Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Perubahan Kulit akibat Masalah Ginjal

Seorang perempuan mengalami masalah pada kulit wajahnya, terlihat beberapa benjolan merah seperti jerawat.
ilustrasi masalah kulit (vecteezy.com/khunkorn)
Intinya sih...
  • Ruam khas pada penyakit ginjal stadium lanjut, berupa benjolan kecil yang gatal dan bisa bergabung membentuk bercak kasar di kulit.
  • Perubahan warna kulit seperti warna abu-abu, kekuningan, atau pucat tidak sehat bisa menjadi sinyal ketidakseimbangan internal akibat gangguan ginjal.
  • Gatal parah sering dilaporkan pada pasien penyakit ginjal kronis, disebabkan oleh penumpukan limbah dalam darah dan ketidakseimbangan mineral serta hormon.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Penyakit ginjal tidak hanya memengaruhi bagian dalam tubuh. Kadang, gejalanya muncul di tempat yang paling terlihat, yakni kulit. Ketika ginjal tidak mampu menyaring darah secara optimal atau menjaga keseimbangan mineral, dampaknya bisa terasa hingga ke permukaan tubuh.

Kulit menjadi salah satu cermin dari apa yang terjadi di dalam. Perubahan yang muncul bisa halus, bisa juga mencolok, dan sering kali menjadi petunjuk awal bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan fungsi ginjal.

Jika kamu atau orang terdekat mengalami perubahan kulit yang tidak biasa, terutama disertai gejala lain seperti kelelahan ekstrem, pembengkakan, atau perubahan frekuensi buang air kecil, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter. Kulit bisa jadi sedang memberi sinyal penting tentang kondisi ginjal yang perlu diperiksa lebih lanjut.

1. Ruam

Ketika ginjal tidak lagi mampu membuang limbah dari tubuh secara efektif, racun mulai menumpuk dalam darah. Salah satu dampaknya bisa terlihat langsung di kulit, yaitu munculnya ruam yang khas pada orang dengan penyakit ginjal stadium lanjut.

Ruam ini biasanya berupa benjolan kecil berbentuk kubah yang terasa sangat gatal. Rasa gatalnya bisa mengganggu aktivitas sehari-hari dan bahkan mengganggu tidur. Setelah benjolan hilang, sering kali muncul benjolan baru di area yang sama atau berbeda. Seiring waktu, benjolan-benjolan ini bisa bergabung membentuk bercak kasar dan menonjol di permukaan kulit.

Ini bisa terjadi karena beberapa hal, seperti penumpukan limbah dalam darah. Ginjal yang rusak tidak mampu menyaring zat sisa metabolisme dengan baik. Akibatnya, zat-zat ini bisa memicu reaksi peradangan di kulit.

Bisa juga terjadi karena gangguan keseimbangan mineral. Ketidakseimbangan fosfor, kalsium, dan hormon paratiroid juga berperan dalam munculnya gejala kulit, termasuk ruam dan perubahan tekstur.

2. Perubahan warna kulit

Saat ginjal tidak lagi mampu menyaring darah secara optimal, racun dan limbah metabolik mulai menumpuk dalam tubuh. Salah satu dampak yang paling terlihat adalah perubahan warna kulit. Kulit bisa tampak abu-abu, kekuningan, lebih gelap di area tertentu, atau bahkan pucat tidak sehat, tergantung jenis gangguan dan seberapa lama ginjal mengalami penurunan fungsi.

Warna kulit yang tidak biasa bisa menjadi sinyal bahwa tubuh sedang berjuang mengatasi ketidakseimbangan internal. Ini bisa terjadi karena penumpukan racun dalam darah. Ginjal yang rusak tidak mampu membuang limbah seperti urea dan kreatinin. Akibatnya, zat-zat ini bisa memengaruhi pigmentasi dan sirkulasi darah di kulit. Selain itu, ketidakseimbangan hormon dan mineral, serta penurunan produksi sel darah merah, bisa membuat kulit tampak pucat atau kekuningan.

Rasa gatal yang hebat sering dialami oleh pasien penyakit ginjal kronis. Jika kamu sering menggaruk kulit, lama-kelamaan kulit bisa menjadi kekuningan dan menebal akibat peradangan dan trauma berulang. Bisa juga muncul benjolan atau kista kecil, sebagai respons tubuh terhadap iritasi kronis.

Jika kamu melihat perubahan warna kulit yang tidak biasa, terutama disertai gejala lain seperti gatal terus-menerus, pembengkakan, atau kelelahan ekstrem, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter.

3. Pruritus atau gatal

Seorang laki-laki menggaruk lengannya.
ilustrasi kulit gatal (freepik.com/freepik)

Kulit gatal (pruritus) adalah salah satu keluhan paling umum pada orang dengan penyakit ginjal. Meski tampak sederhana, tetapi rasa gatal ini bisa sangat mengganggu kualitas hidup. Data menunjukkan, sekitar 50–90 persen pasien yang menjalani dialisis mengalami pruritus, sementara 15–49 persen pasien dengan penyakit ginjal kronis juga merasakan hal yang sama.

Gatal ini bukan seperti gatal biasa. Intensitasnya bisa sangat tinggi, terutama pada malam hari, dan bisa menyerang seluruh tubuh atau hanya di area tertentu. Lokasi yang paling sering terdampak meliputi perut, kepala, punggung, dan lengan.

Ada beberapa alasan kenapa kulit bisa gatal saat ginjal bermasalah:

  • Penumpukan limbah dalam darah. Ginjal yang tidak berfungsi optimal gagal membuang racun dari tubuh. Akibatnya, zat-zat sisa metabolisme menumpuk dan memicu reaksi peradangan di kulit.
  • Ketidakseimbangan mineral dan hormon. Kadar fosfor yang tinggi, gangguan kalsium, serta perubahan hormon paratiroid dapat memperburuk rasa gatal.
  • Gangguan saraf dan sistem imun. Beberapa studi menunjukkan bahwa pruritus pada pasien ginjal juga berkaitan dengan perubahan pada sistem saraf perifer dan respon imun tubuh.

Jika kamu atau orang terdekat mengalami gatal yang tidak kunjung hilang, terutama jika disertai dengan riwayat penyakit ginjal, penting untuk segera berkonsultasi ke dokter.

4. Benjolan di perut

Benjolan di perut bisa menjadi salah satu tanda kanker ginjal, terutama jika muncul tanpa sebab yang jelas.

Pada tahap awal, kanker ginjal sering tidak menimbulkan gejala. Namun, seiring perkembangannya, bisa muncul massa atau benjolan di area pinggang, perut, atau punggung bawah.

Jika kamu menemukan benjolan yang menetap atau disertai nyeri, sebaiknya segera periksakan ke dokter.

5. Kuku kuning

Gangguan pada ginjal tidak hanya berdampak pada fungsi tubuh bagian dalam, tapi juga bisa terlihat dari perubahan kecil di ujung jari, tepatnya pada kuku. Salah satu tanda yang sering muncul adalah perubahan warna kuku menjadi kuning. Warna ini bisa muncul di satu bagian lempeng kuku atau melapisi seluruh permukaannya.

Kuningnya kuku ini sering dikaitkan dengan penumpukan limbah nitrogen dalam darah, yang terjadi saat ginjal tidak mampu menyaring zat sisa metabolisme dengan baik. Kondisi ini bisa menjadi indikator awal penyakit ginjal kronis.

Perubahan kuku lain yang perlu diwaspadai antara lain:

  • Garis putih melintang.
  • Kuku terlepas dari bantalan.
  • Kuku rapuh dan mudah patah.

Jika kamu mulai melihat perubahan pada kuku yang tidak biasa, terutama disertai gejala lain seperti kelelahan, pembengkakan, atau gatal berkepanjangan, sebaiknya konsultasikan ke dokter. Kuku bisa menjadi petunjuk kecil dari masalah besar yang sedang terjadi di dalam tubuh.

6. Xerosis

Seorang perempuan menyentuh kulitnya yang kering di area lengan.
ilustrasi kulit kering (freepik.com/freepik)

Xerosis adalah kondisi kulit yang ditandai dengan kering, kasar, bersisik, dan kadang terasa gatal atau perih. Pada pasien dengan penyakit ginjal kronis, terutama yang menjalani hemodialisis, xerosis menjadi keluhan yang sangat umum.

Menurut studi di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, sekitar 60,4 persen pasien hemodialisis mengalami xerosis. Temuan serupa juga dilaporkan dalam studi di Basrah, Irak, dengan prevalensi yang sama. Ini menunjukkan bahwa xerosis bukan hanya efek samping, tapi bagian dari manifestasi sistemik penyakit ginjal stadium lanjut.

Xerosis bisa terjadi karena:

  • Penurunan fungsi ginjal menyebabkan akumulasi limbah metabolik yang bisa memengaruhi kesehatan kulit.
  • Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit membuat kulit kehilangan kelembapan alaminya.
  • Penggunaan obat-obatan tertentu dan proses dialisis juga berkontribusi terhadap kekeringan kulit.

Kulit yang pecah akibat xerosis bisa menjadi pintu masuk bagi bakteri atau virus dari lingkungan. Retakan kecil yang tampak sepele bisa berkembang menjadi infeksi serius, terutama jika sistem imun pasien juga terganggu.

7. Endapan kalsium

Ketika ginjal tidak mampu menjaga keseimbangan mineral dalam darah, tubuh bisa mulai membentuk endapan kalsium di bawah kulit. Kondisi ini dikenal sebagai kalsifikasi kutan, dan sering muncul di sekitar sendi seperti lutut, siku, atau jari. Biasanya tidak menimbulkan rasa sakit, kecuali jika terbentuk di ujung jari atau menekan saraf di sekitarnya.

Perubahan kulit akibat gangguan ginjal bisa terasa sangat mengganggu, mulai dari rasa tidak nyaman, gatal, hingga gangguan gerak jika endapan terbentuk di area sensitif. Jika tidak ditangani, kondisi ini bisa memengaruhi kualitas hidup secara keseluruhan.

Untuk menjaga kesehatan kulit, terutama jika kamu memiliki penyakit ginjal kronis, penting untuk berkonsultasi dengan dokter. Mereka bisa memberikan saran perawatan kulit yang sesuai, termasuk pengelolaan kadar mineral, penggunaan pelembap khusus, dan pemantauan rutin.

Referensi

"Kidney Disease: 11 Ways It Can Affects Your Skin." American Academy of Dermatology Association. Diakses pada September 2024. 

"Kidney Disease & Your Skin: Rashes, Sores, & Itching." Fresenius Kidney Care. Diakses pada September 2024. 

"Renal Disease and Skin Problems." News-Medical.Net. Diakses pada September 2024. 

"What Do Your Nails Look Like With Kidney Disease?" Persona Labs. Diakses pada September 2024.

Reiva Farah Dwiyana et al., “Characteristics of Xerosis, Pruritus, and Pallor in Stage 5 Chronic Kidney Disease Patients Undergoing Hemodialysis at Dr. Hasan Sadikin General Hospital, Bandung,” Clinical Cosmetic and Investigational Dermatology Volume 16 (September 1, 2023): 2613–21, https://doi.org/10.2147/ccid.s418776.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
Eka Amira Yasien
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us

Latest in Health

See More

[QUIZ] Dari Warna Keputihan, Ini Penyakit yang Harus Kamu Waspadai

07 Nov 2025, 23:40 WIBHealth