Acarbose: Manfaat, Peringatan, Dosis, Interaksi, dan Efek Samping

Diberikan pada pasien diabetes tipe-2

Acarbose adalah obat rekomendasi bagi penderita diabetes melitus non-insulin dependent (NINNM) atau diabetes tipe-2. Dilansir pada laman Medicines.org.uk, pemberian obat ini berlaku apabila penanganan pasien tidak cukup dengan diet dan agen hipoglikemik oral saja. 

Termasuk dalam obat resep, acarbose tersedia dalam obat bermerek Precose. Namun, kamu bisa mendapati versi generik yang harganya lebih terjangkau. Meski demikian, keduanya dapat memiliki kekuatan efek yang berbeda.

1. Manfaat

Obat ini bekerja dengan memperlambat enzim yang berperan memecah makanan menjadi gula. Oleh karena itu, acarbose termasuk jenis obat inhibitor alfa-glukosidase . Tujuannya, memaksimalkan karbohidrat dalam tubuh sehingga gula darah lebih terkontrol. 

Secara rinci, penggunaan obat acarbose bermanfaat mengubah pati dan sukrosa monosakarida. Konsumsi obat ini mendukung monosakarida dapat diserap dalam usus kecil secara perlahan. Hasilnya, hiperglikemia postprandial mengalami penurunan dan menghaluskan fluktuasi profil glukosa darah harian. 

Berbeda dengan sulfonilurea, acarbose tidak menimbulkan efek yang mungkin terjadi pada pankreas. Dilaporkan Healthline, keduanya tidak dapat dikonsumsi dalam waktu karena dapat menimbulkan interaksi obat yang membahayakan. 

Baca Juga: Benarkah Minum Obat Diabetes Rutin Menyebabkan Kerusakan Ginjal?

2. Peringatan

Acarbose: Manfaat, Peringatan, Dosis, Interaksi, dan Efek Sampingilustrasi obat (pexels.com/polina tankilevitch)

Sebelum mendapatkan pengobatan acarbose, terdapat peringatan tentang risiko yang dapat terjadi. Konsultasikan kondisi tubuh secara jelas pada dokter agar terhindar dari efek samping yang mungkin terjadi. 

Beritahukan apabila kamu memiliki reaksi obat tertentu sebelumnya, munculnya tidak normal setelah mengonsumsi acarbose. Jelaskan juga apabila merencanakan jenis alergi lain dari makanan, bahan pengawet, pewarna. Dokter akan menganalisa acarbose atau tidak. 

Merujuk keterangan Drugs.com, dokter mungkin tidak akan memberikan obat acarbose jika pasien memiliki riwayat penyakit:

  • Ketoasidosis diabetik
  • Sirosis hati
  • Masalah kesehatan usus (radang usus, ulserasi kolon, atau obstruksi usus parsial)

Di samping itu, acarbose tidak dianjurkan bagi pasien yang telah mendapatkan pengobatan insulin atau sulfonilurea. Terlebih jika muncul tanda-tanda hipoglikemia seperti detak jantung yang cepat, kebingungan, perasaan, gemetar, atau merasa lemah dan pusing.

Obat acarbose juga tidak ditujukan pada anak-anak. Belum ada studi secara spesifik yang menjelaskan manfaat dan dampak obat terkait untuk digunakan pada usia selain dewasa. Belum terdapat riset komprehensif yang menunjukkan tidak adanya efek samping bagi orang lebih tua.

3. Dosis

Acarbose: Manfaat, Peringatan, Dosis, Interaksi, dan Efek Sampingilustrasi obat (pexels.com/polina tankilevitch)

Acarbose tersedia dalam bentuk kaplet yang dapat diminum sebelum atau bersamaan dengan suapan pertama makanan. Baik acarbose merek maupun generik tersedia dalam ukuran 25 mg, 50 mg, juga 100 mg. Pemberian dosis acarbose bisa berbeda tergantung pada faktor-faktor antara lain:

  • Usia
  • Kondisi kesehatan
  • Tingkat keparahan diabetes tipe-2
  • Kondisi medis lain
  • Reaksi dari pengujian konsumsi obat pertama kali
  • Aturan dosis hanya untuk dewasa usia lebih dari 18 tahun

Sebagaimana pembahasan sebelumnya, acarbose belum digunakan bagi penderita diabetes tipe-2 di usia anak-anak. Adapun dosis yang diberikan dapat bertingkat sesuai masa konsumsi obat. 

