- Iritasi saluran napas dan hidung: pilek yang tak kunjung reda, bersin, dan hidung tersumbat.
- Batuk berkepanjangan dan mengi: terutama pada orang dengan asma atau alergi.
- Iritasi mata dan kulit: mata merah, gatal, dan ruam di area yang terpapar.
- Gejala sistemik ringan: kelelahan, sakit kepala, atau nyeri otot pada beberapa kasus paparan berkepanjangan.
Infeksi Jamur Pascabanjir: Ancaman Tersembunyi untuk Pengungsi

- Setelah banjir, kondisi lembap memicu pertumbuhan jamur. Paparan jangka pendek maupun lama meningkatkan risiko gangguan pernapasan dan alergi.
- Kelompok rentan: anak, lansia, penderita penyakit pernapasan atau imunokompromis. Pengungsian dengan ventilasi buruk memperburuk situasi.
- Pencegahan sederhana dan deteksi dini gejala dapat mengurangi dampak kesehatan secara signifikan.
Banjir menyisakan banyak hal. Selain lumpur, sampah, kerusakan bangunan dan hilangnya harta, ada pula kelembapan yang dapat mengundang jamur (mold).
Untuk pengungsi, yang tinggal di tenda ataupun bangunan sementara yang belum kering sempurna, jamur berpotensi menjadi ancaman kesehatan, terutama bagi anak-anak, lansia, dan mereka yang memiliki penyakit pernapasan.
Memahami bagaimana jamur tumbuh, gejala yang mungkin muncul, dan cara pencegahan adalah bagian penting dari respons bencana. Dengan langkah-langkah sederhana dan pengetahuan yang tepat, komunitas dapat mengurangi risiko dampak kesehatan yang sering tak terlihat ini.
Mengapa banjir dapat memicu pertumbuhan jamur?
Jamur memerlukan kelembapan dan bahan organik untuk tumbuh. Dinding yang basah, papan, kasur, pakaian, serta tumpukan sampah atau lantai berlumpur merupakan kondisi ideal untuk jamur tumbuh.
Setelah banjir, jika material basah tidak dikeringkan atau dibuang dalam 24–72 jam, jamur bisa mulai tumbuh dan membentuk koloni yang melepaskan spora ke udara.
Selain itu, pengungsian massal sering menciptakan kepadatan dan ventilasi buruk, seperti tenda atau ruang isolasi yang lembap dapat memperpanjang paparan.
Penelitian dan laporan pascabencana (misalnya hurikan Katrina/Harvey di AS) mencatat tingkat kontaminasi jamur tinggi di rumah pascabanjir dan gejala peningkatan gangguan pernapasan di komunitas yang terdampak.
Siapa yang paling berisiko?
Kelompok rentan adalah anak kecil, orang tua, perokok, pasien asma atau penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan orang dengan sistem imun yang lemah. Mereka tidak cuma lebih mungkin menunjukkan gejala (batuk, mengi, sesak, iritasi mata/hidung), tetapi paparan kronis dapat memperburuk kondisi kronis (misalnya perburukan asma).
Dampak kelembapan/jamur menunjukkan hubungan kuat antara paparan jamur dan peningkatan gejala pernapasan serta risiko berkembangnya asma.
Gejala yang paling sering muncul pada pengungsi yang terpapar jamur

Berikut gejala umum paparan jamur pada pengungsi:
Gejala-gejala ini bisa muncul segera atau setelah paparan berkepanjangan. Pada orang imunokompromis, infeksi jamur yang lebih serius (misalnya aspergillosis) dapat terjadi setelah paparan berat atau luka terkontaminasi.
Cara mencegah dan mengurangi paparan jamur di pengungsian
Ada beberapa cara untuk mencegah dan mengurangi paparan jamur di pengungsian, seperti:
- Segera keringkan atau buang barang yang basah
- Barang berpori seperti kasur, bantal busa, karpet, dan papan drywall yang basah selama lebih dari 48–72 jam sebaiknya dibuang karena jamur tumbuh cepat di materi ini. Jika tidak dapat dibuang, jemur di bawah sinar matahari sampai benar-benar kering atau gunakan pengering/kipas bila memungkinkan.
- Contoh: pindahkan barang ke tempat kering, buka tenda/ventilasi saat ada sinar matahari, dan hindari menumpuk barang basah di satu lokasi.
- Ventilasi dan sinar matahari
- Buka jendela/pintu dan sirkulasikan udara; gunakan kipas/ventilator jika memungkinkan. Sinar matahari membantu menurunkan kelembapan di permukaan. Di pengungsian darurat, atur ruang agar udara dapat bergerak (hindari ruangan yang rapat).
- Pembersihan
- Orang yang membersihkan area berjamur harus memakai sarung tangan karet, masker respirator (minimal N95 jika ada), pelindung mata, dan sepatu tertutup.
- Gunakan sabun dan air atau larutan pembersih yang direkomendasikan (mis. detergen). Hindari pemakaian klorin/bleach berlebih pada permukaan berpori.
- Prioritaskan perlindungan kelompok rentan
- Anak, lansia, ibu hamil, dan orang dengan penyakit kronis sebaiknya ditempatkan di area kering atau dipindah sementara jika lokasi pengungsian lembap. Rencana distribusi tenda/ruang harus mempertimbangkan ventilasi dan akses ke area kering.
- Monitoring kesehatan dan rujukan dini
- Siapkan mekanisme skrining gejala pernapasan di pos kesehatan pengungsian: batuk lama, mengi, demam yang tidak wajar. Rujuk ke fasilitas jika gejala berat atau tidak membaik dengan perawatan awal.
Risikonya jika tidak mempraktikkan tindakan pencegahan
Apabila tidak ada antisipasi ancaman jamur, inilah hal-hal yang berpotensi terjadi:
- Meningkatnya eksaserbasi penyakit pernapasan: Di pengungsian dengan ventilasi buruk, banyak anak dan dewasa bisa mengalami batuk kronis atau serangan asma yang meningkat. Ini dapat membebani layanan kesehatan sementara dan meningkatkan morbiditas.
- Infeksi jamur pada kelompok imunokompromis: Meskipun relatif jarang, tetapi dokumentasi pascabencana menunjukkan kasus invasif (misalnya aspergillosis atau infeksi jamur lain) setelah paparan berat atau luka bermateri organik. Contoh: laporan kasus pascatsunami dan bencana besar menunjukkan kemungkinan infeksi serius jika tidak ditangani cepat.
- Dampak psikososial dan penurunan kualitas hidup: Pengungsian yang lembap, bau tak sedap, dan gangguan tidur akibat gejala pernapasan memperburuk stres pascabencana—mengurangi kemampuan pemulihan.
Jamur adalah ancaman pascabanjir yang sering diremehkan karena tidak selalu langsung berefek fatal. Padahal, dampaknya pada kesehatan, terutama bagi kelompok rentan, nyata.
Tindakan sederhana seperti mengeringkan bahan basah, memperbaiki ventilasi, memakai alat pelindung saat bersih-bersih, dan memberi perhatian khusus pada anak serta orang dengan penyakit kronis bisa mengurangi risiko secara signifikan.
Respons bencana yang baik termasuk memastikan lingkungan pemulihan aman dan kering. Dengan pengetahuan yang tepat dan penerapan langkah pencegahan yang realistis, komunitas di Aceh, Sumut, Sumbar atau wilayah rawan banjir lain dapat mengurangi beban kesehatan yang sering muncul setelah air surut.
Referensi
Institute Of Medicine, “Dampness, Moisture, and Flooding" in Climate Change, the Indoor Environment, and Health, National Academies Press eBooks, 2011, https://doi.org/10.17226/13115.
"WHO guidelines for indoor air quality : dampness and mould." WHO. Diakses Desember 2025.
Lisa Coulburn and Wendy Miller, “Prevalence, Risk Factors and Impacts Related to Mould-Affected Housing: An Australian Integrative Review,” International Journal of Environmental Research and Public Health 19, no. 3 (February 7, 2022): 1854, https://doi.org/10.3390/ijerph19031854.


















