- HRZE (isoniazid, rifampisin, pirazinamid, etambutol), standar WHO untuk TBC sensitif obat.
- BPaL (bedaquiline, pretomanid, linezolid), standar untuk TBC resistan obat.
- SPaL (sorfequiline, pretomanid, linezolid) dalam tiga dosis: 25 mg, 50 mg, dan 100 mg.
Obat Baru Sorfequiline Beri Harapan Pengobatan TBC Lebih Singkat

- Sorfequiline menunjukkan efektivitas lebih tinggi dari terapi standar TBC pada minggu ke-8, dengan profil keamanan yang baik.
- Potensi besar untuk memperpendek durasi pengobatan TBC, termasuk untuk kasus yang resisten obat.
- Jika lolos uji lanjutan, regimen baru ini bisa membuat pasien TBC hanya perlu satu bulan minum pil, membuat terapi TBC jauh lebih sederhana dan mudah diikuti.
Kabar menggembirakan datang dari dunia kesehatan global. Tim peneliti internasional baru saja merilis temuan awal dari uji klinis fase 2 sebuah antibiotik baru yang berpotensi mengubah penanganan tuberkulosis (TBC/TB).
Obat bernama sorfequiline (TBAJ-876) ini menunjukkan kemampuan yang lebih kuat dibanding terapi standar pada delapan minggu pertama pengobatan, sekaligus memiliki profil keamanan yang baik. Bagi banyak orang yang selama ini harus menjalani pengobatan panjang, temuan ini membuka harapan baru.
Menurut Maria Beumont, MD, peneliti dari TB Alliance, hasil awal ini cukup kuat untuk melanjutkan ke uji fase 3, dilansir Center for Infectious Disease Research & Policy (CIDRAP), sorfequiline sudah dikembangkan sejak 2014 dan kini menunjukkan potensi untuk mempersingkat durasi pengobatan, baik untuk TBC yang masih sensitif obat maupun yang sudah resistan/kebal.
Pada tahun 2024 saja, TBC diperkirakan menginfeksi lebih dari 10,7 juta orang, sehingga inovasi seperti ini sangat dibutuhkan. “Kami membayangkan pengobatan TBC yang jauh lebih singkat di masa depan,” ujarnya.
Konversi dahak lebih tinggi pada minggu ke-8
Uji acak terkontrol ini berlangsung di Afrika Selatan, Filipina, Georgia, Tanzania, dan Uganda, melibatkan 309 peserta yang baru terdiagnosis TBC sensitif obat. Para peserta dibagi rata ke lima kelompok:
Tujuan utamanya adalah melihat berapa banyak peserta yang mencapai konversi dahak (perubahan hasil pemeriksaan dahak dari positif menjadi negatif setelah seseorang menjalani pengobatan TBC) pada minggu ke-8—penanda penting keberhasilan pengobatan TBC.
Meski sorfequiline berada dalam kelas antibiotik yang sama dengan bedaquiline, tetapi data awal menunjukkan obat ini lebih andal dan berpotensi lebih mudah ditoleransi. Bahkan, obat ini menunjukkan kemampuan menghadapi strain TBC yang mulai resistan terhadap bedaquiline.
Temuan uji klinis menjanjikan. Pada minggu ke-8 uji klinis, proporsi peserta yang mengalami konversi dahak adalah:
- Sebanyak 59 persen pada kelompok yang menerima SPaL dengan 100 mg sorfequiline.
- Sebanyak 45 persen pada kelompok HRZE.
- Sebanyak 45 persen pada kelompok BPaL.
Hazard ratio untuk konversi dahak pada minggu ke-8:
- SPaL vs BPaL: 1,53.
- SPaL vs HRZE: 1,35.
Hazard ratio (HR) adalah ukuran statistik yang menunjukkan seberapa besar kemungkinan suatu peristiwa (dalam hal ini, konversi dahak) terjadi dalam satu kelompok dibandingkan kelompok lain, dalam periode waktu tertentu.
HR lebih dari 1 berarti peluang konversi dahak lebih tinggi pada kelompok SPaL dibanding kelompok pembanding. Jadi, HR 1,53 artinya peserta yang mendapat SPaL dengan sorfequiline memiliki 53 persen peluang lebih tinggi untuk mengalami konversi dahak pada minggu ke-8 dibanding kelompok BPaL.
Singkatnya, sorfequiline mampu menurunkan jumlah bakteri TB lebih cepat. Menurut para peneliti, ini tanda bahwa pengobatannya lebih efektif dan berpotensi mempercepat durasi terapi.
Profil keamanannya juga sebanding dengan HRZE, dan peserta merasa regimen tiga pil per hari ini jauh lebih mudah diikuti. “Pengobatannya luar biasa,” kata Thuto Pulane, salah satu peserta uji coba. “Lebih singkat dan lebih mudah dari yang saya bayangkan,” mengutip laman TB Alliance.
Menuju pengobatan TBC satu bulan

TB Alliance berencana memulai uji fase 3 untuk mengevaluasi SPaL pada pasien TBC sensitif maupun resistan obat. Jika hasilnya konsisten dan obat ini akhirnya lolos persetujuan, pengobatan TBC berpotensi dipersingkat menjadi empat bulan: satu bulan terapi oral, ditambah satu suntikan kerja panjang yang memberikan perlindungan hingga tiga bulan berikutnya.
Dari perspektif pasien, itu artinya hanya perlu minum pil selama satu bulan.
Hasil uji klinis ini membawa harapan yang lebih besar, bahwa SPaL bisa menjadi terapi universal yang langsung diberikan pada semua pasien positif TBC tanpa harus menunggu hasil uji resistansi, yang di banyak negara berpenghasilan rendah bisa memakan waktu berminggu-minggu.
Referensi
"Phase 2 Clinical Trial Results Show Potential to Shorten TB Treatment Time." TB Alliance. Diakses November 2025.
"Phase 2 data suggest new drug could unlock shorter TB treatment." CIDRAP. Diakses November 2025.









![[QUIZ] Seberapa Jeli Matamu Menebak Member BABYMONSTER?](https://image.idntimes.com/post/20240418/kuis-tebak-member-babymonster-92dc8b319e6e3791bcd0e60ebf2acf48.jpg)