Dosis awal: konsumsi acarbose 25 mg sebanyak tiga kali sehari bersamaan dengan makanan pertama. Bisa juga tepat sebelum makan dengan bantuan air putih. 
Dosis lanjutan: dapat meningkat secara bertahap hingga 100 mg dengan durasi yang sama yakni tiga kali sehari. 

Terdapat pertimbangan dosis khusus bagi pasien yang memiliki kondisi tubuh tertentu. Pertama, untuk pasien dengan berat badan kurang dari 60 kilogram yang mungkin mengalami peningkatan enzim hati lebih tinggi. Dosis maksimum yang diberikan yakni 50 mg diminum tiga kali sehari. 

Kedua, bagi penderita diabetes tipe-2 yang memiliki fungsi ginjal buruk. Penurunan fungsi ginjal di bawah batas tertentu menjadi pertimbangan berhenti konsumsi acarbose dan penggantiannya dengan obat lain. 

Informasi ini diperlukan konsultasi medis. Kamu tetap perlu menemui dokter untuk menyesuaikan dosis dengan kondisi tubuh.

4. Interaksi

Interaksi merupakan kondisi pertemuan obat yang memungkinkan mengubah cara kerja obat. Acarbose bersifat antihiperglikemik dan dapat berinteraksi dengan jenis obat lain baik medis, herbal, maupun vitamin. 

Itulah sebabnya, perlu rekomendasi dokter agar terhindar dari efek samping. Beberapa obat yang dapat berinteraksi dengan acarbose yakni:

  • Obat diabetes. Kombinasi keduanya mengontrol jumlah gula darah dalam tubuh. Namun, kombinasi keduanya dapat memicu hipoglikemia yakni kekurangan gula darah. 
  • Obat tiroid. Masih bekerja mengontrol gula darah, kombinasi levothyroxine sebagai obat tiroid dengan acarbose dapat menyebabkan hipoglikemia.
  • Estrogen dan kontrasepsi oral. Kombinasi obat kontrasepsi oral dengan acarbose dapat mengurangi gula darah secara signifikan dan menyebabkan hipoglikemia.
  • Obat tekanan darah. Berkebalikan dengan sebelumnya, konsumsi acarbose dengan obat tekanan darah dapat meningkatkan jumlah gula darah atau hiperglikemia. Parahnya, hiperglikemia akibat kedua obat ini memerlukan waktu yang cukup lama untuk kembali normal.

5. Efek samping

Acarbose: Manfaat, Peringatan, Dosis, Interaksi, dan Efek Sampingilustrasi sakit perut (pexels.com/kindel media)

Secara umum, konsumsi obat acarbose tidak menyebabkan efek samping serius. Acarbose tidak menimbulkan kantuk, tetapi dapat menyebabkan:

  • Sakit perut
  • Diare 
  • Perut kembung

Gejala efek samping ini dapat muncul dalam beberapa minggu awal saat mulai minum obat acarbose. Timbulnya efek samping dapat berkurang seiring waktu saat tubuh telah terbiasa. 

Di samping itu, asupan obat acarbose juga dapat menimbulkan efek serius. Di antaranya:

  • Reaksi alergi kulit seperti ruam, kemerahan, adanya pembengkakan
  • Masalah hati seperti kulit dan mata menguning, bengkak pada perut hingga sakit di bagian perut kanan atas
  • Pneumatosis cystoides intestinalis yaitu kista berisi gas dalam dinding usus yang dapat menyebabkan penyumbatan, lubang, bahkan pendarahan. Gejalanya dapat berupa diare berkepanjangan, sembelit, keluarnya lendir atau pendarahan dubur.

Konsumsi acarbose sebagai terapi pengobatan diabetes tipe-2 harus dilakukan secara kontinu. Berhenti minum acarbose atau tidak mendapatkannya secara rutin dapat memicu meningkatnya kadar gula. Dalam jangka panjang, mengakibatkan diabetes semakin tidak terkontrol.

Baca Juga: Perbedaan Diabetes Insipidus dan Diabetes Melitus, Sudah Tahu?

Topik:

  • Laili Zain
  • Langgeng Irma Salugiasih
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya