Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

WHO: Kasus Kolera Global 2024 Naik, Kematian Naik hingga 50 Persen

Gambar mikroskop elektron bakteri Vibrio cholerae yang menginfeksi sistem pencernaan. (commons.wikimedia.org/http://remf.dartmouth.edu/imagesindex.html)
Gambar mikroskop elektron bakteri Vibrio cholerae yang menginfeksi sistem pencernaan. (commons.wikimedia.org/http://remf.dartmouth.edu/imagesindex.html)
Intinya sih...
  • Kasus kolera global 2024 naik 5 persen, kematian meningkat hingga 50 persen, dengan lebih dari 6.000 korban jiwa.
  • Sebanyak 60 negara melaporkan wabah, dengan 98 persen kasus terkonsentrasi di Afrika, Timur Tengah, dan Asia.
  • Keterbatasan air bersih, sanitasi, dan pasokan vaksin membuat WHO menilai risiko global kolera 2025 masih sangat tinggi.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kolera, penyakit kuno yang semestinya bisa dicegah dan diobati, kembali menelan ribuan korban jiwa. Laporan terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2024 menunjukkan tren yang mengkhawatirkan.

Dilaporkan bahwa jumlah kasus kolera global naik 5 persen dibandingkan tahun sebelumnya, sementara angka kematian melonjak hingga 50 persen. Lebih dari 6.000 orang meninggal dunia akibat penyakit yang menyebar melalui air yang terkontaminasi kotoran manusia ini.

Yang lebih mengkhawatirkannya lagi, angka tersebut diyakini masih jauh di bawah beban penyakit yang sebenarnya. Konflik, perubahan iklim, perpindahan penduduk, hingga buruknya infrastruktur air bersih dan sanitasi membuat kolera terus berkembang.

Penyebaran global yang makin luas

Tahun 2024, tercatat 60 negara melaporkan kasus kolera, meningkat dari 45 negara pada tahun 2023. Sebanyak 98 persen kasus terkonsentrasi di Afrika, Timur Tengah, dan Asia. Bahkan, 12 negara mencatat lebih dari 10.000 kasus; tujuh di antaranya mengalami wabah besar untuk pertama kalinya. Salah satu yang mengejutkan adalah kembalinya kolera di Komoro setelah lebih dari 15 tahun bebas wabah, menandakan betapa mudah penyakit ini kembali muncul.

Di Afrika, tingkat kematian akibat kolera meningkat dari 1,4 persen pada 2023 menjadi 1,9 persen pada 2024. Kondisi ini memperlihatkan lemahnya sistem kesehatan dalam memberikan perawatan darurat. Lebih dari seperempat kematian terjadi di luar fasilitas kesehatan, artinya banyak pasien yang bahkan tidak sempat mendapatkan pertolongan.

Upaya global dalam melawan kolera

Untuk menghentikan penyebaran, WHO menekankan perlunya akses pada air bersih, sanitasi layak, informasi kesehatan yang akurat, perawatan medis cepat, dan vaksinasi. Surveilans serta diagnosis yang kuat juga menjadi kunci agar intervensi bisa tepat sasaran.

Ada kabar baik di tengah krisis. Tahun 2024, vaksin oral kolera baru, Euvichol-S®, mendapat persetujuan WHO dan masuk stok global. Kehadirannya membantu menjaga ketersediaan vaksin di atas ambang darurat 5 juta dosis selama paruh pertama 2025. Namun, tingginya permintaan membuat pasokan kurang. Sepanjang tahun 2024, permintaan mencapai 61 juta dosis, sementara hanya 40 juta yang bisa disalurkan ke 16 negara dalam kampanye darurat dosis tunggal.

Memasuki 2025, tren ini belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Hingga pertengahan tahun, 31 negara sudah melaporkan wabah baru, bukti bahwa risiko global kolera masih sangat tinggi.

WHO saat ini mempercepat respons dengan memperkuat surveilans kesehatan, pengelolaan kasus, penyediaan pasokan medis esensial, serta bekerja sama dengan pemerintah dan komunitas untuk edukasi, komunikasi risiko, dan vaksinasi.

Apa saja gejala kolera?

ilustrasi sakit diare (vecteezy.com/bestyy38105321)
ilustrasi sakit diare (vecteezy.com/bestyy38105321)

Tidak semua orang mengalami gejala setelah terinfeksi bakteri penyebab kolera. Dari seluruh orang yang terinfeksi kolera, hanya 10 persen di antaranya yang menunjukkan gejala. Namun, walaupun tanpa gejala, tetapi orang yang terinfeksi tetap dapat menularkannya ke orang lain melalui tinja yang mengandung kolera dan mencemari air selama satu sampai dua pekan.

Berikut adalah beberapa gejala yang dapat terjadi:

  • Diare yang muncul secara tiba-tiba, yang menyebabkan hilangnya cairan tubuh dengan cepat yaitu sekitar 1 liter per jam.
  • Muntah dan mual selama beberapa jam pada tahap awal terinfeksinya kolera.
  • Kram perut akibat hilangnya kadar sodium, klorida, dan potasium akibat diare yang berkepanjangan.

Kolera yang telah menyebabkan gejala selama beberapa jam dapat mengakibatkan dehidrasi karena kurangnya cairan dalam tubuh. Dehidrasi parah terjadi jika tubuh kehilangan cairan lebih dari 10 persen total berat tubuh.

Saat mengalami dehidrasi akibat kolera, seseorang dapat merasakan beberapa gejala ini:

  • Mulut kering.

  • Aritmia atau gangguan irama jantung.
  • Mata cekung.
  • Mudah marah.
  • Merasa sangat haus.
  • Tubuh lesu.
  • Hipotensi atau tekanan darah rendah.
  • Letargi.
  • Urine yang keluar hanya sedikit atau bahkan tidak ada.
  • Kulit berkerut dan kering.

Cara mencegah kolera

Untuk mencegah kolera, selalu jaga kebersihan diri dan makanan. Kamu bisa mengurangi risiko terjangkit kolera dengan melakukan langkah-langkah ini:

  • Hindari membeli makanan dari penjaja keliling atau pedagang kaki lima.
  • Hanya mengonsumsi makanan yang benar-benar matang.
  • Hindari mengonsumsi makanan laut mentah atau yang tidak dimasak sampai matang.
  • Hindari konsumsi susu mentah dan waspadai produk olahan susu (misalnya es krim), karena sering terkontaminasi bakteri.
  • Cuci tangan dengan sabun dan air secara rutin, terutama sebelum makan dan setelah menggunakan toilet. Sebelum dibasuh dengan air, gosok kedua tangan dengan sabun setidaknya selama 15 detik. Kamu juga bisa menggunakan hand sanitizer yang mengandung alkohol jika tidak ada sabun dan air.
  • Minum air mineral botol atau air yang telah dimasak hingga mendidih. Pada umumnya, minuman botol, kaleng, atau minuman hangat lebih aman. Sebelum membuka minuman kemasan, lap bagian luarnya terlebih dahulu.
  • Berkumur dengan air bersih setelah menyikat gigi.
  • Hindari makan salad dan buah-buahan yang tidak dikupas, seperti anggur. Pilih yang bisa dikupas sendiri, seperti kiwi, pisang, dan pepaya.
  • Dapatkan vaksinasi jika tersedia, konsultasikan dengan dokter.

Referensi

"Mengenal Wabah Kolera." Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Diakses September 2025.

"Cholera kills more people for second consecutive year, while prevention and treatment available." World Health Organization. Diakses September 2025.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us

Latest in Health

See More

Bagaimana Masalah Jantung Bisa Menyebabkan Amputasi Kaki?

14 Sep 2025, 12:02 WIBHealth