Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Betis Memar setelah Lari? Ini Kemungkinan Penyebabnya

Seorang perempuan lari di taman.
ilustrasi lari pagi (pexels.com/Hugo Polo)
Intinya sih...
  • Memar betis setelah lari dapat dipicu oleh kerusakan mikro otot, stres pembuluh darah kecil, atau respons inflamasi akibat latihan intens dan berulang.
  • Overuse, peningkatan jarak yang terlalu cepat, sepatu yang tidak sesuai, hingga biomekanik lari yang kurang efisien dapat meningkatkan tekanan pada otot dan kapiler betis.
  • Memar ringan biasanya akan hilang sendiri, tetapi memar yang sering muncul, membesar, atau disertai nyeri hebat bisa menandakan masalah yang perlu pemeriksaan dokter.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Betis memar setelah lari bisa tampak seperti keluhan ringan, tetapi ini bisa juga mencerminkan berbagai proses fisiologis dan cedera yang berbeda. Secara umum, memar adalah darah yang keluar dari pembuluh darah yang rusak dan terkumpul di jaringan di bawah kulit. Dalam konteks lari, hal ini bisa disebabkan oleh kombinasi stres mekanis, kerusakan jaringan kecil, hingga respons vaskular terhadap aktivitas fisik intens.

Artikel ini membahas beberapa kemungkinan penyebab memar setelah lari, termasuk mekanisme biologis, pemicu umum, serta kapan kondisi ini perlu diwaspadai lebih serius.

1. Kerusakan mikro pada otot dan jaringan lunak

Salah satu alasan utama memar setelah lari adalah mikrotrauma atau kerusakan mikro pada otot dan jaringan lunak akibat aktivitas fisik berulang. Ketika berlari, terutama saat durasi atau intensitas meningkat secara tiba-tiba, otot-otot betis (terutama gastrocnemius dan soleus) mengalami regangan dan kontraksi berulang.

Secara fisiologis, aktivitas intens tersebut dapat menyebabkan kerusakan pada serat otot dan struktur di sekitarnya, termasuk kapiler darah kecil. Ketika kapiler ini pecah, darah bocor ke jaringan sekitarnya, menghasilkan perubahan warna yang kamu kenal sebagai memar. Proses ini sering terjadi bersamaan dengan delayed onset muscle soreness (DOMS), rasa nyeri otot yang khas muncul pada 24–72 jam setelah aktivitas berat.

Penelitian fisiologi olahraga menunjukkan bahwa exercise-induced muscle damage (EIMD) merupakan respons yang normal terhadap latihan yang tidak biasa atau besar volumenya, dengan kerusakan mikro sebagai bagian sentralnya. Meskipun kebanyakan EIMD menyebabkan nyeri atau kaku, tetapi tekanan yang cukup pada jaringan mikro dapat membuat kapiler lebih mudah rusak dan memar pun bisa muncul.

2. Perdarahan kecil pada pembuluh vena

Ilustrasi kaki pelari.
ilustrasi kaki pelari (unsplash.com/Photo by sporlab)

Selain mikrotrauma, kondisi yang dikenal sebagai exercise-induced purpura (perdarahan kecil pada pembuluh vena) juga dapat menjadi penyebab memar yang muncul tanpa benturan langsung. Ini adalah fenomena ketika bekas bercak merah atau ungu muncul di kulit setelah aktivitas berulang seperti lari jarak jauh, terutama pada bagian bawah kaki.

Sebuah ulasan ilmiah menunjukkan bahwa purpura ini dapat terjadi setelah aktivitas fisik yang tidak biasa atau intens, termasuk berlari jauh atau berjalan jauh, dan sering muncul pada kulit betis yang terekspos tekanan berulang. Lesi tersebut bisa terasa seperti memar, tetapi mekanismenya lebih mirip vaskulitis ringan, yaitu inflamasi pada pembuluh darah kecil.

Kasus ini sering berkembang tanpa trauma nyata seperti benturan ke objek keras, dan purpura biasanya akan memudar dalam beberapa hari. Kondisi ini bisa dipengaruhi oleh faktor lingkungan (misalnya suhu panas) atau oleh tumpukan beban vaskular yang berat selama latihan panjang.

3. Overuse injury dan stres akumulatif (cedera akibat penggunaan berlebih)

Overuse injury adalah istilah yang mengacu pada kerusakan jaringan akibat repetisi gerak tanpa jeda pemulihan cukup. Saat berlari terlalu jauh dalam waktu singkat, tubuh tidak punya waktu memadai untuk memperbaiki struktur mikro yang rusak, yang dapat berujung pada rasa sakit, inflamasi, dan bahkan memar.

Dalam konteks lari, overuse bisa meningkatkan tekanan di otot dan jaringan ikat betis, memperlemah kapiler dan jaringan sekitarnya sehingga lebih mudah pecah saat stres mekanik terjadi berulang kali. Ketidakcukupan pemulihan termasuk faktor utama yang memperburuk risiko ini.

Lebih jauh, overuse injury sering dikaitkan dengan kondisi lain seperti reaksi stres atau fraktur stres, di mana pembuluh darah di sekitar tulang juga bisa rusak. Meskipun ini lebih sering terkait dengan nyeri, bukan memar jelas, tetapi kondisi ini menunjukkan bagaimana stres berulang dapat memicu gangguan jaringan dan vaskular pada area betis/tibia secara bertahap.

4. Faktor biomekanik dan tekanan permukaan

Kaki pelari.
ilustrasi kaki pelari (unsplash.com/amutiomi)

Aspek teknik dan lingkungan juga berperan penting dalam munculnya memar setelah lari. Permukaan yang sangat keras, sepatu yang tidak sesuai, atau gait (cara berjalan/berlari) yang tidak efisien dapat menyebabkan distribusi tekanan yang tidak merata di betis dan kaki.

Ketika otot mengalami stres yang tidak seimbang karena bentuk lari yang buruk, misalnya heel striking yang berlebihan, kapasitas jaringan untuk menyerap benturan berkurang, meningkatkan stres pada jaringan lunak dan pembuluh darah kecil. Akibatnya, mikrotrauma jaringan dan kapiler yang pecah lebih mungkin terjadi.

Selain itu, berlari di permukaan tidak rata atau sangat keras (seperti beton) meningkatkan beban pada otot betis dan struktur di bawahnya, sehingga risiko kerusakan mikrovaskular turut meningkat.

Kapan memar setelah lari perlu diwaspadai?

Memar yang muncul dalam jumlah kecil dan membaik dalam beberapa hari biasanya bukan masalah serius, khususnya jika cuma disertai nyeri ringan. Namun, sebaiknya temui dokter jika:

  • Memar bertambah parah atau tidak membaik dalam lebih dari 1–2 minggu.
  • Disertai pembengkakan parah, kelemahan, atau kesulitan berjalan.
  • Muncul tanpa aktivitas fisik yang jelas atau terjadi berulang tanpa sebab jelas.

Kondisi seperti gangguan pembekuan darah atau efek obat juga bisa meningkatkan kecenderungan memar. Dalam kasus tersebut, dokter bisa mengevaluasi apakah ada penyebab yang lebih serius.

Memar pada betis setelah lari bukan semata akibat benturan langsung. Kondisi ini bisa disebabkan oleh mikrotrauma pada otot dan jaringan lunak, exercise-induced purpura, cedera overuse, dan faktor biomekanik. Memahami mekanisme ini membantu pelari mengatur intensitas latihan, teknik, dan waktu pemulihan, sehingga meminimalkan risiko memar dan cedera lainnya.

Referensi

Albert-Adrien Ramelet, “Exercise-Induced Purpura,” Dermatology 208, no. 4 (January 1, 2004): 293–96, https://doi.org/10.1159/000077837.

A Stožer, P Vodopivc, and L Križančić Bombek, “Pathophysiology of Exercise-induced Muscle Damage and Its Structural, Functional, Metabolic, and Clinical Consequences,” Physiological Research 69, no. 4 (July 16, 2020): 565–98, https://doi.org/10.33549/physiolres.934371.

João Paulo Cortez SantAnna et al., “Lesão Muscular: Fisiopatologia, Diagnóstico E Tratamento,” Revista Brasileira De Ortopedia 57, no. 01 (January 20, 2022): 001–013, https://doi.org/10.1055/s-0041-1731417.

"Overuse Injuries." Boston Children's Hospital. Diakses Desember 2025.

"Why Are My Shins Bruised From Running?" Everyday Health. Diakses Desember 2025.

Share
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us

Latest in Health

See More

Makan Terus tapi Lapar Terus? Awas, Liburan Bikin Sinyal Kenyang Kacau

29 Des 2025, 16:37 WIBHealth