Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Tips Mencegah Demensia untuk Jemaah Haji Lansia, Terapkan!

Pemerintah melalui Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi menyediakan layanan Bus Shalawat gratis selama jemaah berada di Kota Suci (dok. Kemenag)

Menjalankan ibadah haji adalah momen sakral yang membutuhkan persiapan matang. Bukan hanya dari sisi fisik, tetapi juga mental. Bagi jemaah lansia, salah satu masalah kesehatan yang cukup sering terjadi adalah demensia. Kondisi ini merupakan penurunan fungsi otak yang bisa menyebabkan gangguan pada daya ingat, konsentrasi, dan kebingungan.

Nah, supaya ibadah yang dijalankan lebih maksimal ada baiknya mulai menerapkan langkah-langkah sederhana untuk menjaga kesehatan otak. Untuk itu, simak tips mencegah demensia untuk jemaah haji di bawah ini!

1. Tips mencegah demensia untuk jemaah haji

Suasana jemaah calon haji saat melakukan tawaf, Minggu (11/5/2025). (Media Center Haji/Rochmanudin)

Bagi jemaah haji, menjaga kesehatan otak sangat penting agar bisa beribadah dengan khusyuk dan lancar. Berikut beberapa tips mencegah demensia untuk jemaah haji yang bisa diterapkan.

  • Jaga aktivitas fisik dan sosial

Aktivitas fisik dan sosial yang teratur bisa membantu mencegah penurunan kognitif. Bagi jemaah haji, sangat penting untuk tetap aktif secara fisik. Hal itu bisa kamu lakukan dengan berjalan kaki, melakukan senam ringan, atau aktivitas fisik lainnya yang tidak terlalu berat, tapi tetap memberikan manfaat.

Lebih jelasnya, disarankan untuk melakukan aktivitas fisik minimal 150 menit dalam seminggu yang bisa dibagi dalam beberapa sesi. Selain itu, jaga interaksi sosial dengan sesama jemaah untuk menjaga kesehatan mental dan mencegah isolasi sosial yang bisa memperburuk kesehatan otak.

  • Jaga kesehatan otak dengan aktivitas mental

Melakukan kegiatan yang merangsang otak, seperti membaca, memecahkan teka-teki, atau bermain permainan kata, dapat membantu menjaga fungsi otak tetap aktif. Saat berada di tanah suci, jemaah bisa memanfaatkan waktu luang untuk mendalami bacaan, berdiskusi tentang agama, atau sekadar berbincang dengan teman-teman jemaah. Aktivitas ini dapat memperlambat munculnya gejala demensia dan mengurangi dampaknya.

  • Ikuti pola makan sehat

Diet sehat berperan penting dalam menjaga kesehatan otak. Salah satu pola makan layak coba yakni diet Mediterania yang kaya akan buah-buahan, sayuran, ikan, kacang-kacangan, dan minyak zaitun. Jemaah haji bisa mengikuti pola makan ini selama perjalanannya karena mengutamakan konsumsi makanan bergizi yang mendukung kesehatan jantung dan otak.

Menghindari konsumsi makanan tinggi lemak jenuh dan gula juga sangat disarankan. Selain itu, asupan vitamin D yang cukup, baik dari makanan, suplemen, atau sinar matahari, dapat membantu mengurangi risiko terkena demensia.

  • Perhatikan kesehatan jantung dan pembuluh darah

Kesehatan jantung yang baik sangat terkait dengan otak. Mempertahankan tekanan darah normal, kadar kolesterol yang sehat, serta menjaga kadar gula darah yang stabil dapat membantu mencegah penyakit jantung dan demensia.

Selama perjalanan haji, jemaah disarankan menjaga pola makan yang sehat dan memantau kondisi kesehatan secara rutin. Hal ini perlu dilakukan agar tidak mengalami masalah kesehatan yang bisa memengaruhi fungsi otak.

  • Hindari merokok

Merokok dapat meningkatkan risiko berbagai masalah kesehatan, termasuk demensia. Untuk itu, sangat penting bagi jemaah haji berhenti merokok jika belum melakukannya. Menghindari merokok akan membantu menjaga aliran darah ke otak dan mengurangi kemungkinan munculnya gangguan kognitif.

  • Tidur yang cukup dan berkualitas

Tidur yang cukup dan berkualitas sangat penting untuk fungsi otak optimal. Disarankan untuk menjaga kebiasaan tidur yang baik dan cukup selama perjalanan haji.

