- Karbohidrat kompleks bila tersedia: beras merah/pratanak, roti gandum utuh, biskuit gandum utuh, atau mie berbasis gandum/beras dengan indeks glikemik lebih rendah dibanding mi instan. Di lapangan, bahan ini lebih baik menahan lonjakan gula.
- Sumber protein siap santap: ikan kaleng (dalam air), kacang kaleng atau kacang kering yang sudah dimasak, sarden tuna kaleng. Bahan makanan ini penting untuk mempertahankan massa otot dan mengendalikan glukosa.
- Makanan kaya akan serat dan rendah gula: bubur gandum instan (tanpa gula tambahan), kacang-kacangan, buah kaleng dalam air (bukan sirop), buah kering tanpa gula dalam porsi kecil.
- Paket obat dan makanan khusus: jika memungkinkan, sediakan paket untuk pasien penyakit tidak menular yang berisi makanan rendah sodium/camilan rendah glikemik, serta informasi label dan instruksi porsi.
Bantuan Pangan Bencana, Ini yang Aman untuk Pasien Penyakit Kronis

- Makanan cepat saji seperti mi instan sering menyebabkan lonjakan gula darah dan tidak ideal untuk orang dengan diabetes.
- Pedoman kemanusiaan menekankan kebutuhan nutrisi spesifik dan fleksibilitas distribusi agar kelompok rentan (lansia, pasien penyakit kronis atau penyakit tidak menular) menerima makanan sesuai kebutuhan.
- Dalam krisis, solusi praktis seperti paket pangan yang tinggi serat atau protein, camilan rendah gula, serta akses obat atau mekanisme pelacakan pasien dapat menyelamatkan nyawa.
Bencana membuat akses ke obat, makanan seimbang, dan layanan kesehatan sering terganggu, yang mana ini berisiko bagi orang-orang dengan penyakit kronis (diabetes, hipertensi, penyakit jantung, penyakit paru kronis). Dalam situasi pengungsian akibat bencana, pilihan makanan bantuan yang tersedia biasanya diprioritaskan untuk kecepatan distribusi dan umur simpan, bukan untuk kebutuhan individu.
Artikel ini menjelaskan nutrisi untuk orang dengan penyakit kronis saat masa krisis, memberi opsi konkret apa yang bisa atau aman dikonsumsi, apa yang harus dihindari atau dibatasi, dan langkah praktis agar bantuan pangan lebih ramah bagi pasien penyakit kronis.
Makanan yang disarankan
Makanan yang sebaiknya tidak dikonsumsi atau dibatasi

Makanan yang sebaiknya tidak dikonsumsi antara lain:
- Makanan sangat diproses tinggi gula dan karbohidrat sederhana (mi instan, nasi goreng instan manis, biskuit manis berkalori kosong): risiko lonjakan gula serta peningkatan tekanan darah akibat kandungan natrium.
- Minuman manis/soft drink dan sirop buah: meningkatkan gula secara cepat dan kalori tanpa nutrisi.
- Makanan kaleng sangat asin atau berlemak tinggi (camilan gorengan saset, makanan instan tinggi sodium): buruk untuk hipertensi dan penyakit jantung.
Sementara itu, yang sebaiknya dibatasi meliputi:
- Porsi mie instan atau nasi putih: jika terpaksa dikonsumsi, batasi porsi dan kombinasikan dengan sayuran atau sumber protein untuk memperlambat penyerapan glukosa.
- Asupan natrium: batasi makanan kaleng berkuah pekat, penyedap rasa saset berlebihan. Untuk orang dengan hipertensi, kontrol garam penting meski saat masa krisis seperti di pengungsian.
Tips memberi bantuan makanan untuk korban bencana
Berikut poin penting untuk bantuan di pengungsian:
- Paket bantuan 'modular': sediakan paket standar dan paket rentan (untuk lansia/orang dengan penyakit tidak menular): paket berisi karbohidrat berindeks glikemik lebih rendah, protein siap santap, camilan serat tinggi, dan informasi porsi.
- Label dan informasi sederhana: label porsi atau stiker “untuk pasien diabetes/hipertensi” membantu pembagian yang adil di posko. Dalam praktik lapangan di Indonesia, intervensi sederhana seperti food bars bernutrisi untuk lansia telah diuji pada respon bencana.
- Koordinasi dengan fasilitas kesehatan setempat: data pasien kronis (daftar nama/obat) dan rute distribusi obat harus diintegrasikan dengan layanan pangan agar pasien mendapat makanan dan obat yang cocok. Penting untuk sinkronisasi obat-makanan selama masa darurat.
- Pelatihan relawan: relawan bantuan makanan perlu diberi modul singkat: perbedaan makanan "aman" vs "berisiko" untuk orang dengan penyakit kronis, cara mengurangi porsi mi instan, dan menggandeng posyandu/puskesmas untuk skrining sederhana.
Risiko terlalu banyak makan mi instan atau produk ultraproses

