Pembesaran Rahim, Apakah Ini Kondisi Berbahaya?

Beberapa di antaranya perlu perawatan medis

Dari konsepsi hingga persalinan, rahim dapat membesar dari ukuran buah pir hingga sebesar semangka. Akan tetapi, kehamilan bukanlah satu-satunya alasan pembesaran rahim. 

Pembesaran rahim sering terjadi dan bisa menjadi gejala dari beberapa kondisi medis. Beberapa di antaranya memerlukan perawatan medis. Perempuan wajib tahu apa saja penyebab, gejala, dan penanganan pembesaran rahim.

Gejala

Kamu mungkin tidak akan bisa merasakan saat rahim membengkak. Banyak perempuan tidak mengalami gejala. Sering kali, dokter mendeteksinya selama pemeriksaan panggul rutin.

Menurut laporan dalam jurnal Autopsy Case Reports tahun 2016, saat gejala benar-benar muncul, yang paling umum adalah pendarahan hebat selama menstruasi. Ini digambarkan sebagai darah haid yang memenuhi pembalut atau tampon setiap 1 atau 2 jam selama beberapa jam.

Perempuan dengan pembesaran rahim bisa mengalami nyeri, menstruasi lama, atau bercak di antara periode haid. Mungkin juga keluar gumpalan darah berukuran besar, dilansir StatPearls.

Rahim terletak di panggul, antara kandung kemih dan rektum. Saat rahim bengkak, itu bisa memengaruhi organ-organ tersebut.

Merujuk studi dalam jurnal The Patient tahun 2017, gejala yang mungkin terjadi bersamaan dengan pembesaran rahim dapat mencakup:

  • Nyeri di perut bagian bawah, kaki, punggung, atau panggul, dan nyeri saat berhubungan seks.
  • Tekanan pada panggul dan usus, menyebabkan sembelit, kembung, dan gas.
  • Kelelahan atau kelemahan akibat pendarahan hebat yang menyebabkan anemia.
  • Sering buang air kecil atau inkontinensia (tidak bisa menahan kencing) karena tekanan pada kandung kemih.
  • Penambahan berat badan di sekitar perut.
  • Masalah kehamilan, yang dapat mencakup kesulitan untuk hamil dan melahirkan bayi hingga cukup bulan.

Penyebab

Pembesaran Rahim, Apakah Ini Kondisi Berbahaya?ilustrasi penyebab nyeri panggul pada perempuan (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Ada beberapa alasan mengapa rahim bisa membesar. Kondisi ini mungkin lebih sering terjadi pada perempuan menopause, tetapi perempuan di usia subur juga bisa mengalaminya.

1. Fibroid

Fibroid adalah salah satu penyebab pembesaran rahim yang paling umum. Fibroid adalah benjolan kecil yang beratnya bisa mencapai beberapa kilogram. Benjolan ditemukan di sepanjang dinding rahim. Kabar baiknya, fibroid tidak bersifat kanker.

Mengutip laporan dalam jurnal Fertility and Sterility tahun 2022, fibroid adalah tumor panggul yang paling umum pada perempuan usia reproduksi, memengaruhi 1 dari 4 perempuan dewasa. Ini paling sering terjadi para usia 40-an dan awal 50-an, meskipun bisa dialami perempuan usia berapa pun.

Fibroid mungkin tidak bergejala, atau dapat menyebabkan nyeri dan siklus menstruasi yang berat.

Fibroid juga memberi tekanan pada kandung kemih dan dubur, menyebabkan sering buang air kecil dan tekanan dubur. Jika terlalu besar, fibroid dapat menyebabkan rahim membesar.

Dilansir Office on Women's Health, jika muncul gejala, ini dapat meliputi:

  • Anemia akibat pendarahan menstruasi berat.
  • Perut bagian bawah membesar.
  • Area panggul terasa penuh.
  • Sering buang air kecil.
  • Pendarahan berat selama menstruasi.
  • Sakit punggung bagian bawah.
  • Rasa sakit saat berhubungan seks.
  • Menstruasi yang menyakitkan.
  • Nyeri panggul.

2. Adenomiosis

Adenomiosis adalah kondisi saat jaringan yang melapisi bagian dalam rahim tumbuh ke dalam dinding organ. Kondisi ini dapat menyebabkan ukuran rahim menjadi dua atau tiga kali lipat lebih besar. Penyebabnya tidak diketahui, tetapi kamu berisiko lebih tinggi jika pernah mengalami setidaknya satu kali kehamilan atau keguguran.

Menurut buku Yen & Jaffe's Reproductive Endocrinology (Seventh Edition), adenomiosis paling sering terjadi pada perempuan berusia antara 40 dan 50 tahun dan memengaruhi 20–65 persen perempuan. Gejalanya meliputi:

  • Perasaan perut kembung, penuh, atau berat.
  • Pendarahan menstruasi yang berat.
  • Seks yang menyakitkan.
  • Nyeri panggul.
  • Kram menstruasi yang parah.

Banyak kasus adenomiosis tidak menunjukkan gejala, tetapi jika kamu memiliki salah satu dari gejala di atas, segeralah periksakan diri ke dokter.

3. Sindrom ovarium polikistik

Sindrom ovarium polikistik atau polycystic ovary syndrome (PCOS) adalah hasil dari ketidakseimbangan hormon dalam menstruasi dan peluruhan lapisan endometrium rahim.

Tubuh biasanya melepaskan lapisan endometrium selama siklus menstruasi, tetapi pada beberapa perempuan, lapisan tersebut tidak sepenuhnya luruh dan mengganggu siklus bulanan mereka. Akumulasi lapisan endometrium menyebabkan peradangan dan pembesaran rahim.

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), PCOS memengaruhi sekitar 8–13 perempuan usia subur. Hingga 70 persen perempuan yang memilikinya tetap tidak terdiagnosis di seluruh dunia.

Diterangkan dalam laman Johns Hopkins Medicine, gejalanya antara lain:

  • Jerawat atau kulit berminyak.
  • Bercak gelap atau tebal pada kulit di belakang leher, di ketiak, dan di bawah payudara.
  • Kelebihan rambut tubuh di dada, perut, dan punggung.
  • Infertilitas.
  • Periode menstruasi tidak teratur.
  • Pola kebotakan laki-laki pada perempuan.
  • Ovarium yang besar atau memiliki banyak kista.
  • Skin tag di leher atau ketiak.
  • Periode menstruasi yang sangat ringan.
  • Berat badan bertambah, terutama di sekitar perut.

4. Kanker endometrium

Kanker endometrium terjadi pada lapisan rahim. Penyebabnya tidak diketahui, tetapi sangat dapat disembuhkan bila terdeteksi dini.

Tanda pertama adalah perdarahan yang tidak berhubungan dengan menstruasi, seperti flek di antara siklus atau perdarahan setelah menopause. Salah satu gejala lainnya adalah rahim yang membesar, meski bisa juga menjadi indikator kanker stadium lanjut.

Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists, gejala lainnya termasuk:

  • Nyeri saat berhubungan seks.
  • Nyeri saat buang air kecil.
  • Nyeri panggul.

5. Kista ovarium

Kista ovarium adalah kantung berisi cairan yang tumbuh di permukaan ovarium atau di dalamnya. Dalam kebanyakan kasus, kista ovarium tidak berbahaya. Namun, jika kista menjadi terlalu besar, ini dapat menyebabkan pembesaran rahim serta komplikasi yang lebih serius.

Dilansir Cleveland Clinic, beberapa kista yang lebih kecil tidak menimbulkan gejala. Dalam kasus ini, kamu bahkan tidak tahu kalau memiliki kista. Kista yang lebih besar dapat menyebabkan:

  • Nyeri panggul atau sakit tumpul di punggung.
  • Perasaan kenyang (kembung) yang di perut bagian bawah yang mungkin terasa lebih jelas di satu sisi tubuh.
  • Nyeri saat berhubungan seksual.
  • Periode menstruasi yang menyakitkan.

6. Menopause

Perimenopause, yang merupakan tahap sebelum seorang perempuan memasuki masa menopause, merupakan penyebab lain dari pembesaran rahim dan karena kadar hormon yang berfluktuasi.

Kadar hormon yang tidak konsisten selama periode kehidupan perempuan ini dapat menyebabkan rahim membesar. Sering kali, rahim kembali ke ukuran normalnya setelah seorang perempuan mencapai menopause.

Baca Juga: Kenali Perbedaan antara Adenomiosis dan Endometriosis

Diagnosis

Rahim yang membesar dapat dideteksi selama pemeriksaan panggul. Jika rahim membesar, dokter kandungan mungkin memesan tes tambahan untuk menentukan penyebabnya. Ini bisa meliputi:

  • Tes darah untuk memeriksa kadar hormon.
  • Histeroskopi, yaitu menggunakan teropong tipis dan terang yang dimasukkan melalui serviks untuk melihat bagian dalam rahim.
  • Tes pencitraan, termasuk USG, MRI, atau CT scan.
  • Biopsi rahim untuk menyingkirkan kanker.

Pengobatan

Pembesaran Rahim, Apakah Ini Kondisi Berbahaya?ilustrasi obat-obatan (IDN Times/Aditya Pratama)

Sebagian besar penyebab pembesaran rahim tidak memerlukan pengobatan, meskipun beberapa perempuan mungkin memerlukan obat untuk menghilangkan rasa sakit. Pil KB dan alat kontrasepsi dalam rahim (IUD) yang mengandung progesteron dapat meringankan gejala perdarahan menstruasi yang berat, dilansir Medical News Today.

Dalam kasus yang sangat parah, beberapa perempuan mungkin memerlukan histerektomi.

Pada kasus kanker, operasi pengangkatan rahim, saluran tuba, dan ovarium mungkin merupakan pengobatan yang disarankan. Setelah operasi, perempuan dapat menjalani kemoterapi dan radiasi.

Komplikasi yang dapat terjadi

Kecuali kanker, rahim yang membesar biasanya tidak menyebabkan komplikasi serius. Meski begitu, kondisi yang menyebabkan rahim membengkak bisa menyebabkan masalah kesehatan lain dan memengaruhi kualitas hidup.

Dirangkum dari Verywell Health, kondisi ini dapat menyebabkan:

  • Infertilitas dan masalah kehamilan: Fibroid, adenomiosis, dan PCOS meningkatkan risiko infertilitas dan komplikasi kehamilan. Satu studi menemukan bahwa hingga 10 persen perempuan dengan fibroid tidak subur. Di antara mereka yang hamil, hingga 40 persen mengalami persalinan dini atau membutuhkan operasi caesar.
  • Nyeri dan gejala lainnya: Rahim yang membesar memberi tekanan pada kandung kemih dan usus, menyebabkan nyeri, sembelit, dan kram. Ini juga dapat menyebabkan rasa sakit saat berhubungan seks.
  • Pendarahan menstruasi yang tidak normal: Menstruasi yang berat, menyakitkan, dan berkepanjangan dapat menyebabkan perempuan kehilangan pekerjaan dan melewatkan acara sosial. Pendarahan hebat juga dapat menyebabkan anemia.
  • Prolaps uteri: Fibroid besar dapat menyebabkan rahim turun. Ini membuat rahim turun melalui vagina bahkan bisa sampai menonjol keluar karena otot sekitar panggul melemah dan jaringan ikat merenggang. Ini tidak mengancam jiwa, tetapi perempuan mungkin memerlukan pembedahan untuk memperbaiki rahim.

Pembesaran rahim biasanya bukan indikasi kondisi kesehatan yang serius. Dokter melakukan pemeriksaan dan tes untuk menentukan penyebab pasti pembesaran.

Sebagian besar waktu, pengobatan tidak diperlukan dan dokter hanya akan memantau penyebab pembesaran. Dokter juga dapat melakukan beberapa tes untuk menyingkirkan kemungkinan kanker rahim.

Penting bagi perempuan untuk melakukan pemeriksaan panggul rutin dengan dokter kandungan untuk mendeteksi masalah lebih awal dan mencegah komplikasi.

Baca Juga: Polycystic Ovary Syndrome (PCOS): Gejala, Penyebab, Pengobatan

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya