ditimbulkannya

Gangguan Kontrol Impuls: Gejala, Tipe, Penyebab, PenangananIlustrasi pria melakukan tindak kekerasan (pexels.com/MART PRODUCTION)

Sama seperti kondisi lain, gangguan kontrol impuls yang tidak ditangani dengan tepat dapat menyebabkan konsekuensi negatif yang serius. Berbagai kemungkinannya di antaranya:

  • Terlibat masalah hukum.
  • Masalah prestasi di sekolah.
  • Hubungan dengan orang lain menjadi renggang bahkan rusak.
  • Kehilangan pekerjaan akibat perilaku impuls yang tidak wajar.
  • Penyalahgunaan zat berbahaya.

5. Penanganan

Gangguan Kontrol Impuls: Gejala, Tipe, Penyebab, Penangananilustrasi penanganan anak yang mengalami gangguan kontrol impuls (pexels.com/Mikhail Nilov)

Dilansir Verywell Health, opsi penanganan untuk gangguan kontrol impuls terdiri dari:

  • Terapi perilaku kognitif: Membantu individu dalam meningkatkan keterampilan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan secara sadar akan sebab akibat. 
  • Terapi keluarga: Sebagai sarana untuk menilai pola interaksi antar anggota keluarga terhadap perilaku mengganggu yang ditunjukkan anak. Terapi keluarga juga berfungsi untuk membantu meningkatkan hubungan dan mencegah perilaku berbahaya.
  • Terapi multisistemik: Membantu menangani gejala gangguan kontrol impuls di semua aspek kehidupan anak atau remaja. 
  • Pelatihan manajemen orang tua: Membantu memperbaiki hubungan antar orang tua dan anak dengan memperkuat perilaku positif. 
  • Pelatihan keterampilan sosial: Membantu anak-anak dan remaja dengan ODD atau CD dalam hal peningkatan hubungan dan interaksi, merespons situasi, serta berkomunikasi secara lebih efektif.

Dalam kasus gangguan kontrol impuls pada anak, orang tua dan pengasuh dapat menerapkan strategi untuk mengelola gejala. Strategi yang dapat diterapkan adalah tidak memberikan penguatan positif untuk perilaku negatif, menghindari praktik disiplin secara fisik, serta konsisten mengasuh anak dengan tegas namun penuh kasih sayang.

Gangguan kontrol impuls adalah sekelompok gangguan mental yang melibatkan perilaku tidak wajar. Penting untuk dipahami bahwa kelima tipe gangguan ini perlu mendapatkan diagnosis akurat dan penanganan yang tepat oleh ahlinya. Ini penting untuk meminimalkan dampak negatif yang bisa membahayakan diri sendiri dan orang lain. 

Baca Juga: 5 Jenis Gangguan Kebiasaan dan Impuls, Kleptomania Salah Satunya!

Indriyani Photo Verified Writer Indriyani

Full-time learner, part-time writer and reader. (Insta @ani412_)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya