Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Keju Brie, Gouda, dan Cheddar Bisa Bantu Turunkan Risiko Demensia

Seseorang mengambil keju.
ilustrasi makan keju (freepik.com/freepik)
Intinya sih...
  • Sebuah studi jangka panjang menemukan konsumsi keju berlemak berkaitan dengan risiko demensia yang lebih rendah.
  • Hubungan ini tidak ditemukan pada keju rendah lemak, susu, atau yoghurt.
  • Keju bukan obat demensia, tetapi temuan ini menantang anggapan lama soal lemak dan kesehatan otak.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Di antara sekian banyak makanan, keju sering masuk daftar “yang perlu dibatasi”. Kandungan lemaknya kerap membuat orang ragu, terutama mereka yang berusaha hidup lebih sehat. Namun, sebuah studi jangka panjang terbaru memberi sudut pandang berbeda.

Temuan studi ini, konsumsi keju berlemak dalam jumlah tertentu setiap hari berkaitan dengan risiko demensia yang lebih rendah. Temuan ini tidak serta-merta menjadikan keju sebagai “obat”, tetapi cukup untuk mengajak orang meninjau ulang anggapan lama tentang lemak, makanan, dan kesehatan otak.

Temuan penelitian

Studi yang dilakukan oleh tim peneliti dari Universitas Lund, Swedia, mengikuti 27.670 orang dewasa selama sekitar 25 tahun. Fokusnya adalah melihat apakah ada hubungan antara kebiasaan makan produk susu tertentu dan risiko demensia di kemudian hari.

Hasilnya cukup mencolok. Orang yang mengonsumsi 50 gram atau lebih keju berlemak per hari, sekitar satu hingga dua potong kecil, menunjukkan risiko demensia yang lebih rendah dibanding mereka yang hanya makan keju dalam jumlah sangat sedikit.

Keju berlemak yang dimaksud mencakup jenis dengan kandungan lemak di atas 20 persen, seperti brie, gouda, keju cedar, parmesan, gruyere, hingga keju mozarela.

Selama masa pengamatan, 3.208 peserta mengalami demensia. Sekitar 10 persen dari mereka yang rutin mengonsumsi keju berlemak dalam jumlah cukup mengalami demensia, dibandingkan sekitar 13 persen pada kelompok dengan konsumsi keju sangat rendah.

Setelah memperhitungkan faktor usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pola makan secara keseluruhan, konsumsi keju berlemak lebih dari 50 gram per hari dikaitkan dengan penurunan risiko demensia sekitar 13 persen.

Namun, efek serupa tidak ditemukan pada keju rendah lemak, susu cair, produk susu fermentasi seperti yoghurt dan kefir, maupun krim. Mentega bahkan menunjukkan hasil yang tidak konsisten, dengan indikasi peningkatan risiko Alzheimer pada konsumsi tinggi.

Selama puluhan tahun, perdebatan soal lemak—tinggi versus rendah—mewarnai rekomendasi gizi. Keju sering masuk kategori makanan yang sebaiknya dibatasi. Temuan ini, menurut para peneliti, membuka ruang diskusi baru.

Beberapa produk susu berlemak kemungkinan memiliki komponen bioaktif yang berdampak positif pada otak. Namun, mekanisme pastinya masih belum jelas dan membutuhkan penelitian lanjutan.

Demensia adalah masalah global

Ilustrasi demensia.
ilustrasi demensia (IDN Times/Aditya Pratama)

Demensia bukan satu penyakit tunggal, melainkan istilah payung untuk berbagai gangguan kognitif, termasuk penyakit Alzheimer, demensia vaskular, dan demensia terkait penyakit Parkinson.

Pada tahun 2021, sekitar 57 juta orang hidup dengan demensia di dunia. Angka ini diperkirakan bisa melonjak hingga 153 juta pada 2050, seiring bertambahnya usia populasi global. Di tengah minimnya terapi kuratif, pencegahan, termasuk lewat pola makan, menjadi fokus penting penelitian.

Tetap saja, keju bukan satu-satunya faktor yang memengaruhi risiko demensia

Meski hasilnya menarik, tetapi para ahli mengingatkan agar temuan ini tidak ditafsirkan secara berlebihan. Salah satu keterbatasan utama penelitian ini adalah data pola makan yang dikumpulkan hanya pada satu titik waktu, lalu dikaitkan dengan kondisi kesehatan 25 tahun kemudian.

Dalam rentang waktu sepanjang itu, kebiasaan makan, gaya hidup, dan kondisi kesehatan seseorang hampir pasti berubah. Artinya, keju bukan satu-satunya faktor yang memengaruhi risiko demensia.

Keju mungkin bukan musuh kesehatan otak seperti yang selama ini diasumsikan. Namun, menjadikannya sebagai senjata untuk melawan demensia juga bukan langkah bijak.

Pola makan seimbang, aktivitas fisik, tidur cukup, dan stimulasi mental tetap menjadi fondasi dalam menjaga fungsi otak. Keju, dalam konteks ini, bisa dilihat sebagai bagian kecil dari gambaran besar, bukan solusi tunggal.

Referensi

"Could Cheese Protect Your Brain Health?" American Academy of Neurology. Diakses Desember 2025.

Yufeng Du et al., “High- and Low-Fat Dairy Consumption and Long-Term Risk of Dementia,” Neurology 106, no. 2 (December 17, 2025), https://doi.org/10.1212/wnl.0000000000214343.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us

Latest in Health

See More

Keju Brie, Gouda, dan Cheddar Bisa Bantu Turunkan Risiko Demensia

20 Des 2025, 12:02 WIBHealth