"Kemarin kita tetap berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi untuk bantuan obat-obatan sederhana untuk dewasa. Jadi kita (IDAI) men-support untuk obat-obatan anak, Dinas Kesehatan Provinsi untuk orang tuanya," ujarnya.
Kebutuhan Urgent untuk Pengungsi Anak Korban Banjir Sumatra dan Aceh

- Anak-anak pengungsi banjir Sumatra dan Aceh rentan terhadap kekurangan pangan bergizi, perlindungan, dukungan psikologis, dan pendidikan yang berkelanjutan.
- Kebutuhan mendesak anak di Sumut adalah popok bayi, obat-obatan anak, air bersih, baju bayi dan anak, selimut, diapers hingga perlengkapan mandi.
- Pemenuhan nutrisi anak di lokasi pengungsian menjadi tantangan besar karena keterbatasan akses terhadap makanan bergizi dan kondisi sanitasi yang minim.
Ketika bencana banjir melanda wilayah Sumatra Barat (Sumbar), Sumatra Utara (Sumut), dan Aceh, anak-anak menjadi kelompok yang paling rentan. Rumah yang terendam, sekolah yang rusak, hingga akses terbatas terhadap air bersih dan layanan kesehatan, membuat mereka menghadapi risiko yang lebih besar dalam hal keselamatan dan tumbuh kembang.
Di tengah kondisi darurat, pemenuhan kebutuhan dasar anak—mulai dari pangan bergizi, perlindungan, dukungan psikologis, hingga pendidikan yang berkelanjutan—menjadi sangat penting untuk memastikan mereka tetap sehat dan terlindungi.
Dari popok sampai obat-obatan
Dokter dr. Eka Airlangga, MKed(Ped), Sp.A, Wakil Ketua IDAI Cabang Sumut menyebut bahwa kebutuhan paling mendesak untuk anak di Sumut adalah popok bayi. Selain itu para korban juga kekurangan pakaian layak pakai karena harta benda mereka yang habis terbawa banjir serta kebutuhan akan air bersih.
Untuk Sumbar, kebutuhan yang paling mendesak adalah air bersih karena terkait dengan pengelolaan makanan, termasuk makanan pendamping ASI (MPASI). Lainnya adalah baju bayi dan anak, selimut, diapers hingga perlengkapan mandi.
Hampir sama, kebutuhan dasar yang paling penting adalah persiapan setelah banjir. Baik orang tua maupun anak-anak membutuhkan pakaian yang layak, selimut, kemudian makanan yang seminimal mungkin pengolahannya membutuhkan air serta obat-obatan karena apotiknya yang terbatas dan stok yang kurang.
Makanan untuk anak di pengungsian

Pemenuhan nutrisi anak menjadi tantangan besar di lokasi pengungsian. Keterbatasan akses makanan bergizi, persediaan yang tidak selalu mencukupi, serta kondisi sanitasi yang minim membuat anak-anak berisiko mengalami kekurangan gizi maupun gangguan kesehatan lainnya.
"Ketika kita akan memberikan bantuan berupa makanan, harus berpikir apakah makanan ini akan terolah dengan optimal atau justru akan menimbulkan masalah setelahnya," imbuh Ketua Satgas Penanggulangan Bencana IDAI, dr. Kurniawan Taufiq Kadafi, M. Biomed, Sp.A, Subsp.E.T.I.A(K).
Misalnya, jika membawa makanan kering yang pengolahannya memerlukan air bersih, secara umum ketika berada pada lokasi non bencana, solusi itu mungkin bisa terlaksana. Namun, jika dibawa ke lokasi bencana, kadang makanan tidak dimasak, langsung dikonsumsi oleh pengungsi yang ujungnya akan menjadi masalah bagi anak.
"Saya sering lihat kalau bawa mi instan ke sana, yang terjadi dikremes, malah dimakan seperti itu, kering. Kita juga tidak tahu apakah mereka cuci tangan dan lain sebagainya," lanjutnya.
Di masa pertumbuhan, kebutuhan nutrisi yang seimbang sangat krusial untuk menjaga kekebalan tubuh dan memastikan perkembangan fisik serta kognitif tetap optimal. Karena itu, perhatian khusus terhadap asupan makanan anak di tenda pengungsian menjadi langkah penting dalam perlindungan mereka selama bencana berlangsung.

















