"Padahal penyakit-penyakit ini adalah penyakit yang sudah lama. Sudah zaman dahulu kala dikenal dan di Indonesia belum bisa diatasi dengan baik. Ini bukan masalah lokal, tapi juga masalah nasional. Ini adalah bukti adanya gap cakupan imunisasi, penurunan cakupan imunisasi," kata dr. Piprim.
KLB Campak Sumenep, IDAI: Bukti Penurunan Cakupan Imunisasi

- KLB campak terjadi di Sumenep, Jawa Timur, dengan 17 anak meninggal karena tidak mendapatkan imunisasi campak.
- Kasus ini sudah menyebar ke 14 provinsi dengan 46 wilayah yang mengalami KLB campak.
- Cakupan vaksinasi MR harus di atas 95 persen, KLB bisa terjadi jika persentasenya di bawah 60 persen.
Baru-baru ini terjadi kejadian luar biasa (KLB) campak di Sumenep, Jawa Timur. Sebanyak 17 anak meninggal pada periode Februari hingga Juli 2025, yang mana sebagian besar dari mereka tidak mendapatkan imunisasi campak.
Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) menyampaikan rasa keprihatinannya. Dia menyampaikan bahwa kasus ini sudah menyebar ke 14 provinsi dengan 46 wilayah yang mengalami KLB campak.
Bukti cakupan imunisasi menurun
Campak adalah penyakit infeksi virus akut yang sangat menular. Penyebabnya berasal dari virus rubeola (measles), yang cara penularannya melalui percikan ludah dan jalan napas.
Campak bisa dicegah dengan vaksin

Campak merupakan penyakit yang sangat menular dibanding dengan COVID-19, potensinya empat hingga lima kali. Oleh karena itu, cakupan imunisasinya pada kasus-kasus penyakit yang sangat menular harus tinggi agar terbentuk herd immunity atau kekebalan komunitas.
Cakupan vaksinasi Measles-Rubella (MR) harus di atas 95 persen. KLB sendiri bisa terjadi jika persentasenya di bawah 60 persen. Jadi, sebenarnya fenomena ini bisa diatasi dengan mengedukasi dan memotivasi masyarakat yang resah dengan informasi terkait imunisasi.
"Jangan sampai dilupakan upaya promotif dan preventif karena dampaknya bisa menyebabkan kematian yang cukup banyak. Jadi walaupun sering dianggap rendah, penyakit-penyakit yang bisa dijaga dengan imunisasi seperti hepatitis A, misalkan, kemudian cacar air, yang bisa mengganggu ketika menimpa anak-anak kita, khususnya yang di pesantren atau boarding school," lanjut dr, Piprim.
IDAI mengaku siap berkolaborasi untuk memajukan kesehatan anak Indonesia. IDAI juga berharap pemerintah mengalokasikan sumber daya yang memadai, memastikan vaksin tersedia hingga ke pelosok, dan ada peran tokoh-tokoh masyarakat serta pemuka agama. Imunisasi adalah hak dasar anak, mereka berhak hidup sehat dan terlindungi dari berbagai penyakit berbahaya.