Derik Kematian: Penyebab, Tanda, Penanganan

Tanda bahwa seseorang mendekati kematian

Kematian adalah hal yang pasti dialami oleh manusia. Seseorang yang mendekati ajalnya mungkin menunjukkan tanda-tanda tertentu, mulai dari fisik yang berubah hingga perilaku.

Salah satu peristiwa yang dapat terjadi sebelum kematian adalah derik kematian atau death rattle. Umumnya, seseorang akan bertahan sekitar 25 jam setelah derik kematian terjadi.

1. Apa itu derik kematian?

Derik Kematian: Penyebab, Tanda, Penangananilustrasi pasien (pexels.com/RODNAE Productions)

Derik kematian adalah suara khas yang mungkin dibuat seseorang saat mendekati akhir hidupnya. Dilansir Healthline, hal ini terjadi karena seseorang tidak dapat menelan atau membersihkan air liurnya dengan cukup efektif.

Suara yang ditimbulkan akan bervariasi. Derik kematian dapat terdengar seperti suara berderak, dengkuran yang keras, atau rintihan lembut. Walaupun derik kematian terdengar menyakitkan, peristiwa ini umumnya tidak menyebabkan rasa sakit atau ketidaknyamanan pada individu tersebut.

2. Penyebab derik kematian

Derik Kematian: Penyebab, Tanda, Penangananilustrasi saluran napas (pixabay.com/kalhh)

Menurut informasi dalam laman Medical News Today, derik kematian disebabkan oleh ketidakmampuan seseorang dalam membersihkan atau menelan sekresi dengan efektif. Sekresi ini bisa berupa air liur atau dahak yang terdapat di bagian belakang tenggorokan.

Orang yang mendekati kematian mungkin kehilangan kesadaran atau tidak cukup kuat untuk membersihkan sekresi. Pola pernapasan juga akan berubah saat seseorang mendekati kematian dan napas dapat berubah dari pelan menjadi sangat keras.

Orang yang sedang sekarat mungkin menarik napas tajam, lalu tidak bernapas selama beberapa saat. Pernapasan yang terengah-engah ini dapat memperkuat derik kematian.

3. Tanda-tanda

Derik Kematian: Penyebab, Tanda, PenangananIlustrasi seorang pasien (ANTARA FOTO/REUTERS/Marko Djurica)

Derik kematian adalah tanda bahwa seseorang mendekati kematian. Dengan setiap napas yang diembuskan, seseorang dapat membuat suara rintihan, dengkuran, atau derikan.

Dilansir National Health Service, hal-hal berikut juga dapat terjadi saat seseorang mendekati kematian:

  • Kebingungan.
  • Penyumbatan paru-paru.
  • Inkontinensia.
  • Perubahan pola pernapasan atau kesulitan bernapas.
  • Perbedaan bau seseorang. 
  • Memar gelap.
  • Ekstremitas dingin dan kebiruan.
  • Agitasi.
  • Kantuk.
  • Hanyut masuk dan keluar dari kesadaran. 
  • Kulit berbintik-bintik. 

Derik kematian bisa terdengar seperti orang yang tersedak. Namun, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa orang yang sekarat menyadari suara tersebut atau mengalami rasa sakit atau kegelisahan terkait.

Baca Juga: Defisiensi Tembaga: Gejala, Penyebab, Pengobatan 

4. Penanganan derik kematian

Derik Kematian: Penyebab, Tanda, Penangananilustrasi pasien di rumah sakit (IDN Times/Mardya Shakti)

Walaupun orang yang mengalami derik kematian mungkin tidak merasakan sakit, tetapi hal ini bisa mengkhawatirkan atau menimbulkan ketidaknyamanan bagi anggota keluarga atau orang yang merawatnya. Petugas kesehatan dapat memberikan beberapa perawatan yang dapat meminimalkan suara tersebut. Cara yang bisa dilakukan termasuk:

  • Mengubah posisi seseorang diputar ke samping dengan kepala sedikit lebih tinggi (ini mengurangi kemungkinan sekresi untuk tetap berada di belakang tenggorokan). 
  • Membatasi asupan cairan oral. 
  • Memberikan obat-obatan yang dapat “mengeringkan” sekresi, seperti glikopirrolat (Robinul), hyoscyamin (Levsin), atau atropin. 
  • Memberikan perawatan mulut, seperti menggunakan penyeka mulut yang sedikit dibasahi atau menyedot mulut pasien dengn lembut. 

Karena derik kematian merupakan gejala dari proses sekarat, suaranya tidak mungkin hilang seutuhnya.

5. Waktu hidup setelah derik kematian

Derik Kematian: Penyebab, Tanda, Penangananilustrasi pasien sekarat (unsplash.com/National Cancer Institut)

Waktu hidup seseorang setelah mengalami derik kematian dapat bervariasi berdasarkan faktor yang berbeda. 

Penelitian dalam jurnal BMJ Supportive & Palliative Care menemukan bahwa proses kematian berlangsung rata-rata selama 25 jam dan ditandai dengan gejala seperti derik kematian, kegelisahan, dan kebingungan.

Menurut penelitian tersebut, proses kematian berlangsung sedikit lebih lama bagi individu dalam perawatan hospis (hospice care, yaitu perawatan pasien terminal ketika pengobatan terhadap penyakitnya tidak diperlukan lagi), dibandingkan dengan individu yang sedang dirawat di rumah sakit.

Derik kematian tidak selalu terjadi pada semua orang. Faktanya, derik kematian hanya dilaporkan pada sekitar 40 persen orang selama fase sekarat dan sekitar 35 persen orang selama 24 jam pada masa terakhir hidup mereka. 

Derik kematian atau death rattle adalah suara khas yang ditimbulkan oleh orang yang sedang sekarat. Suara yang ditimbulkan akan bervariasi berdasarkan berbagai macam faktor individu tersebut.

Baca Juga: Mengenal Alzheimer Lebih Dalam, Kurangi Faktor Risikonya

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya