Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Obat yang Perlu Dihindari atau Disesuaikan oleh Pasien Penyakit Ginjal

Ilustrasi perempuan minum obat atau suplemen dengan segelas air.
ilustrasi minum obat atau suplemen (IDN Times/Novaya Siantita)
Intinya sih...
  • Obat-obatan seperti statin, OAINS, antibiotik, insulin, dan obat penekan asam lambung dapat berbahaya bagi pasien penyakit ginjal.
  • Pasien penyakit ginjal perlu memperhatikan dosis obat-obatan tertentu dan berkonsultasi dengan dokter untuk menghindari kerusakan tambahan pada ginjal.
  • Kesulitan dalam menyaring obat-obatan dan cairan berlebih membuat pentingnya konsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi suplemen atau obat apa pun.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Saat ginjal tidak lagi bekerja optimal, dampaknya bukan cuma proses penyaringan racun dan cairan tubuh. Obat-obatan, baik resep dokter maupun obat bebas, bisa menumpuk dalam darah. Akibatnya, alih-alih membantu, obat-obatan tersebut justru berisiko menambah kerusakan pada ginjal atau bahkan mengganggu organ lain.

Inilah alasan kenapa pasien dengan penyakit ginjal kronis perlu lebih waspada. Setiap obat yang dikonsumsi harus dipertimbangkan dengan cermat apakah aman, perlu penyesuaian dosis, atau sebaiknya dihindari sama sekali.

Beberapa jenis obat umum bisa memiliki efek berbeda pada tubuh orang dengan gangguan ginjal. Karena itu, pemahaman yang benar mengenai obat mana yang aman dan mana yang berpotensi berbahaya adalah langkah penting dalam menjaga kesehatan jangka panjang pasien penyakit ginjal.

1. Obat kolesterol

Dosis obat-obatan statin mungkin perlu diperhatikan dan disesuaikan pada pasien penyakit ginjal kronis.

Statin juga dapat meningkatkan risiko diabetes, yang merupakan komplikasi umum bagi orang-orang yang memiliki penyakit ginjal. Jika kamu berisiko mengalami masalah ginjal atau diabetes, pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum memulai pengobatan kolesterol apa pun.

2. Obat pereda nyeri OAINS

Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) adalah kelompok obat anti nyeri. Beberapa OAINS tersedia tanpa resep dokter. Ini termasuk berbagai merek ibuprofen, naproxen sodium, dan ketoprofen.

OAINS biasanya aman untuk penggunaan sesekali jika diminum sesuai petunjuk, tetapi pada orang yang diketahui mengalami penurunan fungsi ginjal, obat ini perlu dihindari.

Obat-obatan ini hanya boleh digunakan di bawah pengawasan dokter oleh pasien dengan penyakit ginjal, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, atau penyakit hati, atau oleh orang yang berusia di atas 65 tahun atau yang minum obat diuretik.

OAINS dapat menyebabkan peningkatan risiko gagal ginjal mendadak dan bahkan kerusakan ginjal progresif.

3. Antibiotik

Ilustrasi obat-obatan.
ilustrasi obat-obatan (IDN Times/Aditya Pratama)

Amoxicillin, ciprofloxacin, dan antibiotik lainnya dapat berbahaya bagi pasien penyakit ginjal dan dapat menyebabkan kerusakan lebih lanjut.

Orang dengan penyakit ginjal umumnya harus mengonsumsi antibiotik dengan dosis yang lebih kecil daripada orang yang memiliki ginjal sehat. Dokter akan menentukan dosis yang tepat berdasarkan usia, berat badan, dan tingkat kerusakan ginjal.

Selain itu, jangan pernah mencoba mengobati penyakit di rumah dengan menggunakan antibiotik sisa. Jika sakit, temui dokter untuk mendapatkan rencana pengobatan terbaik.

4. Obat diabetes

Insulin dan obat-obatan tertentu yang digunakan oleh pasien diabetes dibersihkan oleh ginjal. Karena diabetes merupakan penyebab utama penyakit ginjal, penting bagi pasien diabetes untuk mengendalikan kadar gula darah mereka.

Pengendalian gula darah biasanya melibatkan kombinasi diet, aktivitas fisik, dan pengobatan. Pada orang yang memiliki diabetes dan penyakit ginjal kronis, berkonsultasilah dengan dokter untuk mengetahui apakah ada perubahan dosis yang perlu dilakukan berdasarkan tingkat fungsi ginjal mereka.

5. Obat penekan asam lambung

Obat penekan asam lambung (acid suppressant) digunakan untuk mencegah dan mengobati nyeri ulu hati (heartburn) dan gangguan pencernaan dengan mengurangi asam dalam lambung. Ini tersedia dalam bentuk obat bebas maupun obat resep dokter.

Beberapa obat penekan asam lambung yang paling umum meliputi omeprazole dan esomeprazole, famotidine, dan kalsium karbonat.

Beberapa obat penekan asam lambung dapat menyebabkan peradangan dan iritasi ginjal. Obat-obatan seperti omeprazole atau esomeprazole harus diminum hanya untuk jangka waktu pendek.

Jika mengonsumsi obat penekan asam lambung selama lebih dari sebulan, konsultasikan dengan dokter. Jika mengonsumsi kalsium karbonat secara teratur untuk mengobati heartburn atau gangguan pencernaan, konsultasikan dengan dokter untuk mengetahui apakah ada pilihan lain.

6. Suplemen

Ilustrasi obat-obatan.
ilustrasi obat-obatan (IDN Times/Aditya Pratama)

Orang dengan penyakit ginjal mengalami kesulitan dalam menyaring obat-obatan, limbah, dan cairan berlebih dari tubuh, jadi sangat penting bagi untuk mengetahui risiko keamanan dari suplemen apa pun yang dikonsumsi.

Ketika kemampuan penyaringan ginjal terganggu, suplemen dapat terakumulasi dan menyebabkan toksisitas. Pada semua orang, tetapi terutama di antara kelompok pasien penyakit ginjal, suplemen dapat menyebabkan cedera ginjal akut atau mengintensifkan penurunan fungsi ginjal jangka panjang.

Suplemen juga dapat berinteraksi dengan obat-obatan lain, baik memperkuat atau mengurangi efeknya.

Beberapa suplemen mengandung kalium atau fosfor—mineral yang sering kali dibatasi untuk populasi tersebut—atau dapat berbahaya bagi orang dengan gangguan fungsi ginjal.

7. Suplemen herbal

Herbal dapat berupa jenis suplemen makanan dengan khasiat terapeutik yang dijual dalam bentuk tablet, kapsul, bubuk, teh, ekstrak, dan sebagai tanaman segar atau kering.

Meskipun banyak orang menggunakannya karena mereka yakin dapat meningkatkan kesehatan, tetapi herbal tidak melalui pengujian yang diwajibkan untuk obat-obatan dan mungkin saja berpotensi berbahaya.

Sebuah tinjauan tahun 2007 tentang disfungsi ginjal yang disebabkan oleh suplemen mencantumkan lebih dari 15 herbal dan suplemen yang dilaporkan telah menyebabkan masalah ginjal, termasuk kromium, kreatin, licorice, kulit pohon willow, dan yohimbe. 

Jangan berasumsi bahwa karena herbal "alami", suplemen herbal selalu aman. Beberapa dapat berinteraksi buruk dengan obat resep dari dokter. Yang lain dapat bertindak sebagai diuretik atau pil air dan dapat menyebabkan iritasi atau kerusakan ginjal.

Beberapa suplemen herbal mengandung kalium dan fosfor, yang keduanya mungkin perlu dibatasi pada orang dengan penyakit ginjal.

Secara umum, pasien penyakit ginjal sebaiknya tidak menggunakan suplemen herbal tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter atau apoteker.

Pasien penyakit ginjal harus berkonsultasi dengan dokter mengenai obat-obatan yang digunakan setiap hari, baik itu obat bebas, obat resep, suplemen, dan herbal. Selalu ikuti saran dan rencana pengobatan dari dokter untuk menghindari kerusakan ginjal lebih lanjut dan memperoleh hasil terbaik.

Referensi

"4 Medications That Impact Kidney Health." Durham Nephrology Associates. Diakses pada Oktober 2024.

"Five Drugs You May Need to Avoid od Adjust if You Have Kidney Disease." National Kidney Foundation. Diakses pada Oktober 2024.

"Pain Medicines (Analgesics)." National Kidney Foundation. Diakses pada Oktober 2024.

"How Medication Affects The Kidneys." Revere Health. Diakses pada Oktober 2024.

"6 Types of Medications That Can Harm Your Kidneys." AARP. Diakses pada Oktober 2024.

"People with kidney disease should be cautious with supplements, Mayo researchers say." Mayo Clinic News Network. Diakses pada Oktober 2024.

Steven Gabardi, Kristin Munz, and Catherine Ulbricht, “A Review of Dietary Supplement–Induced Renal Dysfunction,” Clinical Journal of the American Society of Nephrology 2, no. 4 (May 31, 2007): 757–65, https://doi.org/10.2215/cjn.00500107.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
Misrohatun H
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us

Latest in Health

See More

[QUIZ] Cek Seberapa Jago Pengetahuan Kamu Menebak Pose Yoga

05 Nov 2025, 22:45 WIBHealth