- Filisida altruistik (altruistic filicide): Motif yang didasari oleh keinginan orangtua untuk meringankan penderitaan anak yang nyata maupun yang dibayangkan. Mereka menganggap bahwa dunia terlalu kejam untuk anak, dan keputusan untuk membunuh anaknya adalah pilihan terbaik untuk kepentingan anak-anaknya.
- Filisida psikotik akut: Orangtua yang membunuh karena alasan yang tidak rasional.
- Pembunuhan anak yang tidak diinginkan: Orangtua membunuh anak yang dianggap penghalang. Motif ini juga termasuk untuk mendapatkan keuntungan dari kematian anak, misalnya untuk mendapatkan warisan atau bisa menikah dengan seseorang yang tidak menginginkan anak tiri.
- Filisida yang tidak disengaja: Orangtua membunuh anaknya secara tidak sengaja akibat pengabaian atau pelecehan.
- Filisida balas dendam pasangan: Orangtua membunuh anak untuk membalas dendam pada pasangannya, yang mungkin karena perselingkuhan atau pengabaian.
Kenapa Orangtua Tega Bunuh Anak Sendiri? Ini 5 Fakta Filisida

Beberapa waktu lalu kita dibuat gempar oleh kabar orangtua yang membunuh anaknya sendiri. Yang bikin miris, dikabarkan ini dilakukan sang ibu untuk melindungi anak dari nasib buruk yang tidak diharapkan, baik yang nyata maupun yang dibayangkan
Tahukah kamu kalau dalam ilmu psikilogi ada istilah filisida atau filicide? Ini merupakan pembunuhan anak yang dilakukan oleh orangtuanya sendiri. Fenomena seperti ini memang jarang, tetapi sangat kompleks yang mana banyak sekali faktor yang memicunya.
Apa itu fenomena filisida dan kenapa ini bisa terjadi? Dihimpun dari berbagai sumber, inilah fakta seputar felisida yang perlu kamu ketahui.
1. Apa itu filisida?

Berbicara tentang fenomena pembunuhan anak, ada banyak istilah yang digunakan secara bergantian, seperti filisida, neonatisida, dan infantisida.
Filisida merupakan pembunuhan anak yang sering kali mengacu pada anak usia kurang dari 18 tahun. Ini bisa dilakukan oleh orangtua kandung maupun orang lain yang menjadi figur orangtua, misalnya orangtua tiri.
Infantisida mengacu pada pembunuhan anak yang usianya di bawah 1 tahun oleh orangtuanya, sedangkan neonatisida adalah istilah yang digunakan untuk pembunuhan bayi baru lahir dalam 24 jam pertama hidupnya oleh orangtuanya sendiri.
2. Motif orangtua membunuh anaknya

Ada banyak studi yang meneliti motif pembunuhan anak oleh orangtua. Satu teori yang paling umum adalah yang dikemukakan oleh Philip Resnick tahun 1969. Ia menjelaskan bahwa ada lima motif yang mendorong orangtua tega menghabisi nyawa anaknya sendiri, yaitu:
Motif yang sangat umum dari teori Resnick ini adalah filisida altruisme, menyumbang sekitar 49 persen dari kasus yang ditinjau. Di sisi lain, motif yang paling jarang adalah pembunuhan karena balas dendam yang hanya menyumbang sekitar 2 persen dari kasus yang diteliti.
3. Faktor risiko filisida

Orangtua, baik ayah maupun ibu dapat mengembangkan filisida. Namun, pada keduanya tampaknya memiliki faktor pemicu yang berbeda.
Filisida pada ibu biasanya dipicu oleh beberapa faktor seperti riwayat bunuh diri, depresi berat, psikosis, dan penggunaan layanan psikiatri pada masa lalu. Lebih lanjut, dalam jurnal Psychiatry tahun 2007 juga dijelaskan bahwa ibu dengan risiko tertinggi filisida sering kali terisolasi secara sosial, status sosial ekonomi bawah, dan menjadi pengasuh anak penuh waktu yang mungkin merupakan korban kekerasan dalam rumah tangganya.
Sementara jtu, filisida pada ayah dilaporkan lebih cenderung dipicu oleh faktor kecemburuan terhadap perilaku anak, misalnya seorang ayah yang cemburu karena anaknya lebih dekat atau menyukai ibunya. Adanya stresor (pemicu stres) kehidupan lain, termasuk perpisahan pernikahan yang akan datang dan ketakutan akan perpisahan, juga telah dilaporkan pada filisida ayah.
4. Karakteristik filisida pada ayah dan ibu

Selain faktor pemicu, filisida pada ayah dan ibu sepertinya juga memiliki karakteristik yang berbeda. Masih dari jurnal yang sama, beberapa studi melaporkan bahwa metode pembunuhan pada filisida ibu biasanya mencakup trauma kepala, tenggelam, mati lemas, dan pencekikan.
Sementara pada ayah, mereka cenderung menggunakan cara aktif dan kekerasan, seperti menembak, menusuk, memukul, menjatuhkan, meremas, meremukkan, atau mengguncang untuk membunuh anak-anak mereka. Mereka yang melakukan ini sering dianggap miskin, tidak berpendidikan, menganggur, dan tidak memiliki jaringan dukungan sosial.
5. Orangtua yang melakukan filisida juga cenderung melakukan bunuh diri

Mengutip laporan dalam The Journal of the American Academy of Psychiatry and the Law, orangtua yang melakukan filisida juga dilaporkan memiliki kecenderungan yang tinggi untuk bunuh diri, yang sering kali serius dan berhasil.
Mereka memiliki kecenderungan ini setelah melakukan pembunuhan pada anak yang lebih besar, yaitu sekitar usia 12 hingga 17 tahun. Namun, ini biasanya tidak terjadi pada kasus pembunuhan bayi, pembunuhan anak yang tidak diinginkan, pembunuhan anak yang membalas dendam, dan pembunuhan yang fatal.
Itulah fakta tentang fenomena filisida. Jika kamu menemui diri sendiri atau orang-orang di sekitarmu yang tampaknya memiliki masalah terkait kesehatan jiwa, sebaiknya segeralah berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater agar bisa segera mendapatkan penanganan.