Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Standar Dapur Umum yang Aman bagi Pengungsi Banjir

Dapur umum.
ilustrasi dapur umum (IDN Times/Dok Humas Pemprov Jateng)
Intinya sih...
  • Dapur umum yang layak mencegah wabah penyakit di pengungsian, terutama diare, keracunan makanan, dan infeksi saluran napas.
  • Standar kebersihan, akses air bersih, dan pengelolaan makanan menjadi fondasi utama dapur umum yang aman.
  • Dapur umum yang buruk meningkatkan risiko kontaminasi, mempercepat penyebaran penyakit di tengah populasi rawan seperti anak dan lansia.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Di tengah bencana banjir di Aceh, Sumut, dan Sumba, dapur umum sering menjadi tempat di mana pengungsi kembali merasakan sedikit kehangatan: aroma nasi panas, kepulan uap sayur dan lauk sederhana namun mengembalikan tenaga. Akan tetapi, ada satu kenyataan bahwa makanan yang aman dapat menahan laju penyakit, sementara makanan yang tercemar justru mempercepat risiko wabah di lokasi pengungsian.

Dapur umum bukan sekadar tenda dengan kompor dan panci besar, melainkan harus memenuhi standar sanitasi tertentu agar ratusan orang yang mengandalkannya tetap terlindungi. Standar dapur umum menjadi fondasi perlindungan kesehatan masyarakat.

Syarat dapur umum yang layak

Dapur umum.
ilustrasi dapur umum (pexels.com/Julia M Cameron)

Dirangkum dari berbagai sumber, berikut ini standar dapur umum untuk pengungsi yang layak:

  1. Akses air bersih dan aman

Air bersih adalah syarat mutlak untuk mencuci bahan makanan, alat masak, dan tangan. Air yang digunakan harus memenuhi standar air minum atau melalui proses pemurnian seperti perebusan atau klorinasi.

Tanpa air bersih, kontaminasi silang sangat mudah terjadi. Mulai dari bakteri E. coli, norovirus, hingga parasit seperti Giardia. Bagi pengungsi yang rentan, satu titik kesalahan dapat memicu klaster diare dalam hitungan jam.

  1. Penanganan makanan yang higienis

Standar internasional mengatur bahwa makanan harus diolah dengan tangan bersih, dipisahkan antara bahan mentah dan matang, dimasak hingga matang sempurna, disimpan pada suhu aman, dan menggunakan bahan baku yang bersih.

Di dapur umum, ini berarti ada petugas yang terlatih, bahan mentah tidak diletakkan di lantai, dan peralatan seperti talenan harus dipisahkan untuk daging dan sayuran.

  1. Penyimpanan makanan pada suhu yang aman

Makanan matang tidak boleh dibiarkan berada pada suhu ruang terlalu lama. Zona risiko (5–60 derajat Celcius) memungkinkan bakteri berkembang cepat.

Dapur umum layak memiliki termos besar untuk mempertahankan suhu, pendingin portabel, atau proses distribusi yang tidak berlarut-larut.

  1. Peralatan memasak dan makan yang bersih

Peralatan harus dicuci dengan air mengalir, sabun, dan dikeringkan dengan benar. Piring sekali pakai dapat digunakan jika sanitasi terbatas.

Peralatan kotor yang menumpuk menjadi sarang bakteri dan lalat—dua hal yang paling cepat membawa penyakit ke makanan.

  1. Tempat memasak terpisah dari area sampah

Area sampah harus memiliki penampungan tertutup dan dibuang secara berkala. Sampah yang menumpuk menarik perhatian tikus dan serangga, yang membawa risiko leptospirosis, salmonela, hingga keracunan makanan.

  1. Ventilasi dan ruang yang memadai

Dapur umum yang baik harus memiliki ventilasi untuk menghindari asap berlebih dan kondensasi. Ruang yang terlampau pengap meningkatkan iritasi saluran napas bagi petugas maupun pengungsi.

  1. Pengolahan bahan baku dari sumber aman

Bahan makanan harus berasal dari pemasok yang terjamin, tidak berasal dari genangan, dan tidak menggunakan bahan yang tampak rusak.

Risiko jika dapur umum tidak layak

Dapur umum yang tidak layak biasanya terlihat dari kondisi seperti:

  • Air keruh untuk mencuci bahan makanan.
  • Talenan yang sama dipakai untuk daging mentah dan sayur.
  • Panci tidak dicuci bersih.
  • Makanan dibiarkan lama pada suhu ruang.
  • Sanitasi yang tidak layak.

Kondisi di atas kerap ditemukan di pengungsian darurat yang serba terbatas.

Risikonya sangat nyata dapur umum yang tidak layak sangat nyata, seperti:

  • Penyebaran diare akut.
  • Keracunan makanan.
  • Hepatitis A.
  • Leptospirosis.
  • Infeksi saluran napas akibat asap dari kompor tanpa ventilasi.

Pada kasus banjir sebelumnya, petugas kesehatan mencatat peningkatan kasus diare dan penyakit kulit—keduanya sangat dipengaruhi sanitasi dan makanan yang kurang aman. Lingkungan dapur umum yang berantakan dapat mempercepat transmisi penyakit di kelompok yang sudah rentan, seperti anak balita atau lansia.

Dapur umum fungsinya bukan cuma mengisi perut, tetapi juga bagian dari strategi melawan penyakit di tengah situasi krisis. Dengan air bersih, kebersihan yang terjaga, dan pengolahan makanan sesuai standar, risiko penyakit dapat ditekan secara signifikan.

Bagi pengungsi, dapur umum juga dapat menjadi ruang kecil yang menjaga kesehatan agar mereka bisa menghadapi hari-hari sulit dengan sedikit lebih kuat.

Referensi

"Multisectoral preparedness coordination framework." World Health Organization (WHO). Diakses Desember 2025.

"Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana." Kemenkes RI. Diakses Desember 2025.

"Water Sanitation and Health in Humanitarian Emergencies." WHO. Diakses Desember 2025.

"Five keys to safer food manual." WHO. Diakses Desember 2025.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us

Latest in Health

See More

[QUIZ] Cek Wawasanmu soal Penyakit terkait Banjir

02 Des 2025, 22:25 WIBHealth