Refluks Vesikoureter, Sering Dialami Anak Usia di Bawah 2 Tahun

Paling sering terjadi pada bayi dan anak kecil

Umumnya, urine mengalir satu arah, turun dari ginjal, melalui saluran yang disebut ureter ke kandung kemih. Namun, jika urine mengalir dari kandung kemih kembali ke ureter, ini disebut sebagai refluks vesikoureter atau vesicoureteral reflux.

Dengan refluks vesikoureter, urine mengalir mundur dari kandung kemih, naik ureter ke ginjal. Ini mungkin terjadi pada satu atau kedua ureter. Ketika "katup penutup" tidak berfungsi dan membiarkan urine mengalir mundur, bakteri dari kandung kemih dapat masuk ke ginjal. Ini dapat menyebabkan infeksi ginjal yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal.

Ketika aliran urine yang kembali ke ureter lebih parah, ureter dan ginjal menjadi besar dan bengkok. Refluks yang lebih parah terkait dengan risiko kerusakan ginjal yang lebih besar jika ada infeksi.

1. Penyebab

Refluks vesikoureter paling sering terjadi pada bayi dan anak kecil. Kebanyakan anak tidak memiliki masalah jangka panjang dari kondisi ini.

Dilansir National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases, sekitar 1 dari 3 anak-anak yang mengidap infeksi saluran kemih (ISK) dengan demam memiliki refluks vesikoureter. Jumlah anak dengan refluks vesikoureter mungkin lebih tinggi, karena beberapa anak tidak memiliki gejala atau tidak terdiagnosis.

Umumnya, makin muda usia anak, makin besar kemungkinan ia akan mengembangkan refluks vesikoureter. Kondisi ini lebih sering terjadi pada bayi dan anak-anak berusia 2 tahun ke bawah, tetapi juga dapat terjadi pada anak yang lebih tua dan bahkan orang dewasa.

Anak-anak yang memiliki ginjal atau saluran kemih yang tidak normal lebih mungkin mengalami refluks vesikoureter. Anak perempuan lebih mungkin memiliki kondisi ini dibandingkan anak laki-laki.

Seorang anak lebih mungkin memiliki refluks vesikoureter jika saudara laki-laki, saudara perempuan, atau orang tuanya memilikinya. Kurang lebih dari 1 dari 4 saudara kandung anak dengan refluks vesikoureter juga akan mengalami kondisi tersebut. Kurang lebih 1 dari 3 anak dengan orang tua dengan refluks vesikoureter juga akan mengalami kondisi tersebut.

Refluks vesikoureter primer

Sebagian besar anak yang memiliki refluks vesikoureter memiliki refluks vesikoureter primer, yang berarti mereka dilahirkan dengan ureter yang tidak normal. Dengan refluks vesikoureter primer, katup antara ureter dan kandung kemih tidak menutup dengan baik, sehingga urine kembali ke ureter menuju ginjal. Jika hanya satu ureter dan satu ginjal yang terkena, dokter menyebutnya sebagai refluks vesikoureteral unilateral.

Refluks vesikoureteral primer dapat menjadi lebih baik atau hilang seiring bertambahnya usia anak. Saat anak tumbuh, pintu masuk ureter ke dalam kandung kemih menjadi matang dan katup bekerja lebih baik.

Refluks vesikoureter sekunder

Anak-anak dapat mengalami refluks vesikoureteral sekunder karena berbagai alasan, termasuk penyumbatan atau penyempitan di leher kandung kemih atau uretra. Misalnya, lipatan jaringan dapat menyumbat uretra. Penyumbatan menghentikan sebagian urine keluar dari tubuh sehingga urine kembali ke saluran kemih.

Anak juga dapat mengalami refluks vesikoureteral sekunder karena saraf ke kandung kemih mungkin tidak bekerja dengan baik. Masalah saraf dapat mencegah kandung kemih menjadi rileks dan berkontraksi secara normal untuk mengeluarkan urine.

Anak-anak dengan refluks vesikoureteral sekunder sering mengalami refluks bilateral, yang berarti refluks vesikoureteral memengaruhi ureter dan kedua ginjal. Dokter terkadang dapat mendiagnosis adanya penyumbatan urine pada janin di dalam kandungan.

2. Gejala

Refluks Vesikoureter, Sering Dialami Anak Usia di Bawah 2 Tahunilustrasi vesicoureteral reflux atau refluks vesikoureter (pexels.com/Tatiana Syrikova)

Gejala refluks vesikoureteral adalah ISK. Ini karena saat urine mengalir ke belakang, bakteri lebih mudah tumbuh di sistem saluran kemih anak. ISK mungkin melibatkan ginjal atau kandung kemih, atau keduanya.

Gejala umum ISK antara lain:

  • Sensasi terbakar saat buang air kecil.
  • Ada darah dalam air kencing.
  • Kebutuhan yang kuat dan terus-menerus untuk buang air kecil.
  • Nyeri di perut atau sisi batang tubuh.
  • Demam, khususnya jika penyebabnya tidak jelas.
  • Resel dan makan yang buruk pada bayi.

Terdapat 30–40 persen peluang jika anak memiliki ISK disertai demam, mereka memiliki refluks vesikoureteral.

Gejala refluks vesikoureteral lainnya dapat meliputi:

  • Anak mengompol.
  • Inkontinensia, yaitu ketidakmampuan untuk menahan kencing.
  • Diare.
  • Konstipasi.
  • Mudah marah.
  • Merasa mual atau muntah.
  • Pertambahan berat badan yang buruk pada bayi.

Gejala refluks vesikoureteral lain yang dapat didiagnosis melalui sonogram saat bayi masih dalam kandungan adalah hidronefrosis—pembengkakan atau peregangan ginjal. Dalam kasus yang jarang, hipertensi juga bisa menjadi gejala refluks vesikoureteral.

3. Diagnosis

Menurut Urology Care Foundation, dalam beberapa kasus, refluks vesikoureteral ditemukan dalam pengujian sebelum lahir. Kondisi ini paling sering ditemukan pada anak-anak ketika mereka berusia 2 hingga 3 tahun. Akan tetapi, refluks vesikoureteral bisa terlihat pada usia berapa pun, bahkan pada bayi atau anak yang usianya lebih besar. Sekitar 3 dari setiap 4 anak yang dirawat karena refluks adalah perempuan. Refluks vesikoureteral paling sering ditemukan saat anak mengalami ISK.

Refluks ditemukan dengan tes yang disebut voiding cystourethrogram (VCUG), yang merupakan rontgen kandung kemih. Butuh waktu sekitar 15 hingga 20 menit, pemeriksaan ini dan melibatkan:

  • Menempatkan kateter (tabung plastik tipis) di uretra.
  • Menyuntikkan cairan dengan pewarna sinar-X melalui tabung sampai kandung kemih penuh.
  • Meminta anak buang air kecil.
  • Memotret kandung kemih untuk melihat apakah pewarna bergerak mundur ke 1 atau kedua ginjal.
  • Terkadang menambahkan sedikit pelacak radioaktif ke dalam cairan dan menggunakan kamera khusus.

Infeksi yang terkait dengan penggunaan kateter untuk tes ini terjadi pada beberapa anak, jadi ahli urologi mungkin menyarankan penggunaan antibiotik sebelum dan sesudah tes.

Cara untuk mengurangi rasa sakit dan kekhawatiran tentang penggunaan kateter harus didiskusikan dengan dokter. Beberapa anak menjadi marah atau rewel dan perlu digendong selama pemeriksaan. Di beberapa pusat kesehatan, pengujian ini bisa dilakukan dengan sedasi ringan. Menggunakan anestesi umum dapat menyebabkan hasil tes tidak lengkap karena dokter perlu melihat apakah ada refluks saat anak berkemih.

Jika refluks ditemukan, tes pencitraan lebih lanjut dapat dilakukan untuk memeriksa seberapa baik ginjal bekerja dan mencari kerusakan ginjal. Dalam beberapa kasus, USG ginjal dan kandung kemih dapat dilakukan untuk memeriksa ukuran ginjal.

Dokter melihat rontgen saluran kemih untuk mengetahui tingkat atau derajat refluks. Ini menunjukkan berapa banyak urine yang mengalir kembali ke ureter dan ginjal, dan membantu dokter memutuskan jenis perawatan yang terbaik.

Pada anak-anak dengan refluks dan ISK, kerusakan ginjal dapat terjadi. Tingkat refluks yang lebih tinggi terkait dengan risiko kerusakan ginjal yang lebih besar.

Sistem penilaian refluks yang paling umum mencakup lima tingkatan:

  • Derajat I: Urine refluks ke dalam ureter saja.
  • Derajat II: Urine refluks ke dalam ureter dan renal pelvis (di mana ureter bertemu dengan genjal), tanpa distensi (pembengkakan dengan cairan, atau hidronefrosis).
  • Derajat III: Refluks ke dalam ureter dan pelvis ginjal, menyebabkan pembengkakan ringan.
  • Derajat IV: Mengakibatkan pembengkakan sedang.
  • Derajat V: Menyebabkan pembengkakan parah dan ureter terpelintir.

Baca Juga: Kandung Kemih Overaktif: Penyebab, Gejala, Pengobatan

4. Pengobatan

Refluks Vesikoureter, Sering Dialami Anak Usia di Bawah 2 Tahunilustrasi vesicoureteral reflux atau refluks vesikoureter (pexels.com/cottonbro studio)

Pengobatan refluks vesikoureteral akan tergantung pada usia anak, gejala, serta jenis dan derajatnya.

Refluks vesikoureteral primer

Refluks vesikoureteral primer akan sering menjadi lebih baik dan akan hilang seiring bertambahnya usia anak. Sampai refluks vesikoureteral hilang dengan sendirinya, dokter akan mengobati ISK yang berkembang dengan antibiotik. Mengobati ISK dengan cepat dan mencegah berkembangnya ISK akan meminimalkan kemungkinan anak mengalami infeksi ginjal.

Dokter anak juga mungkin mempertimbangkan penggunaan antibiotik dosis rendah jangka panjang untuk mencegah ISK. Para peneliti telah menemukan bahwa penggunaan antibiotik dosis rendah setiap hari dapat membantu banyak anak dengan refluks vesikoureteral. Bicarakan dengan dokter anak tentang penggunaan antibiotik. Bakteri yang menyebabkan infeksi ini bisa menjadi lebih sulit untuk dilawan bila antibiotik digunakan dalam jangka panjang.

Kadang, dokter akan mempertimbangkan operasi untuk anak yang menderita refluks vesikoureteral dengan ISK berulang, terutama jika anak tersebut memiliki jaringan parut ginjal atau refluks berat yang tidak kunjung membaik. Operasi dapat memperbaiki refluks anak dan mencegah urine mengalir kembali ke ginjal.

Dalam kasus tertentu, pengobatan mungkin termasuk penggunaan injeksi bulking. Dokter menyuntikkan sedikit cairan seperti gel ke dalam dinding kandung kemih di dekat pembukaan ureter. Gel membuat tonjolan di dinding kandung kemih, yang berfungsi seperti katup ke ureter jika katup anak tidak berfungsi dengan baik. Prosedur ini membutuhkan anestesi umum dan anak biasanya bisa pulang pada hari yang sama.

Refluks vesikoureteral sekunder

Dokter mengobati refluks vesikoureteral sekunder setelah menemukan penyebab pasti dari kondisi tersebut. Perawatan mungkin termasuk:

  • Operasi untuk menghilangkan sumbatan.
  • Antibiotik untuk mencegah atau mengobati ISK.
  • Operasi untuk memperbaiki kandung kemih atau ureter yang abnormal.
  • Kateterisasi urine intermiten, yaitu menguras kandung kemih dengan memasukkan kateter melalui uretra ke kandung kemih. Ini bisa dilakukan di rumah jika kandung kemih anak tidak dapat dikosongkan dengan benar.

5. Pencegahan

Mengutip Cleveland Clinic, tidak ada cara yang diketahui untuk mencegah refluks vesikoureteral. Namun, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kesehatan saluran kemih anak secara keseluruhan. Pastikan anak:

  • Minum cukup air setiap hari.
  • Segera mengganti popoknya jika kotor.
  • Buang air kecil secara teratur.
  • Mendapat pengobatan untuk konstipasi dan inkontinensia urine atau inkontinensia feses secepat mungkin.

Bantu anak untuk menjadi sehat dalam segala hal. Tanamkan kebiasaan sehat sedini mungkin, seperti rutin berolahraga dan makan makanan sehat bergizi seimbang.

6. Komplikasi yang dapat terjadi

Refluks Vesikoureter, Sering Dialami Anak Usia di Bawah 2 Tahunilustrasi pasien anak dirawat di rumah sakit (khn.org)

Kerusakan ginjal adalah perhatian utama dengan refluks vesikoureteral. Makin parah refluksnya, makin serius kemungkinan komplikasinya.

Komplikasi mungkin termasuk:

  • Jaringan parut ginjal: ISK yang tidak diobati dapat menyebabkan jaringan parut, yang merupakan kerusakan permanen pada jaringan ginjal. Jaringan parut yang luas dapat menyebabkan tekanan darah tinggi dan gagal ginjal.
  • Tekanan darah tinggi: Karena ginjal membuang limbah dari aliran darah, kerusakan ginjal dan penumpukan limbah yang dihasilkan dapat meningkatkan tekanan darah.
  • Gagal ginjal: Jaringan parut dapat menyebabkan hilangnya fungsi di bagian penyaringan ginjal. Hal ini dapat menyebabkan gagal ginjal, yang dapat terjadi dengan cepat (gagal ginjal akut) atau dapat berkembang dari waktu ke waktu (penyakit ginjal kronis).

Refluks vesikoureteral biasanya tidak menyakitkan atau mengancam jiwa. Kondisi ini bisa dikelola dan perawatan biasanya berhasil. Tidak ada cara untuk mencegahnya, tetapi pastikan anak untuk minum banyak air putih, rutin olahraga, dan makan makanan bergizi untuk menjaga kesehatannya secara keseluruhan.

Normal jika merasa takut atau khawatir jika anak didiagnosis dengan refluks vesikoureteral, terutama jika ternyata itu adalah bentuk yang leih parah. Diskusikan secara ekstensif pilihan yang tersedia denagn dokter anak. Ini penting karena setiap anak berbeda.

Di sisi lain, jika anak didiagnosis dengan refluks vesikoureteral primer ringan dan setelah pemeriksaan dokter yakin bahwa kondisi tersebut akan sembuh sendiri, orang tua harus tetap memastikan anak untuk kontrol rutin ke dokter.

Baca Juga: Infeksi Saluran Kemih: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya