Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenali 6 Jenis Gangguan Makan yang Umum Terjadi, Bisa Berbahaya Lho!

pixabay.com/Vidmir Raic
pixabay.com/Vidmir Raic

Makan adalah cara makhluk hidup untuk mendapat nutrisi yang dibutuhkan tubuh. Namun, sayangnya tak sedikit orang yang mengalami gangguan makan (eating disorder).

Gangguan makan adalah kondisi serius yang terkait dengan perilaku makan terus-menerus yang berdampak negatif pada kesehatan, emosi, dan kemampuan seseorang untuk berfungsi di aspek-aspek penting kehidupan. Seseorang bisa sangat membatasi asupan makanannya, atau sebaliknya, bisa makan secara berlebihan dalam porsi besar.

Penyebab pasti gangguan makan masih belum jelas. Namun, para ahli percaya bahwa ada beberapa faktor yang dapat memicunya, seperti kondisi psikologis, biologis, sosial, atau tekanan dari lingkungan.

Sering dianggap sepele, tetapi nyatanya gangguan makan bisa berbahaya bila dibiarkan tanpa penanganan yang benar. Bahkan, beberapa kasus berakhir pada kematian.

Apa saja gangguan makan yang umum dialami dan apa saja bahayanya? Simak ulasannya berikut ini.

1. Bulimia nervosa

eaglehillsrecovery.com
eaglehillsrecovery.com

Bulimia nervosa, atau sering disebut sebagai bulimia, membuat penderitanya cenderung akan makan dalam jumlah yang banyak (binge-eating) lalu memuntahkannya secara diam-diam.

Penderita tidak bisa mengontrol seberapa banyak mereka makan. Setelah makan, mereka akan mengeluarkannya untuk mengimbangi kelebihan kalori yang dikonsumsi dengan cara yang tidak sehat, bahkan dipaksakan.

Cara yang umum dilakukan untuk mengeluarkan makanan adalah dengan memuntahkannya, mengonsumsi obat pencahar, berpuasa, atau olahraga secara berlebihan.

Menurut sebuah studi dalam jurnal European Child & Adolescent Psychiatry tahun 2016, bulimia lebih banyak diderita perempuan. Penderita biasanya terobsesi untuk menjaga berat badannya. Mereka akan merasa khawatir jika berat badannya naik.

Orang-orang dengan bulimia bisa mengalami efek samping berupa masalah pencernaan seperti refluks asam lambung, radang tenggorokan, kerusakan gigi, dehidrasi, hingga ketikdakseimbangan elektrolit tubuh.

2. Anoreksia nervosa

eatingdisorderpro.com
eatingdisorderpro.com

Sama seperti bulimia, penderita anoreksia nervosa atau anoreksia juga merasa khawatir jika berat badannya naik. Orang dengan anoreksia menganggap dirinya gemuk walau badan mereka sudah sangat kurus, bahkan terlampau kurus.

Penderitanya akan terus memantau berat badannya dengan menghindari berbagai makanan dan sangat membatasi asupan kalori. Biasanya, mereka akan melakukan diet ketat, berpuasa, olahraga berlebihan, minum obat pencahar, atau memuntahkan makanan.

Semua upaya tersebut bisa menyebabkan kelaparan dan masalah kesehatan serius akibat malnutrisi parah.

3. Gangguan makan pica

ilustrasi pasir (unsplash.com/Seth Cottle)
ilustrasi pasir (unsplash.com/Seth Cottle)

Pernah melihat seseorang makan kertas, kapur, tanah, puntung rokok, detergen, atau benda-benda tak lazim lainnya yang bukan merupakan makanan? Ini merupakan gangguan makan pika (pica eating disorder). Bergantung dari benda yang dimakan, gangguan ini makan bisa berakibat fatal bagi penderitanya. 

Berdasarkan sebuah studi dalam Journal of International Society of Preventive & Community Dentistry tahun 2014, gangguan makan ini umum terjadi pada anak-anak ketimbang orang dewasa.

Selain itu, gangguan makan ini juga mungkin ditemukan pada wanita hamil, anak-anak yang kekurangan zat besi dan zink, serta individu dengan disabilitas mental. Penderita gangguan makan pika berpotensi mengalami keracunan, infeksi, masalah saluran pencernaan, hingga malnutrisi.

4. Binge-eating disorder

healthjade.net
healthjade.net

Melansir MayoClinic, binge-eating disorder merupakan gangguan makan yang membuat seseorang mengonsumsi makanan dalam jumlah banyak atau berlebihan. Penderitanya akan banyak makan walau tidak merasa lapar atau masih kenyang.

Setelah makan banyak, penderita binge-eating biasanya akan merasa bersalah, kesal, atau malu akan perilaku makannya tersebut. Namun, tak seperti bulimia atau anoreksia, gangguan makan binge-eating tidak melakukan "kompensasi" untuk mengurangi asupan kalori yang dikonsumsinya, seperti memuntahkan atau olahraga berlebihan.

Alhasil, sebagian besar penderita binge-eating berpotensi mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.

5. Sindrom ruminasi

healthjade.com
healthjade.com

Sindrom ruminasi merupakan kondisi seseorang mengeluarkan makanan yang telah ditelan, lalu mengunyahnya lagi sebelum menelan kembali atau memuntahkannya. Menurut Genetic and Rare Disease Information Center, sindrom ruminasi terjadi 15-30 menit setelah makan. Kondisi ini terjadi secara alami atau tidak disengaja.

Gangguan makan ini dapat dimulai sejak bayi atau anak-anak. Ruminasi pada anak-anak bisa hilang dan membaik dengan sendirinya saat beranjak dewasa. Namun, jika terjadi terus-menerus, maka berpotensi menyebabkan penurunan berat badan dan malnutrisi parah.

Anak-anak dan orang dewasa dengan kondisi ini biasanya membutuhkan terapi atau perawatan psikologis.

6. Avoidant/restrictive food intake disorder

health.clevelandclinic.org
health.clevelandclinic.org

Menurut sebuah laporan dalam jurnal Neuropsychiatric Disease and Treatment tahun 2016, avoidant/restrictive food intake disorder (ARFID) adalah jenis gangguan makan berupa memilih makanan sampai menimbulkan kesulitan untuk mendapatkan nutrisi atau kalori yang dibutuhkan oleh tubuh. Gangguan makan ini bisa terjadi pada anak-anak, remaja, dan orang dewasa.

Menurut National Eating Disorders Association, ARFID adalah gangguan makan atau
gangguan mood pada anak kedua paling umum, yang terjadi pada anak usia
dini hingga remaja. Gangguan makan ini biasanya disertai gangguan kejiwaan dan kecemasan.

Buku panduan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 5th Edition: DSM-5 mendefinisikan ARFID sebagai gangguan makan terus-menerus yang dialami anak usia dini dan mengarah ke konsekuensi klinis, seperti kekurangan gizi yang signifikan,
berat badan, dan gangguan pertumbuhan. Ada pula laporan gangguan psikis seperti tak mau makan dekat dengan orang lain.

Bila tidak ditangani, gangguan makan ini bisa bertahan hingga dewasa. ARFID terjadi karena kurangnya minat makan atau ketidaktahuan terhadap bau, rasa, warna, suhu, atau tekstur makanan.

Dalam beberapa kasus, penderitanya tidak mengonsumsi cukup nutrisi dan kalori untuk fungsi tubuh. Anak-anak dengan ARFID dapat mengalami keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan, sedangkan pada orang dewasa bisa terjadi penurunan berat badan dan malnutrisi.

Itulah beberapa gangguan makanan yang perlu kamu kenali. Bila kamu mengalami gejala-gejala seperti yang disebutkan di atas, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter dan ahli kejiwaan untuk evaluasi kondisi fisik maupun psikis, serta menentukan perawatan yang tepat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us