- Permukaan air atau air sumur: Sumur umum yang terkontaminasi sering menjadi sumber wabah kolera skala besar. Orang yang hidup dalam kondisi padat tanpa sanitasi yang memadai sangat berisiko.
- Makanan laut: Makan makanan laut mentah atau setengah matang, terutama kerang yang berasal dari tempat tertentu, dapat membuat seseorang terpapar bakteri kolera.
- Buah dan sayuran mentah: Buah dan sayuran mentah yang tidak dikupas sering menjadi sumber infeksi kolera di daerah di mana ada kolera. Di negara berkembang, pupuk kandang yang tidak dikomposkan atau air irigasi yang mengandung limbah mentah dapat mencemari produk di lapangan.
- Biji-bijian: Di daerah di mana kolera tersebar luas, biji-bijian seperti beras dan jawawut yang terkontaminasi setelah dimasak dan disimpan pada suhu kamar selama beberapa jam dapat menumbuhkan bakteri kolera.
Kolera: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Pengobatan

- Kolera adalah penyakit bakteri yang biasanya menyebar melalui air yang terkontaminasi.
- Penyebab infeksi kolera adalah bakteri Vibrio cholerae. Efek berbahaya dari penyakit ini adalah akibat toksin yang dihasilkan bakteri tersebut di usus kecil.
- Kolera memengaruhi anak-anak dan orang dewasa dengan gejala ringan hingga diare cair akut dengan dehidrasi parah.
Kolera bukan sekadar penyakit diare biasa. Ini merupakan infeksi akut yang menyerang saluran pencernaan, dipicu oleh makanan atau air yang terkontaminasi bakteri Vibrio cholerae.
Selain merupakan sebuah masalah kesehatan, kolera adalah cermin ketidaksetaraan dan keterlambatan pembangunan sosial-ekonomi. Ketika akses terhadap air bersih, sanitasi, dan kebiasaan higienis masih menjadi kemewahan, kolera akan terus mengintai.
Banyak orang yang terinfeksi sebenarnya hanya mengalami diare ringan hingga sedang. Namun, bahaya kolera terletak pada kecepatannya. Dalam hitungan jam, pasien bisa jatuh ke kondisi yang mengancam nyawa jika tidak segera mendapatkan pertolongan. Pada kasus berat, perawatan darurat dibutuhkan.
Menurut laporan terbaru dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah kasus kolera global naik 5 persen dibandingkan tahun sebelumnya, sementara angka kematian melonjak hingga 50 persen. Lebih dari 6.000 orang meninggal dunia akibat penyakit yang menyebar melalui air yang terkontaminasi kotoran manusia ini.
Yang lebih mengkhawatirkannya lagi, angka tersebut diyakini masih jauh di bawah beban penyakit yang sebenarnya. Konflik, perubahan iklim, perpindahan penduduk, hingga buruknya infrastruktur air bersih dan sanitasi membuat kolera terus berkembang.
1. Penyebab dan faktor risiko
Penyebab infeksi kolera adalah bakteri Vibrio cholerae. Efek berbahaya dari penyakit ini adalah akibat toksin yang dihasilkan bakteri tersebut di usus kecil.
Toksin menyebabkan tubuh mengeluarkan sejumlah besar air, menyebabkan diare dan kehilangan cairan serta garam (elektrolit) dengan cepat.
Bakteri kolera mungkin tidak menyebabkan penyakit pada semua orang yang terpapar, tetapi mereka tetap mengeluarkan bakteri dalam tinja, yang kemudian dapat mencemari persediaan makanan dan air.
Persediaan air yang terkontaminasi adalah sumber utama infeksi kolera. Bakteri bisa ditemukan di:
Faktor risiko
Setiap orang bisa terkena kolera, kecuali bayi yang telah mendapat kekebalan dari ibu menyusui yang sebelumnya pernah menderita kolera. Namun, faktor-faktor tertentu bisa membuat kamu lebih rentan terhadap kolera atau lebih cenderung memiliki tanda dan gejala yang parah.
Faktor risiko kolera meliputi:
- Kondisi sanitasi yang buruk: Kolera lebih mungkin berkembang dalam situasi di mana lingkungan sanitasi, termasuk pasokan air, sulit dijaga kebersihannya. Ini biasa terjadi di kamp pengungsian, negara-negara miskin, dan daerah-daerah yang dilanda kelaparan, perang, atau bencana alam.
- Asam lambung berkurang atau tidak ada: Bakteri kolera tidak dapat bertahan hidup di lingkungan asam, dan asam lambung biasa sering berfungsi sebagai pertahanan terhadap infeksi. Namun, orang-orang dengan kadar asam lambung yang rendah (seperti anak-anak, lansia, dan pengguna obat antasida, penghambat H-2, atau penghambat pompa proton) tidak punya perlindungan ini, sehingga mereka berisiko lebih besar terkena kolera.
- Paparan rumah tangga: Kamu lebih berisiko terkena kolera bila hidup satu rumah dengan orang yang mengidapnya.
- Golongan darah O: Untuk alasan yang tidak sepenuhnya jelas, orang dengan golongan darah O dua kali lebih mungkin terkena kolera dibanding orang dengan golongan darah lainnya.
- Kerang mentah atau setengah matang: Meskipun negara-negara industri tidak lagi memiliki wabah kolera skala besar, tetapi makan kerang dari perairan yang diketahui menyimpan bakteri sangat meningkatkan risiko.
2. Gejala
Kolera adalah penyakit virulen yang dapat menyebabkan diare cair akut yang parah. Dibutuhkan antara 12 jam dan 5 hari bagi seseorang untuk menunjukkan gejala setelah menelan makanan atau air yang terkontaminasi.
Kolera memengaruhi anak-anak dan orang dewasa dan dapat membunuh dalam beberapa jam jika tidak diobati.
Kebanyakan orang yang terinfeksi V. cholerae tidak menunjukkan gejala apa pun, meskipun bakteri tersebut ada dalam tinja mereka selama 1–10 hari setelah infeksi dan dilepaskan kembali ke lingkungan, berpotensi menginfeksi orang lain.
Di antara orang yang mengalami gejala, sebagian besar memiliki gejala ringan atau sedang, sementara sebagian kecil mengalami diare cair akut dengan dehidrasi parah. Ini dapat menyebabkan kematian jika tidak ditangani.
Tanda dan gejala dehidrasi yang perlu diwaspadai antara lain:
- Detak jantung cepat.
- Kehilangan elastisitas kulit (kemampuan kulit untuk segera kembali ke posisi awalnya jika dicubit atau ditarik).
- Selaput lendir kering, termasuk di dalam mulut, tenggorokan, hidung, dan kelopak mata.
- Tekanan darah rendah.
- Haus.
- Kram otot.
Jika tidak ditangani, dehidrasi dapat menyebabkan syok dan kematian dalam beberapa jam.
3. Diagnosis

