Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Studi: Pemeriksaan Retina Bisa Bantu Deteksi Tanda Awal Alzheimer

ilustrasi pemeriksaan mata (pexels.com/Ksenia Chernaya)
ilustrasi pemeriksaan mata (pexels.com/Ksenia Chernaya)
Intinya sih...
  • Studi terhadap tikus menemukan perubahan pembuluh darah retina selaras dengan otak pada varian gen terkait penyakit Alzheimer.
  • Pemeriksaan mata berpotensi jadi alat noninvasif untuk mendeteksi penyakit Alzheimer lebih dini melalui biomarker retina.
  • Penelitian masih praklinis; perlu validasi pada manusia, tetapi memperkuat konsep mata sebagai "jendela" otak.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pemeriksaan mata rutin suatu hari nanti bisa lebih dari sekadar mendeteksi rabun atau katarak. Penelitian terbaru pada tikus menemukan adanya kesamaan perubahan pembuluh darah pada otak dan mata seiring penuaan. Temuan ini membuka kemungkinan bahwa penyakit Alzheimer dan demensia terkait bisa dideteksi lebih dini lewat pemeriksaan retina.

Studi yang diterbitkan dalam jurnal Alzheimer’s & Dementia ini meneliti tikus dengan varian gen yang berhubungan dengan Alzheimer. Hasilnya, perubahan pembuluh darah di retina ternyata selaras dengan perubahan yang terjadi di otak. Selain itu, para peneliti juga menemukan perubahan protein khas Alzheimer, baik di otak maupun di retina.

Hubungan antara mata dan otak

Gagasan bahwa retina bisa menjadi "cermin" kesehatan otak bukanlah hal baru. Gangguan pada sistem pembuluh darah otak sering kali muncul lebih awal sebelum seseorang mengalami gangguan kognitif ringan. Dengan meneliti pembuluh darah retina, peneliti berharap bisa memprediksi kondisi pembuluh darah otak.

Dalam studi ini, para peneliti menemukan bahwa pada tikus betina berusia 12 bulan dengan varian gen tertentu, kepadatan pembuluh darah retina menurun. Jaringan pembuluh besar retina juga tampak lebih sederhana, mirip dengan temuan penurunan kepadatan pembuluh darah otak pada penelitian sebelumnya. Beberapa pembuluh darah terlihat berkelok, arteri menyempit, sementara vena melebar. Menariknya, tidak ditemukan penipisan retina yang biasanya menandakan kerusakan saraf—artinya, perubahan ini tidak menunjukkan tanda-tanda glaukoma.

Peneliti mencatat bahwa gen yang diteliti diekspresikan tinggi di otak dan retina. Protein-protein yang berbeda antara kelompok juga ditemukan relevan dengan Alzheimer. Ini menunjukkan adanya jalur metabolisme dan kelangsungan sel yang berubah serupa di otak maupun retina.

Studi ini memperkuat konsep “poros mata-otak” pada penyakit neurodegeneratif. Retina bisa melaporkan kondisi biologi vaskular otak yang terkait penyakit. Dengan teknologi pencitraan retina kuantitatif yang minim invasif, ini diharapkan akan menjadi cara baru untuk menilai risiko.

Walaupun terdengar menjanjikan, tetapi penelitian ini masih tahap praklinis karena dilakukan pada tikus. Perlu ada penelitian lebih lanjut pada manusia sebelum hasilnya bisa benar-benar diterapkan. Studi ini juga tidak menganalisis perilaku tikus yang menyerupai gejala Alzheimer, sehingga hubungan langsung antara perubahan mata dan demensia masih harus dibuktikan.

Selain itu, perubahan yang diamati pada retina bisa juga terkait penyakit lain, seperti stroke. Jadi, temuan studi ini harus ditafsirkan hati-hati.

Walaupun begitu, temuan ini memperkuat gagasan bahwa mata adalah "jendela" otak. Pemeriksaan retina noninvasif di masa depan bisa menjadi cara praktis untuk mendeteksi risiko Alzheimer lebih dini.

Referensi

Alaina M. Reagan et al., “Retinal Vascular Dysfunction in the Mthfr677C≫T Mouse Model of Cerebrovascular Disease,” Alzheimer S & Dementia 21, no. 8 (July 31, 2025), https://doi.org/10.1002/alz.70501.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us

Latest in Health

See More

[QUIZ] Dari Latihan Kardio Favoritmu, Ini Manfaat yang Bisa Kamu Dapat

04 Sep 2025, 22:40 WIBHealth