Studi: Gejala Menopause Parah Terkait dengan Risiko Penyakit Jantung

Jangan malu membicarakan gejala menopause dengan dokter

Karena sudah ada lebih banyak penelitian didedikasikan untuk kesehatan perempuan, makin banyak bukti tentang hubungan antara gejala menopause, seperti hot flash, keringat malam, dan kabut otak, dan hasil kesehatan tertentu, seperti penyakit jantung.

Sebagai contoh, studi dalam International Journal of Environmental Research and Public Health tahun 2019 menemukan bahwa perempuan biasanya mengembangkan penyakit jantung sekitar 10 tahun kemudian dalam hidup dalam hidup dibandingkan rata-rata laki-laki; tetapi studi dalam jurnal Circulation tahun 2020 mencatat bahwa peristiwa kehidupan yang memengaruhi hormon perempuan, khususnya menopause, dapat meningkatkan risiko perempuan terkena penyakit kardiovaskular.

Studi lebih baru yang diterbitkan dalam jurnal Menopause pada Desember 2022 meneliti dengan cermat hubungan antara tingkat keparahan gejala menopause yang umum dengan tingkat penyakit jantung jangka panjang dan kematian. Apa lagi temuan studi ini?

Studi meneliti 80.000 perempuan pascamenopause

Studi: Gejala Menopause Parah Terkait dengan Risiko Penyakit Jantungilustrasi perempuan usia menopause (pexels.com/cottonbro studio)

Para peneliti mengamati sekelompok lebih dari 80.000 perempuan pascamenopause selama 8 tahun. Mereka melihat secara khusus pengalaman keringat malam, terbangun beberapa kali pada malam hari, nyeri sendi atau kaku, jantung berdebar kencang, pusing, merasa lelah, pelupa, perubahan suasana hati, merasa gelisah, dan kesulitan berkonsentrasi—yang mana itu semua mencakup ketiga gejala menopause: kognitif, somatik, dan vasomotor. Para partisipan studi ini tidak memiliki penyakit kardiovaskular sebelum menopause.

Para peneliti menemukan bahwa tingkat keparahan gejala menopause secara signifikan terkait dengan penyakit jantung dan rentang hidup yang lebih pendek. Gejala yang paling terkait dengan penyakit kardiovaskular adalah jantung berdebar sedang atau berat, atau detak jantung yang terlewat. Sementara itu, pusing sedang atau berat paling banyak dikaitkan dengan rentang hidup yang lebih pendek secara keseluruhan, terlepas dari status penyakit kardiovaskular.

“Apa yang membedakan penelitian ini adalah hasil yang menunjukkan hubungan yang signifikan antara kematian dan risiko [penyakit jantung] di antara perempuan menopause dengan keparahan yang memburuk dari banyak gejala menopause individu,” kata Matt Nudy, MD, asisten profesor divisi kardiologi di Penn State University, Amerika Serikat, yang membantu memimpin studi, seperti dilansir Everyday Health.

“Sangat menarik dan agak mengejutkan untuk mempertimbangkan bahwa tingkat keparahan dari berbagai gejala menopause dapat meningkatkan predikasi risiko [penyakit jantung] spesifik jenis kelamin dan semua penyebab kematian.”

Nudy mengatakan bahwa perempuan dan dokter mereka mungkin ingin mempertimbangkan tingkat keparahan gejala menopause mereka saat mengukur risiko penyakit jantung. Namun, penting untuk berhati-hati karena gejala menopause yang parah juga dapat menunjukkan diagnosis dan kondisi kesehatan yang berbeda yang tidak terkait dengan menopause.

Baca Juga: Perlu Diluruskan, 7 Mitos tentang Menopause yang Banyak Dipercaya

Dampak menopause terhadap jantung

Studi: Gejala Menopause Parah Terkait dengan Risiko Penyakit Jantungilustrasi kesehatan jantung (freepik.com/pressfoto)

Hubungan antara gejala menopause dan kesehatan jantung belum banyak dibahas di luar spesialis dengan keahlian di bidang kesehatan perempuan. Banyak pasien dan dokter tidak tahu tentang hubungan ini, dan perempuan tidak mengungkitnya mungkin karena mereka malu.

Sebagian besar penelitian sebelum studi dalam jurnal Menopause ini berfokus pada gejala seperti hot flash dan keringat malam, juga disebut gejala vasomotor. Salah satu analisis tersebut, diterbitkan dalam Journal of American Heart Association pada 2021, mengamati hubungan antara frekuensi gejala vasomotor dan risiko penyakit jantung pada 3.302 perempuan. Para perempuan berusia 42 hingga 52 tahun pada awal penelitian dan menjalani hingga 16 kunjungan langsung selama 22 tahun. Analisis menemukan bahwa gejala vasomotor yang lebih sering (terjadi setidaknya 6 hari setiap 2 minggu) dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung.

Jadi, hubungan antara menopause dan penyakit kardiovaskular ini telah dijelaskan sebelumnya sebagai sebuah asosiasi, tetapi apa yang ditambahkan dari studi terbaru dalam jurnal Menopause ini adalah melihat gejala yang lebih luas, seperti lelah, pelupa, dan sebagainya. Dan, gejala kognitif umumnya dilaporkan di antara perempuan menopause.

Sementara gejala kognitif dan somatik, seperti detak jantung yang berpacu atau nyeri sendi, yang kurang umum diteliti, Nudy mengatakan bahwa gejala tersebut muncul pada daftar periksa dan kuesioner gejala menopause yang telah divalidasi. Dalam studi tersebut, kelima gejala kognitif individu—kelelahan, pelupa, perubahan suasana hati, merasa gelisah, dan sulit berkonsentrasi—dikaitkan dengan kematian dan penyakit jantung dalam beberapa cara.

Jadi, meskipun penelitian terbaru ini tidak selalu berarti menopause menyebabkan penyakit jantung, tetapi penelitian ini menggemakan apa yang telah ditunjukkan oleh penelitian sebelumnya tentang hubungan antara keduanya. Ini dianggap membantu membawa gejala kognitif dan somatik ke dalam percakapan yang lebih luas tentang keparahan gejala menopause sebagai penanda penyakit kardiovaskular.

Rekomendasi untuk cek kesehatan jantung secara berkala selama menopause

Studi: Gejala Menopause Parah Terkait dengan Risiko Penyakit Jantungilustrasi konsultasi dokter (freepik.com/tirachardz)

Kalau sudah mengalami menopause, ini adalah saat yang tepat untuk memeriksakan kesehatan jantung. Sayangnya, banyak perempuan memilih untuk tidak membicarakan menopause dengan dokter. 

Sebagai contoh, menurut artikel dalam jurnal Obstetrics and Gynecology Clinics of North America tahun 2018, hingga 80 persen perempuan mengalami gejala vasomotor, tetapi penelitian lain seperti dilansir UpToDate, menunjukkan hanya sekitar 25 persen yang mencari pengobatan.

Pasalnya, dalam masyarakat terdapat stigma seputar menopause. Banyak perempuan malu membicarakannya, jadi mereka mungkin tidak tahu ada terapi yang bisa membantu atau terkait dengan risiko kardiovaskular. Padahal, menopause adalah transisi normal dalam kehidupan perempuan.

Penting bagi perempuan untuk mengetahui bahwa pengobatan gejala menopause yang lebih parah tidak hanya aman dan dapat membantu meningkatkan kualitas hidup, tetapi juga dapat berinteraksi dengan manfaat kesehatan lainnya dalam prosesnya.

Baca Juga: Cold Flash Menopause: Pengertian, Penyebab, Gejala

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya