Tanda Skizofrenia Paranoid yang Perlu Kamu Ketahui

Biasanya berbentuk delusi, halusinasi, atau keduanya

Istilah “skizofrenia paranoid” sebetulnya tidak lagi digunakan secara diagnostik, tetapi ini secara historis digunakan untuk menggambarkan skizofrenia dengan paranoia sebagai gejala yang menonjol.

Pada versi Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders saat ini, yaitu DSM-5, tidak ada lagi subtipe skizofrenia. Sebelumnya ada skizofrenia paranoid dengan tipe disorganisasi, katatonik, tidak berdiferensiasi, dan residu. Ditentukan bahwa hal ini tidak membantu dokter ketika mengobati gangguan tersebut (Asian Journal of Psychiatry, 2013).

Walaupun sekarang seseorang tidak lagi bisa didiagnosis dengan skizofrenia paranoid, tetapi seseorang bisa mengalami gejala "paranoid". Faktanya, paranoia tetap menjadi salah satu kriteria untuk mendiagnosis skizofrenia.

Tanda dan gejala skizofrenia dengan paranoia

Gejala skizofrenia biasanya mulai berkembang pada masa dewasa muda, antara usia 16 dan 30 tahun. Gejala ini cenderung muncul lebih awal pada laki-laki dibanding perempuan.

Skizofrenia adalah kelainan progresif. Artinya, jika tidak diobati, gejalanya cenderung memburuk seiring waktu. Diagnosis dini dan pengobatan meningkatkan peluang keberhasilan pemulihan skizofrenia.

Gejala skizofrenia secara garis besar dikategorikan menjadi gejala positif, gejala negatif, atau gejala kognitif. Paranoia—juga disebut sebagai delusi paranoid—dianggap sebagai gejala positif.

Baca Juga: Skizofrenia: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan

1. Gejala positif

Tanda Skizofrenia Paranoid yang Perlu Kamu Ketahuiilustrasi paranoia atau paranoid (pexels.com/Faruk Tokluoğlu)

Gejala-gejala positif—kadang disebut gejala psikotik—ditandai dengan perubahan persepsi, termasuk perubahan penglihatan, pendengaran, penciuman, dan rasa serta pemikiran abnormal dan perilaku tidak teratur.

Disebut positif karena hanya terjadi sebagai bagian dari penyakit mental atau masalah medis.

Menurut National Institute of Mental Health, gejala positif skizofrenia meliputi:

  • Delusi: Keyakinan yang dipegang teguh yang tidak didukung oleh fakta objektif, dan mungkin memiliki ciri paranoia. Delusi lainnya mungkin termasuk keyakinan bahwa televisi, radio, atau internet menyiarkan pesan-pesan pribadi.
  • Halusinasi: Pengalaman akan hal-hal yang tidak nyata. Misalnya melihat atau mendengar sesuatu seperti suara-suara yang sebenarnya tidak ada.
  • Pikiran dan ucapan tidak teratur: Ini adalah cara berpikir atau berbicara yang tampak aneh atau tidak logis.

Meskipun skizofrenia paranoid tidak lagi merupakan diagnosis, paranoia sering kali merupakan gejala yang menonjol dari kondisi tersebut. Paranoia adalah proses berpikir yang menyebabkan perasaan terus-menerus bahwa seseorang mungkin menganiaya kamu, bersekongkol melawanmu, atau menangkap kamu.

Pada skizofrenia, paranoia biasanya berbentuk delusi, halusinasi, atau kombinasi keduanya. Misalnya, seseorang dengan skizofrenia bisa percaya bahwa mereka sedang dikejar oleh penegak hukum atau bahwa seseorang mencoba mengendalikannya melalui televisi atau radio. Atau, mereka mungkin mendengar suara-suara yang mengatakan hal-hal jahat tentang mereka.

Paranoia sangat terkait dengan rendahnya harga diri, tingginya tingkat depresi dan kecemasan, serta asumsi bahwa penyebab peristiwa negatif akan bersifat meresap dan terus-menerus.

Hal ini juga dikaitkan dengan gangguan kinerja kognitif, termasuk kecenderungan untuk langsung mengambil kesimpulan, dan kesulitan memahami kondisi mental orang lain. Misalnya, orang dengan skizofrenia yang mengalami paranoia cenderung untuk secara tidak akurat mengidentifikasi ekspresi wajah netral sebagai kemarahan (Schizophrenia Research: Cognition, 2016).

Skizofrenia biasanya didiagnosis pada episode parah pertama ketika seseorang menunjukkan gejala positif, seperti paranoia, delusi, dan halusinasi untuk pertama kalinya. Ini juga disebut sebagai episode psikosis.

Paranoia tidak selalu berarti seseorang mengidap skizofrenia. Ini mungkin juga merupakan tanda gangguan kepribadian paranoid. Kondisi ini biasanya tidak melibatkan delusi atau halusinasi, tetapi dapat menyebabkan perasaan curiga dan tidak percaya yang berlebihan terhadap orang lain, dilansir PsychCentral.

2. Gejala negatif

Gejala-gejala negatif ditandai dengan penarikan diri dari pergaulan, serta kesulitan berfungsi normal dan menunjukkan emosi. Disebut negatif karena mengacu pada tidak adanya respons emosional atau proses berpikir yang normal.

Gejala negatif biasanya termasuk:

  • Penurunan minat atau motivasi untuk menjalin hubungan dekat dengan orang lain.
  • Berkurangnya kemampuan untuk mengalami emosi yang menyenangkan.
  • Berkurangnya ekspresi emosi, termasuk berbicara dengan suara monoton dan tidak menunjukkan ekspresi wajah.

3. Gejala kognitif

Tanda Skizofrenia Paranoid yang Perlu Kamu Ketahuiilustrasi skizofrenia (pixabay.com/Clard)

Hampir semua pasien skizofrenia menunjukkan beberapa defisit kognitif dan mengalami tantangan dalam cara mereka berpikir dan memahami dunia di sekitar mereka (BMC Psychiatry, 2012). Misalnya, seseorang yang mengalami gejala kognitif mungkin mengalami kesulitan memproses informasi atau kesulitan dalam memperhatikan.

Gejala kognitif tidak digunakan dalam diagnosis skizofrenia seperti gejala negatif dan positif. Namun, gejala-gejala kognitif merupakan gambaran inti dari gangguan ini dan biasanya merupakan tanda-tanda paling awal dari skizofrenia, sering kali mendahului timbulnya episode parah pertama.

Skizofrenia paranoid bukan lagi diagnosis formal karena dianggap ketinggalan zaman. Skizofrenia secara klinis tidak lagi dibagi menjadi subtipe yang berbeda. Walaupun sekarang seseorang tidak lagi bisa didiagnosis dengan skizofrenia paranoid, tetapi seseorang bisa mengalami gejala "paranoid". Faktanya, paranoia tetap menjadi salah satu kriteria untuk mendiagnosis skizofrenia.

Paranoia bisa menjadi ciri delusi dan halusinasi. Hal ini dapat menyebabkan orang dengan skizofrenia percaya bahwa mereka sedang dikendalikan atau mengalami halusinasi pendengaran.

Gejala-gejala skizofrenia bisa menakutkan dan melelahkan bagi mereka yang mengalaminya, serta orang-orang yang mereka cintai. Namun, dengan penelitian yang sedang berlangsung, skizofrenia kini lebih dipahami dibandingkan sebelumnya.

Baca Juga: Gangguan Skizofreniform, Apa Bedanya dengan Skizofrenia?

Topik:

  • Nurulia
  • Delvia Y Oktaviani
  • Bayu Nur Seto

Berita Terkini Lainnya