Cegah Rabies, Ini Pertolongan Pertama setelah Digigit Anjing

Harus cepat tanggap, jangan ditunda-tunda

Baru-baru ini, warganet dibuat iba dengan beredarnya video di media sosial tentang seorang anak perempuan yang terjangkit rabies. Anak tersebut terlihat berjingkat dan kesakitan setelah meminum segelas air. Sayangnya, nyawanya tidak dapat diselamatkan meski sempat dirawat di rumah sakit.

Menanggapi fenomena tersebut, Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI) mengadakan virtual media briefing dengan tema "Dampak Rabies pada Anak" pada Sabtu (17/6/2023).

Acara ini dihadiri oleh dr. Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K), Ketua PP IDAI, dan Dr. dr. Novie H. Rampengan, SpA(K), DTM&H, MCTM (TP), Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Penyakit Infeksi Tropik IDAI.

1. Apa itu rabies?

Rabies adalah penyakit yang ditularkan melalui gigitan hewan yang terinfeksi virus rabies. Virus ini berkembang biak di kelenjar ludah anjing, monyet, dan kucing. Hewan lain yang bisa terkena rabies adalah kelelawar, rakun, dan sigung.

Menurut Dr. Novie, masa inkubasi (periode antara pertama kali tergigit hingga timbulnya gejala) rabies bervariasi antara 3–8 minggu. Lama masa inkubasi tergantung pada lokasi gigitan (makin dekat dengan otak, makin cepat) dan viral load (jumlah virus dalam darah).

2. Sekitar 99 persen kasus rabies pada manusia disebabkan oleh gigitan anjing

Cegah Rabies, Ini Pertolongan Pertama setelah Digigit Anjingilustrasi gigitan anjing (pixabay.com/Kapa65)

Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa sekitar 99 persen kasus rabies pada manusia disebabkan oleh gigitan anjing. Selain gigitan, rabies juga bisa menular melalui jilatan pada luka terbuka di kulit atau mukosa (bibir, kelopak mata, dan kemaluan).

Dokter Novie menjabarkan ciri-ciri anjing yang mengidap rabies, yaitu:

  • Menjadi tidak patuh pada pemiliknya.
  • Suka menghindar.
  • Mudah terkejut.
  • Menyerang dan menggigit tanpa provokasi.
  • Terlihat gelisah.
  • Takut terkena cahaya atau sinar matahari (fotofobia) dan suka menyendiri di tempat gelap.
  • Takut dengan air (hidrofobia).
  • Menolak untuk makan.
  • Menggigit benda-benda mati.
  • Hidung menjadi kering.
  • Air liur berlebihan (hipersalivasi).
  • Ekor berada di antara paha.
  • Mengalami kelumpuhan.
  • Akan mati dalam 10–14 hari sejak virus mencapai kelenjar ludah.

3. Rabies banyak terjadi pada anak-anak

Masih mengacu pada WHO, rabies menyebabkan puluhan ribu kematian setiap tahun, terutama di negara-negara Asia dan Afrika. Dari seluruh kelompok usia, sekitar 40 persen dialami oleh anak-anak di bawah usia 15 tahun.

"Kenapa banyak terjadi pada anak-anak? Ini karena anak-anak senang bermain dan bergaul akrab dengan binatang. Anak rentan diserang anjing saat tidak dijaga orang tuanya," ungkap dokter yang berasal dari Manado, Sulawesi Utara ini.

Baca Juga: Mengenal Gejala dan Tingkat Infeksi Rabies, Penting Diketahui!

4. Gejala rabies pada manusia

Cegah Rabies, Ini Pertolongan Pertama setelah Digigit Anjingilustrasi demam (pixabay.com/Victoria_Regen)

Manusia yang terkena rabies akan merasakan gejala seperti lesu, demam, sakit tenggorokan, sakit kepala, kesemutan, rasa panas di lokasi gigitan, merasa tercekik saat meminum air atau terkena angin, delirium (penurunan kesadaran akut), sensitif terhadap cahaya, kejang-kejang, hingga kesulitan bernapas.

"Paling penting, harus dicegah sebelum timbul gejala. Tapi, kalau sudah ada gejala, 99,9 persen akan meninggal," Dr. Novie memaparkan fakta pahit rabies.

5. Alur perjalanan penyakit rabies

Gejala tidak langsung muncul setelah digigit hewan yang terinfeksi virus rabies. Berikut ini alur perjalanan penyakit rabies:

  • Virus masuk melalui gigitan hewan.
  • Replikasi (penggandaan) virus rabies di jaringan otot sekitar lokasi gigitan.
  • Virus masuk ke sistem saraf perifer (tepi) berjalan secara retrograde.
  • Replikasi virus pada ganglion spinal (sekelompok saraf di sepanjang sumsum tulang belakang) dan terus berjalan ke atas menuju sistem saraf pusat.
  • Virus menggandakan diri secara cepat di sel-sel otak.
  • Terakhir, virus menyebar ke berbagai jaringan dan organ seperti kelenjar ludah, kornea, dan ginjal.

6. Dua wilayah Indonesia yang berstatus KLB rabies

Cegah Rabies, Ini Pertolongan Pertama setelah Digigit Anjingilustrasi peta Nusa Tenggara Timur (wikimedia.org/Mandamaruta)

Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes), terdapat 31.113 kasus gigitan hewan penular rabies dari Januari hingga April 2023, yang membuat 11 orang meninggal. Dari 31.113 kasus, hanya 23.211 kasus yang mendapatkan vaksin anti rabies (VAR).

Saat ini, terdapat dua wilayah di Indonesia yang berstatus kejadian luar biasa (KLB) rabies, yaitu Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT. Status KLB ditetapkan karena kasus gigitan dan kematian karena rabies meningkat di wilayah tersebut.

7. Pertolongan pertama setelah digigit anjing

Dokter Novie menekankan bahwa ada tiga hal yang harus dilakukan setelah digigit anjing, yakni:

  • Mencuci luka dengan air sabun atau detergen di bawah air mengalir selama 10–15 menit.
  • Memberikan antiseptik (iodin atau alkohol 70 persen) pada luka.
  • Segera bawa ke puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk mendapatkan vaksin dan serum anti rabies.

Observasi juga dilakukan pada hewan yang menggigit atau mencakar. Jika hewan tersebut mati, maka akan dibedah dan diamati di laboratorium apakah terdapat virus rabies di otaknya.

"Rabies memang mematikan, tetapi bisa dicegah. Bagi pemilik, pastikan anjing sehat dan divaksinasi secara rutin. Rabies bisa dicegah asalkan 70 persen anjing dalam populasi mendapatkan vaksinasi," tegasnya.

Baca Juga: Waspada, Kemenkes Umumkan 11 Kematian Rabies karena Gigitan Anjing 

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya