Penyakit Arteri Karotis: Penyebab, Gejala, Komplikasi, dan Pengobatan

Arteri karotis adalah pembuluh darah utama yang mengantarkan darah ke otak. Ada dua arteri karotis (satu di setiap sisi leher) yang memasok darah ke otak. Arteri karotis bisa dirasakan di setiap sisi leher bagian bawah, tepat di bawah sudut rahang.
Penyakit arteri karotis atau yang juga biasa disebut stenosis arteri karotis adalah penyempitan arteri karotis, biasanya disebabkan oleh aterosklerosis.
Aterosklerosis merupakan penumpukan kolesterol, lemak, dan zat lain yang berjalan melalui aliran darah, seperti sel inflamasi, produk limbah seluler, protein, dan kalsium. Zat-zat ini menempel pada dinding pembuluh darah seiring waktu seiring bertambahnya usia, dan bergabung membentuk bahan yang disebut plak.
Penumpukan plak bisa menyebabkan penyempitan atau penyumbatan di arteri karotis, yang jika signifikan bisa meningkatkan risiko stroke, mengutip Cleveland Clinic.
1. Penyebab dan faktor risiko

Penyakit arteri karotis disebabkan oleh penumpukan plak pada arteri yang mengantarkan darah ke otak. Plak adalah gumpalan kolesterol, kalsium, jaringan fibrosa, dan puing-puing seluler lainnya yang berkumpul di lokasi cedera mikroskopis di dalam arteri. Proses ini disebut aterosklerosis.
Arteri karotis yang tersumbat oleh plak menjadi sempit dan kaku, dan dapat mengalami kesulitan dalam memberikan oksigen dan nutrisi ke struktur otak vital yang bertanggung jawab atas fungsi sehari-hari.
Dilansir Mayo Clinic, faktor-faktor yang bisa meningkatkan risiko arteri karotis meliputi:
- Tekanan darah tinggi: Tekanan berlebih pada dinding arteri bisa melemahkannya dan membuatnya lebih rentan terhadap kerusakan.
- Penggunaan tembakau: Nikotin bisa mengiritasi lapisan dalam arteri. Merokok juga bisa meningkatkan detak jantung dan tekanan darah.
- Diabetes: Diabetes menurunkan kemampuan untuk memproses lemak secara efisien, menempatkan seseorang pada risiko tekanan darah tinggi dan aterosklerosis yang lebih besar.
- Kadar lemak darah tinggi: Kadar low-density lipoprotein (LDL) atau kolesterol jahat dan trigliserida yang tinggi mendorong akumulasi plak.
- Riwayat keluarga: Risiko penyakit arteri karotis lebih tinggi jika ada anggota keluarga yang memiliki aterosklerosis atau penyakit arteri koroner.
- Usia: Arteri menjadi kurang fleksibel dan lebih rentan terhadap cedera seiring penuaan.
- Obesitas: Kelebihan berat badan meningkatkan kemampuan tekanan darah tinggi, aterosklerosis, dan diabetes.
- Sleep apnea: Henti bernapas pada malam hari bisa meningkatkan risiko stroke.
- Kurang atau tidak pernah olahraga: Ini berkontribusi pada kondisi yang merusak arteri, termasuk tekanan darah tinggi, diabetes, dan obesitas.
2. Gejala

Pada tahap dini, penyakit arteri karotis dini jarang menimbulkan gejala. Gejala hanya mungkin muncul setelah salah satu arteri karotis tersumbat sepenuhnya atau hampir tersumbat.
Arteri karotis biasanya dianggap hampir tersumbat saat lebih dari 80 persen tersumbat. Pada saat itu, seseorang berisiko tinggi mengalami serangan iskemik transien (TIA) atau stroke mini. TIA juga dikenal sebagai stroke ringan karena menyebabkan gejala stroke yang berlangsung dari beberapa menit hingga beberapa jam, mengutip Healthline. Gejala-gejala ini termasuk:
- Kelemahan tiba-tiba atau mati rasa di wajah, lengan, atau kaki (biasanya di satu sisi tubuh).
- Kesulitan berbicara (bicara kacau) atau pemahaman.
- Masalah penglihatan mendadak pada satu atau kedua mata.
- Pusing.
- Sakit kepala parah mendadak.
- Terkulai di satu sisi wajah.
Segera ke unit gawat darurat rumah sakit jika mengalami gejala-gejala di atas karena ini bisa menjadi tanda-tanda kondisi darurat medis.
3. Komplikasi yang bisa ditimbulkan

Penyakit arteri karotis menyebabkan sekitar 10 hingga 20 persen stroke. Stroke merupakan keadaan darurat medis yang bisa menyebabkan kerusakan otak permanen dan kelemahan otot. Dalam kasus yang parah, stroke bisa berakibat fatal. Penyakit arteri karotis bisa menyebabkan stroke melalui:
- Aliran darah berkurang: Arteri karotis dapat menjadi sangat menyempit oleh aterosklerosis, sehingga tidak cukup darah yang bisa mencapai bagian otak.
- Plak yang pecah: Sepotong plak bisa pecah dan mengalir ke arteri yang lebih kecil di otak. Fragmen plak mungkin tersangkut di salah satu arteri yang lebih kecil ini, menciptakan penyumbatan yang memotong suplai darah ke bagian otak.
- Penyumbatan bekuan darah: Beberapa plak cenderung retak dan membentuk permukaan yang tidak teratur pada dinding arteri. Tubuh akan bereaksi seolah-olah cedera dan mengirimkan sel darah yang membantu proses pembekuan darah tersebut. Hasilnya dapat berupa gumpalan besar yang menghalangi atau memperlambat aliran darah ke otak, menyebabkan stroke.
4. Diagnosis

Diagnosis penyakit arteri karotis sedini mungkin penting untuk mencegah komplikasi yang berpotensi mengancam jiwa, seperti stroke.
Dokter akan bertanya kepada pasien tentang riwayat kesehatan dan gaya hidupnya. Jika dokter menganggap pasien berisiko terkena penyakit arteri karotis, maka akan dilakukan pemeriksaan fisik atau memesan beberapa tes untuk memeriksa kondisi darah pasien.
Dokter akan mendengarkan arteri karotis menggunakan stetoskop mencari suara aliran darah yang tidak normal, yang disebut bruit karotis. Bila terdengar, maka dokter akan memesan tes tambahan untuk mempermudah diagnosis.
Dilansir Medical News Today, dokter umumnya menggunakan satu atau lebih tes pencitraan untuk melihat ke dalam arteri karotis dan memeriksa penyempitan. Ini meliputi:
- Ultrasonografi (USG): USG karotis menggunakan gelombang suara untuk membuat gambar bagian dalam arteri. Ini merupakan bentuk paling umum dari tes pencitraan untuk penyakit arteri karotis, dan dalam banyak kasus ini bisa membantu menemukan penyempitan arteri.
- Angiografi: Angiografi merupakan tes pencitraan yang menggunakan pewarna khusus untuk membuat arteri terlihat jelas di gambar. Dokter akan menyuntikkan pewarna ke area terebut, kemudian menggunakan sinar-X, CT scan, atau MRI untuk membuat gambar arteri saat pewarna melewatinya. Tes ini bisa membantu dokter melihat adanya penyempitan atau penyumbatan di arteri.
5. Pengobatan

Rencana perawatan akan disusun oleh dokter berdasarkan gejala dan apakah pasien punya riwayat stroke atau tidak.
Apabila pasien didiagnosis menderita penyakit arteri karotis sebelum terkena stroke, maka dokter akan merekomendasikan melakukan perubahan gaya hidup preventif. Ini termasuk:
- Berhenti merokok jika merokok.
- Makan makanan sehat.
- Berolahraga secara teratur.
- Mengelola kondisi kronis apa pun, seperti diabetes dan penyakit jantung.
- Minum obat sesuai resep dokter.
Perawatan akan lebih invasif jika pasien terdiagnosis penyakit arteri karotis setelah mengalami stroke. Dokter mungkin perlu membuka arteri karotis pasien untuk menghilangkan penyumbatan. Ada dua cara berbeda untuk melakukan ini, yaitu:
- Endarterektomi karotis: Bentuk operasi yang paling umum untuk penyakit arteri karotis yang parah. Setelah anestesi, dokter membuat sayatan pada bagian depan leher pasien. Mereka akan membuka arteri karotis pasien dan menghentikan penyumbatan apa pun. Dokter kemudian akan menjahit arteri yang tertutup. Prosedur ini bisa memiliki efek jangka panjang dalam mencegah stroke.
- Stent arteri karotis: Dokter akan menggunakan stent arteri karotis jika penyumbatan berada di lokasi yang tidak nyaman, terdapat penyumbatan yang besar, atau pasien memiliki masalah kesehatan serius lainnya yang membuat dirinya menjadi kandidat bedah berisiko tinggi. Stent adalah gulungan kawat kecil. Dalam prosedur ini, dokter akan menggunakan balon untuk memperlebar arteri yang menyempit. Dokter akan menempatkan stent di dalamnya untuk menjaga agar arteri tetap terbuka.
Pandangan jangka panjang pasien tergantung sejauh mana penyakit arteri karotis berkembang. Namun, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kesehatan, yaitu:
- Secara teratur memeriksa tekanan darah.
- Menguji kadar gula darah dan kolesterol satu hingga dua kali per tahun.
- Melakukan tes USG Doppler karotis tahunan (jika pernah mengalami stroke sebelumnya) yang memungkinkan dokter untuk melihat aliran darah melalui arteri karotis pasien.
- Pemeriksaan dokter secara berkala.
Jika memiliki tanda atau gejala yang mengarah pada penyakit arteri karotis, apalagi memiliki salah satu faktor risikonya, sebaiknya temui dokter. Diagnosis dini dan perawatan yang tepat, bisa menurunkan risiko komplikasi dan meningkatkan peluang kesembuhan.