Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Stroke: Jenis, Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan

ilustrasi seseorang terkena stroke (pexels.com/Engin Akyurt)
ilustrasi seseorang terkena stroke (pexels.com/Engin Akyurt)
Intinya sih...
  • Stroke adalah kondisi darurat medis yang disebabkan oleh penyumbatan atau pendarahan pembuluh darah di otak.
  • Jenis stroke meliputi hemoragik, iskemik, dan transient ischemic attack (TIA), masing-masing dengan gejala dan penyebab yang berbeda.
  • Beberapa faktor penyebab stroke meliputi jenis kelamin laki-laki (terutama di atas usia 55 tahun), kurangnya aktivitas fisik, kelebihan berat badan atau obesitas, dan tekanan darah tinggi.

Stroke adalah kondisi saat terjadi penyumbatan dan pendarahan pembuluh darah yang mengganggu suplai darah ke otak.

Penyumbatan maupun pecahnya pembuluh darah mengakibatkan otak kekurangan oksigen dan nutrisi yang cukup. Apabila jaringan dan sel otak tidak mendapat oksigen yang cukup selama lebih dari 3 menit, mereka akan mulai rusak dan mati.

Harus diwaspadai oleh semua orang, yuk, pahami lebih lanjut mengenai stroke lewat ulasan lengkap di bawah ini!

1. Jenis stroke

Kondisi darurat medis ini bisa muncul dalam beberapa tipe atau jenis, yaitu:

  • Stroke hemoragik

Jenis ini terjadi ketika pembuluh darah di otak pecah. Pendarahan dari pembuluh darah dapat terjadi secara tiba-tiba dan pendarahan ini mampu merusak jaringan otak di sekitarnya.

Sekitar 13 persen dari semua kasus stroke adalah stroke hemoragik, dan ini dikatakan sebagai jenis yang paling serius. Stroke hemoragik memiliki dua subjenis lagi yang meliputi intraserebral dan subarachnoid.

  • Stroke iskemik

Stroke iskemik terjadi ketika pembuluh darah di otak mengalami pembekuan dan memotong suplai darah ke otak. Ini merupakan jenis yang paling sering terjadi. Sekitar 87 persen dari semua kasus stroke adalah stroke iskemik.

  • Transient ischemic attack (TIA)

TIA atau dijuluki stroke ringan (mini stroke) hanya berlangsung selama beberapa menit hingga 24 jam. TIA tidak membunuh sel-sel otak, sehingga tidak menimbulkan kerusakan permanen pada otak.

TIA dikatakan adalah tanda peringatan serius dari stroke, karena sekitar 1 dari 3 orang yang memiliki TIA akan mengalami stroke. Gejalanya mirip stroke pada umumnya, sehingga kondisi ini juga tidak boleh disepelekan.

2. Gejala stroke termasuk sakit kepala parah yang tiba-tiba

ilustrasi gejala stroke (IDN Times/Novaya Siantita)
ilustrasi gejala stroke (IDN Times/Novaya Siantita)

Memperhatikan dan mengetahui gejala stroke sangat penting, sehingga bila ini terjadi pasien yang dicurigai mengalami serangan stroke bisa segera mendapat tindakan medis yang dibutuhkan. 

Beberapa gejala stroke yang perlu kamu ketahui adalah:

  • Kesulitan berbicara dan memahami apa yang dikatakan orang lain.
  • Kelumpuhan atau mati rasa pada wajah, lengan, atau kaki.
  • Masalah melihat pada satu atau kedua mata.
  • Sakit kepala parah yang tiba-tiba, bisa disertai dengan muntah, pusing, atau. perubahan kesadaran.
  • Kesulitan berjalan, kehilangan keseimbangan, dan kehilangan koordinasi.

3. Penyebab stroke

Penyebab stroke berbeda-beda berdasarkan jenisnya

  • Stroke hemoragik

Jenis ini disebabkan oleh pecah atau bocornya pembuluh darah. Pendarahan yang deras dapat menyebabkan tekanan dan merusak sel-sel otak.

Stroke hemoragik memiliki dua subjenis, yakni pendarahan intraserebral yang sering terjadi saat pembuluh darah di jaringan dalam otak pecah, dan pendarahan subarachnoid sering terjadi ketika aneurisme (pembesaran atau penonjolan pembuluh darah otak akibat melemahnya dinding pembuluh darah) pecah dan berdarah ke dalam ruang antara otak dan tengkorak.

Stroke hemoragik paling sering disebabkan oleh tekanan darah tinggi atau hipertensi. Pada kondisi yang jarang, kondisi malformasi arteriovenosa juga bisa memicu pendarahan di otak.

  • Stroke iskemik

Jenis ini terjadi akibat penyumbatan di arteri yang mengarah ke otak. Penyumbatan mungkin disebabkan oleh pembekuan darah atau terjadi akibat aterosklerosis, yaitu penumpukan plak dengan timbunan lemak di dalam dinding pembuluh darah.

Pada aterosklerosis, plak yang menumpuk di dinding pembuluh darah bisa pecah dan bersarang di arteri, sehingga akhirnya menghalangi aliran darah dan mengakibatkan stroke iskemik.

  • TIA

TIA disebabkan oleh penyumbatan sementara di arteri yang mengarah ke otak. Gumpalan darah yang menyumbat akan menghentikan darah yang harusnya mengalir ke bagian otak tertentu. TIA biasanya berlangsung selama beberapa menit hingga beberapa jam, kemudian penyumbatan mereda dan aliran darah kembali berjalan.

4. Diagnosis stroke

ilustri MRI Scan (pexel.com/Anna Shvets)
ilustri MRI Scan (pexel.com/Anna Shvets)

Seseorang yang mengalami stroke harus segera mendapat perawatan di rumah sakit dalam waktu 3 jam setelah gejala pertama kali muncul. Ini karena stroke dapat berkembang dan memburuk dengan cepat.

Adapun sejumlah tes diagnostik yang dapat digunakan dokter untuk menentukan jenis stroke dapat meliputi:

  • Pemeriksaan fisik: Dokter akan menanyakan gejala dan riwayat kesehatan. Selanjutnya, dokter akan memeriksa kekuatan otot, refleks, sensasi, penglihatan, dan koordinasi. Pemeriksaan tekanan darah, arteri karotis di leher, dan pembuluh darah di bagian belakang mata juga mungkin dilakukan.
  • Tes darah: Untuk melihat risiko pendarahan atau pembekuan darah serta mengukur kadar zat tertentu dalam darah, termasuk faktor pembekuan, serta memeriksa apakah ada infeksi atau tidak.
  • Pemindaian CT: Dapat menunjukkan pendarahan, stroke, tumor, dan kondisi lain di dalam otak.
  • Pemindaian MRI: Menggunakan gelombang radio dan magnet untuk membuat gambar otak, yang dapat digunakan dokter untuk mendeteksi jaringan otak yang rusak.
  • Ultrasonografi karotid: Guna memeriksa apakah ada penyempitan atau plak pada arteri karotis.
  • Angiogram serebral: Dokter bisa menyuntikkan pewarna ke dalam pembuluh darah otak agar terlihat jelas di sinar-X atau MRI, sehingga gambaran rinci tentang pembuluh darah di otak dan leher bisa terlihat.
  • Ekokardiogram: Ini mampu menghasilkan gambar jantung yang detail, sehingga dokter bisa memeriksa sumber gumpalan apa pun yang mungkin telah menyebar ke otak.

5. Cara stroke memengaruhi sebagian fungsi tubuh

Sel saraf di jaringan otak berperan dalam mengontrol fungsi seperti memori, bicara, dan gerakan. Apabila stroke terjadi, sel-sel saraf di jaringan otak akan terluka, bahkan mati. Jika cedera ini terjadi, sel saraf tidak dapat berkomunikasi dengan sel lain seperti yang seharusnya dan fungsi otak akan terganggu.

Jika stroke terjadi di sisi kanan otak, sisi kiri tubuh yang akan terdampak, dan sebaliknya.

6. Faktor risiko stroke

ilustrasi lansia bermain catur (unsplash.com/Юлія Вівчарик)
ilustrasi lansia bermain catur (unsplash.com/Юлія Вівчарик)

Ada sejumlah faktor yang berpotensi meningkatkan risiko stroke, yang meliputi:

  • Usia yang lebih tua (terutama di atas usia 55 tahun).
  • Jenis kelamin laki-laki.
  • Kurangnya aktivitas fisik.
  • Kelebihan berat badan atau obesitas.
  • Tekanan darah tinggi.
  • Kadar kolesterol tinggi.
  • Diabetes.
  • Sleep apnea.
  • Penyakit kardiovaskular.
  • COVID-19.
  • Riwayat stroke atau serangan jantung pribadi atau keluarga..
  • Pengonsumsi alkohol berat.
  • Merokok atau terpapar asap rokok.
  • Penggunaan obat stimulan rekreasional seperti kokain atau amfetamin.

7. Sebagai komplikasi, stroke dapat mengakibatkan kecacatan permanen

Stroke bisa mengakibatkan kecacatan sementara hingga permanen, tergantung seberapa lama otak kekurangan aliran darah dan bagian otak yang terpengaruh. Komplikasi stroke yang mungkin terjadi termasuk:

  • Kelumpuhan: Lumpuh di satu sisi tubuh atau kehilangan kendali atas otot-otot tertentu dapat terjadi. Misalnya kehilangan kendali atas otot di satu sisi wajah, di salah satu lengan, atau bagian tubuh lainnya.
  • Kesulitan berbicara atau menelan: Stroke bisa memengaruhi kontrol otot di mulut dan tenggorokan, sehingga orang akan sulit berbicara dengan jelas hingga susah makan dan menelan. Kesulitan dalam berbahasa juga mungkin dialami, termasuk sulit memahami ucapan, membaca, ataupun menulis.
  • Kehilangan memori atau kesulitan berpikir: Banyak pasien stroke mengalami hilang ingatan. Sebagian lainnya bisa mengalami kesulitan dalam berpikir, nalar, membuat penilaian, dan memahami konsep.
  • Masalah emosional: Contohnya sulit mengendalikan emosi atau potensi mengalami depresi.
  • Nyeri: Rasa sakit, sensasi mati rasa, nyeri, atau sensasi tidak biasa lainnya dapat terjadi di bagian tubuh yang terdampak stroke. Bila stroke menimbulkan mati rasa di lengan kiri, sensasi kesemutan mungkin dialami di lengan tersebut.
  • Perubahan perilaku dan kemampuan perawatan diri: Orang yang pernah mengalami stroke mungkin akan sulit merawat dirinya sendiri dan butuh bantuan dengan perawatan dan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Selain itu, penyintas stroke juga bisa mengalami perubahan perilaku, seperti menjadi menarik diri dari lingkungan sosial.

8. Pengobatan stroke

ilustrasi pasien stroke (freepik.com/freepik)
ilustrasi pasien stroke (freepik.com/freepik)

Pengobatan stroke akan bergantung pada jenis stroke yang diderita, yaitu:

Stoke iskemik dan TIA

Karena disebabkan oleh bekuan darah atau penyumbatan lain di otak, pengobatan stroke iskemik dan TIA diperlakukan dengan teknik serupa, yang meliputi:

  • Antiplatelet dan antikoagulan: Aspirin sering kali merupakan garis pertahanan pertama melawan kerusakan akibat stroke. Obat antikoagulan dan antiplatelet harus diminum dalam waktu 24 hingga 48 jam setelah gejala stroke dimulai.
  • Obat trombolitik: Untuk memecah gumpalan darah di arteri otak, yang dapat menghentikan stroke dan mengurangi kerusakan otak.
  • Trombektomi mekanik: Dokter akan memasukkan kateter ke dalam pembuluh darah besar di dalam kepala pasien. Lalu, dokter menggunakan alat untuk menarik gumpalan keluar dari pembuluh darah. Operasi ini paling berhasil jika dilakukan 6 hingga 24 jam setelah stroke dimulai.
  • Stent: Jika ditemukan dinding arteri yang melemah, mungkin dokter akan melakukan prosedur memasukkan kateter yang dilengkapi tabung jala tipis (stent) yang ada balon di ujungnya. Tujuannya untuk mengembangkan arteri yang menyempit dan menopang dinding arteri dengan stent.
  • Operasi: Dalam kasus yang jarang terjadi saat perawatan lainnya tidak berhasil, operasi mungkin dibutuhkan untuk menghilangkan bekuan darah dan plak dari arteri. Ini bisa dilakukan dengan kateter, atau bila gumpalannya berukuran besar dokter mungkin akan membuka arteri untuk menghilangkan penyumbatan.

Stroke hemoragik

Stroke yang disebabkan pendarahan atau kebocoran pada otak perlu strategi pengobatan yang berbeda. Perawatan untuk stroke hemoragik meliputi:

  • Obat-obatan: Tujuan pengobatan stroke hemoragik adalah untuk membuat darah menggumpal. Karena itu, kemungkinan pasien akan diberikan obat pengencer darah. Pasien juga mungkin diresepkan obat untuk menurunkan tekanan darah, menurunkan tekanan di otak, mencegah kejang, dan mencegah penyempitan pembuluh darah.
  • Embolisasi koil: Selama prosedur ini, dokter memandu tabung panjang ke area perdarahan atau pembuluh darah yang melemah. Kemudian, dokter akan memasang perangkat seperti kumparan di area di mana dinding arteri lemah. Ini menghalangi aliran darah ke area tersebut, mengurangi pendarahan.
  • Clamping: Selama tes pencitraan, dokter mungkin menemukan aneurisme yang belum mulai berdarah atau telah berhenti berdarah. Untuk mencegah pendarahan tambahan, ahli bedah bisa menempatkan penjepit kecil di dasar aneurisme. Ini bekerja dengan memotong suplai darah dan mencegah kemungkinan pembuluh darah pecah atau pendarahan baru.
  • Operasi: Jika aneurisme telah pecah, dokter mungkin melakukan operasi untuk memotong aneurisme dan mencegah pendarahan tambahan. Juga, kraniotomi mungkin diperlukan untuk mengurangi tekanan pada otak setelah serangan stroke masif.

Ada beberapa obat-obatan yang digunakan untuk mengobati stroke. Dokter akan meresepkan obat tergantung jenis stroke yang dialami. Tujuan pengobatan ini adalah untuk mencegah stroke kedua, sementara yang lainnya bertujuan untuk mencegah stroke terjadi.

Obat stroke yang paling umum meliputi:

  • Tissue plasminogen activator (tPA): Obat darurat ini dapat diberikan selama serangan stroke untuk memecah gumpalan darah yang menyebabkan stroke. Obat ini harus diberikan dalam waktu 3 hingga 4,5 jam setelah gejala stroke dimulai. Obat ini disuntikkan ke dalam pembuluh darah agar dapat mulai bekerja secepat mungkin, sehingga mengurangi risiko komplikasi akibat stroke.
  • Antikoagulan: Untuk mengurangi kemampuan darah untuk membeku. Antikoagulan yang paling umum adalah warfarin. Obat-obatan ini juga dapat mencegah gumpalan darah yang ada tumbuh lebih besar. Inilah alasan kenapa obat-obatan ini mungkin diresepkan untuk mencegah stroke, atau diberikan setelah stroke iskemik atau TIA terjadi.
  • Obat antiplatelet: Untuk mencegah pembekuan darah dengan mempersulit trombosit darah untuk saling menempel. Obat antiplatelet yang paling umum termasuk aspirin dan clopidogrel. Mereka dapat digunakan untuk mencegah stroke iskemik dan sangat penting dalam mencegah stroke sekunder. Pada orang yang belum pernah mengalami stroke sebelumnya, aspirin hanya boleh digunakan sebagai obat pencegahan jika memiliki risiko tinggi penyakit kardiovaskular aterosklerotik (misalnya, serangan jantung dan stroke) dan risiko perdarahan yang rendah.
  • Statin: Untuk membantu menurunkan kadar kolesterol darah yang tinggi. Obat-obatan ini mencegah produksi enzim yang dapat mengubah kolesterol menjadi plak, yaitu zat kental dan lengket yang dapat menumpuk di dinding arteri dan menyebabkan stroke dan serangan jantung. Statin yang umum termasuk rosuvastatin, simvastatin, dan atorvastatin.
  • Obat tekanan darah: Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan potongan-potongan penumpukan plak di arteri pecah, yang selanjutnya dapat menyumbat arteri, menyebabkan stroke. Maka dari itu, mengontrol tekanan darah tinggi dapat membantu mencegah stroke.

9. Pemulihan pasca stroke

ilustrasi pemulihan stroke (freepik.com/freepik)
ilustrasi pemulihan stroke (freepik.com/freepik)

Pemulihan atau rehabilitasi stroke bisa mencakup bekerja sama dengan terapis wicara, fisik, dan okupasi.

  • Terapi wicara: Membantu orang yang memiliki masalah dalam berbicara atau memahami pembicaraan.
  • Terapi fisik: Melakukan latihan untuk membantu pasien mempelajari kembali keterampilan gerakan dan koordinasi yang mungkin hilang atau terdampak akibat stroke.
  • Terapi okupasi: Berfokus pada peningkatan aktivitas sehari-hari, seperti makan, minum, berpakaian, mandi, membaca, dan menulis.

Terapi dan obat-obatan dapat membantu mengatasi depresi atau kondisi kesehatan mental lainnya setelah stroke. Bergabung dengan kelompok pendukung dapat membantu menyesuaikan diri dengan kehidupan setelah stroke.

Dukungan dari keluarga dan teman juga dapat membantu menghilangkan rasa takut dan kecemasan pasca stroke. Biarkan orang-orang terdekat di sekitar tahu bagaimana perasaan pasien dan beri tahu apa yang bisa mereka lakukan untuk membantu.

10. Karena bisa fatal, cegah stroke dari sekarang!

Usia lanjut dan ada riwayat stroke dalam keluarga adalah beberapa faktor yang membuat seseorang lebih mungkin terkena stroke. Meski begitu, stroke dapat dicegah dengan melakukan langkah-langkah ini mulai sekarang:

  • Menurunkan tekanan darah: Tekanan darah tinggi adalah penyebab stroke yang paling sering.
  • Tidak merokok: Merokok, termasuk menghirup asap rokok, dapat meningkatkan risiko stroke.
  • Mengelola masalah jantung: Detak jantung yang tidak teratur (fibrilasi atrium) bisa menyebabkan stroke yang disebabkan oleh pembekuan darah.
  • Kurangi, batasi, atau berhenti mengonsumsi alkohol: Konsumsi alkohol yang terlalu banyak dapat meningkatkan tekanan darah dan trigliserida.
  • Mengendalikan diabetes: Kadar gula darah yang tinggi bisa membuat seseorang 2–4 kali lebih mungkin mengalami stroke.
  • Rutin berolahraga: Gaya hidup sedenter bisa menyebabkan obesitas, kolesterol tinggi, diabetes, dan tekanan darah tinggi, yang mana itu semua adalah faktor risiko stroke.
  • Terapkan pola makan sehat: Pola makan sehat dan seimbang bisa menurunkan risiko stroke dan membantu mengurangi berat badan bila diperlukan.
  • Pantau tingkat kolesterol: Tingginya kadar kolesterol jahat dalam tubuh dapat menyebabkan serangan jantung dan stroke.
  • Jangan abaikan mengorok: Dengkuran yang konstan bisa menjadi tanda gangguan tidur sleep apnea. Ini dapat meningkatkan risiko stroke karena mencegah seseorang mendapatkan cukup oksigen dan dapat meningkatkan tekanan darah.
  • Konsumsi obat-obatan sesuai anjuran dokter: Pada orang dengan riwayat stroke, pastikan untuk minum obat yang diresepkan dokter untuk mencegah stroke terjadi lagi.

Demikianlah informasi lengkap seputar stroke, mulai dari penyebab, gejala, jenis, diagnosis, pengobatan, hingga rehabilitasi pasca stroke. Pastikan untuk melakukan tips di atas supaya kamu dan orang-orang tercinta terhindar dari kondisi yang berpotensi fatal ini.

Referensi

"Stroke." Mayo Clinic. Diakses Mei 2025.
"Everything You Need to Know About Stroke." Healthline. Diakses Mei 2025.
"Everything you need to know about stroke." Medical News Today. Diakses Mei 2025.
"Stroke." Cleveland Clinic. Diakses Mei 2025.
"Stroke Symptoms and Causes." Everyday Health. Diakses Mei 2025.
"Treatment and Intervention for Stroke." Centers for Disease Control and Prevention. Diakses Mei 2025.
"What Is a Stroke?" WebMD. Diakses Mei 2025.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
Enrico Gary Himawan
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us