Untuk menguji kolera, pemeriksaan sampel tinja dibutuhkan. Terkadang, penyedia layanan kesehatan akan melakukan tes usap ke dalam rektum, bukaan tempat tinja keluar.
Setelahnya, sampel akan dikirim ke laboratorium, di mana para ahli akan memeriksanya di bawah mikroskop untuk mengidentifikasi bakteri V. cholera.
Beberapa daerah di mana kolera lebih umum memiliki akses ke alat "stik celup" yang dapat dengan cepat menguji sampel tinja, mengutip Cleveland Clinic.
4. Pengobatan
Pengobatan terpenting kolera adalah mencegah atau membalikkan dehidrasi. Siapa pun yang terkena kolera harus segera menggantikan cairan dan garam yang hilang.
Dokter mungkin akan meresepkan:
- Larutan rehidrasi oral: Pasien mungkin harus minum ini dalam jumlah banyak.
- Pemberian cairan intravena: Untuk kasus dehidrasi parah, dokter mungkin memberikan cairan secara intravena.
Perawatan lainnya mungkin termasuk:
- Antibiotik.
- Zink untuk anak-anak di bawah 5 tahun.
Bakteri V. cholera umumnya akan hilang dari tubuh dalam kurun waktu dua minggu.
5. Pencegahan
Orang yang tidak tinggal di atau tidak mengunjungi daerah dengan sanitasi yang buruk memiliki sedikit kemungkinan terkena kolera. Akan tetapi, jika kamu berada di daerah dengan kasus kolera, beberapa strategi dapat membantu mencegah infeksi:
- Hindari air keran, air mancur, dan es batu. Ini juga berlaku untuk air yang kamu minum dan air yang digunakan untuk mencuci piring, menyiapkan makanan, dan menyikat gigi.
- Jangan makan makanan laut mentah atau setengah matang.
- Minum air hanya jika dalam kemasan, kaleng, direbus, atau diolah dengan bahan kimia tertentu. Jangan minum dari botol atau kaleng yang segelnya rusak.
- Makan makanan kemasan atau pastikan makanan lain baru dimasak dan disajikan panas.
- Pertimbangkan untuk mendisinfeksi air dengan merebus setidaknya selama satu menit. Tambahkan setengah tablet yodium atau dua tetes pemutih rumah tangga ke setiap liter air. Atau gunakan tablet klorin.
- Cuci buah dan sayuran dengan air bersih.
- Cuci tangan dengan sabun dan air bersih, terutama sebelum memegang dan makan makanan dan setelah menggunakan kamar mandi. Jika air bersih dan sabun tidak tersedia, gunakan pembersih tangan yang terbuat dari alkohol minimal 60 persen.
Vaksin kolera sudah tersedia. Bicarakan dengan dokter untuk mendapatkannya.
6. Komplikasi yang bisa terjadi

Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar bisa membahayakan dan berakibat fatal. Syok dan dehidrasi parah merupakan komplikasi kolera yang paling berbahaya. Selain itu, ada beberapa masalah kesehatan lainnya yang bisa muncul akibat kolera, yaitu:
Hipokalemia, atau kekurangan kalium yang bisa menyebabkan gangguan fungsi jantung dan saraf.
Gagal ginjal, yang diakibatkan oleh hilangnya kemampuan ginjal untuk menyaring, sehingga mengeluarkan sejumlah besar cairan dan elektrolit dari dalam tubuh. Syok sering muncul pada pasien kolera yang mengalami gagal ginjal.
Hipoglikemia, atau rendahnya kadar gula darah yang bisa terjadi jika pasien terlalu sakit untuk makan. Keadaan ini bisa berbahaya karena glukosa merupakan sumber energi tubuh yang utama. Hilang kesadaran, kejang, dan bahkan kematian bisa terjadi akibat komplikasi ini. Anak-anak lebih rentan mengalami hipoglikemia.
Referensi
"Cholera." World Health Organization. Diakses September 2025.
"Cholera kills more people for second consecutive year, while prevention and treatment available." World Health Organization. Diakses September 2025.
"Cholera." Mayo Clinic. Diakses September 2025.
"Cholera Diagnosis." News Medical Life Sciences. Diakses September 2025.
"Mengenal Wabah Kolera." Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Diakses September 2025.