Banyak studi epidemiologis menunjukkan korelasi antara konsumsi mi instan/produk ultraproses dengan peningkatan risiko sindrom kardiometabolik atau lonjakan gula setelah makan. Jadi, distribusi makanan seperti itu harus sangat hati-hati pada populasi dengan prevalensi diabetes atau hipertensi tinggi.
Pedoman internasional juga menuntut perhatian khusus bagi kelompok rentan saat merancang paket pangan darurat.
Selain itu, ada contoh intervensi nutrisi di Indonesia yang menguji food bar bernutrisi untuk lansia korban bencana—ini relevan untuk pengembangan paket untuk kelompok rentan lokal.
Dalam situasi darurat, tujuan utama bantuan pangan adalah menyelamatkan nyawa. Namun, ini bukan berarti mengabaikan kebutuhan nutrisi kelompok rentan.
Menyusun paket bantuan yang memperhitungkan penyakit kronis (karbohidrat lebih kompleks, sumber protein, kontrol natrium, dan paket obat) dapat mengurangi komplikasi jangka pendek dan menyelamatkan banyak orang.
Rekomendasinya adalah menyertakan pangan berkualitas, tinggi serat, membuat paket khusus untuk orang dengan penyakit tidak menular, serta memperkuat koordinasi antara distribusi pangan dan layanan kesehatan. Intervensi kecil ini akan mengurangi beban komplikasi penyakit kronis pascabencana.
Referensi
“Nutrition in Emergencies.” World Health Organization. Diakses Desember 2025.
"The Sphere Handbook: Humanitarian Charter and Minimum Standards in Humanitarian Response." Sphere Project. Diakses Desember 2025.
"Managing Chronic Conditions after a Natural Disaster (guidance PDF)." Centers for Disease Control and Prevention. Diakses Desember 2025.
In Sil Huh et al., “Instant Noodle Consumption Is Associated With Cardiometabolic Risk Factors Among College Students in Seoul,” Nutrition Research and Practice 11, no. 3 (January 1, 2017): 232, https://doi.org/10.4162/nrp.2017.11.3.232.
Congli Cui et al., “Low Glycemic Index Noodle and Pasta: Cereal Type, Ingredient, and Processing,” Food Chemistry 431 (August 18, 2023): 137188, https://doi.org/10.1016/j.foodchem.2023.137188.
Fatmah Fatmah, “Effectiveness of Mangrove Sword Bean Food Bar Addressed to Older People of Landslide Disaster Victims,” Frontiers in Nutrition 11 (April 8, 2024): 1291580, https://doi.org/10.3389/fnut.2024.1291580.
Hyun Joon Shin et al., “Instant Noodle Intake and Dietary Patterns Are Associated With Distinct Cardiometabolic Risk Factors in Korea,” Journal of Nutrition 144, no. 8 (June 26, 2014): 1247–55, https://doi.org/10.3945/jn.113.188441.



