Jika mengalami masalah tidur seperti mendengkur keras atau terhenti-henti, sebaiknya segera berkonsultasi dengan tenaga medis. Tidur yang baik mendukung pemulihan otak dan meningkatkan daya ingat serta konsentrasi.

  • Perawatan kesehatan secara rutin

Selalu pastikan bahwa kondisi kesehatan secara umum terjaga dengan baik. Jemaah haji disarankan untuk rutin memeriksakan kesehatan, termasuk pengelolaan stres dan depresi, yang dapat memengaruhi kesehatan otak. Mengelola kondisi medis dengan baik, seperti tekanan darah tinggi atau diabetes, juga sangat penting dalam mencegah gangguan kognitif.

2. Penyebab dan gejala demensia

ilustrasi penyakit otak (pexels.com/Anna Shvets)

Demensia terjadi akibat gangguan pada fungsi otak yang menghambat komunikasi antar sel saraf. Ada beberapa penyebab utama yang bisa memicu kondisi ini, baik yang bersifat permanen maupun yang masih dapat diatasi jika terdeteksi sejak awal. Penyebab demensia yang umum meliputi:

  • Kerusakan pada sel saraf otak

Demensia terjadi akibat kerusakan pada sel-sel saraf di otak yang mengganggu komunikasi antar bagian otak. Kondisi tersebut memengaruhi kemampuan otak untuk  berkomunikasi dengan bagian tubuh lainnya. Selain itu, bisa pula menyebabkan penurunan fungsi kognitif seperti memori, bahasa, dan kemampuan berpikir.

  • Gangguan aliran darah ke otak

Aliran darah yang terhambat bisa menyebabkan otak kekurangan oksigen dan nutrisi. Hal itu berpotensi menyebabkan kematian jaringan otak hingga memicu demensia. 

  • Kondisi medis lain yang memengaruhi otak

Beberapa jenis demensia dapat dipicu oleh kondisi medis lain yang juga memengaruhi fungsi otak. Namun, gejalanya bisa reversibel jika ditangani dengan tepat.

Sementara itu, gejala demensia biasanya berkembang secara bertahap. Pada tahap awal, tanda-tandanya mungkin terlihat ringan, tetapi lama-kelamaan bisa makin mengganggu aktivitas sehari-hari. Adapun gejala demensia dapat berupa:

  • Lupa terhadap kejadian atau informasi terbaru
  • Mengulang pertanyaan atau komentar
  • Menyimpan barang di tempat yang tidak biasa
  • Sulit menemukan kata yang tepat saat berbicara
  • Kebingungan tentang waktu
  • Perubahan suasana hati atau perilaku
  • Penurunan kemampuan mengambil keputusan
  • Kesulitan menjalani tugas sehari-hari
  • Gangguan tidur
  • Halusinasi atau rasa curiga berlebihan
  • Membutuhkan bantuan dalam aktivitas harian.

3. Pengobatan demensia

ilustrasi minum obat (pexels.com/tima)

Pengobatan demensia pada dasarnya bertujuan membantu mengelola gejala dan meningkatkan kualitas hidup penderitanya. Meski sebagian besar jenis demensia tidak bisa disembuhkan, banyak di antaranya yang tetap bisa ditangani agar perkembangannya melambat atau gejalanya lebih ringan. Nah, jenis demensia yang bisa ditangani, tapi tidak dapat disembuhkan meliputi:

  • Alzheimer’s disease
  • Demensia vaskular (multi-infarct dementia)
  • Demensia yang berkaitan dengan Parkinson’s disease
  • AIDS dementia complex
  • Creutzfeldt-Jakob disease.

Untuk jenis demensia ini, dokter biasanya akan memberikan obat-obatan tertentu guna membantu mengatasi gangguan daya ingat, perubahan perilaku, atau kesulitan berpikir.

Namun, ada juga kondisi yang menyerupai demensia dan bisa dipulihkan jika penyebabnya ditangani dengan tepat. Ini disebut demensia reversibel karena gejalanya bisa membaik setelah sumber masalahnya ditangani. Beberapa penyebab demensia reversibel antara lain:

  • Efek samping obat-obatan, alkohol, atau narkoba
  • Tumor otak yang dapat diangkat
  • Perdarahan di otak akibat cedera kepala (subdural hematoma)
  • Penumpukan cairan di otak (normal pressure hydrocephalus)
  • Kekurangan vitamin B12 atau gangguan metabolik lainnya
  • Hipotiroidisme (rendahnya hormon tiroid)
  • Hipoglikemia (gula darah rendah)
  • Depresi berat.

Menjaga ingatan bukan hanya soal kesehatan, tapi juga demi menikmati ibadah dengan lebih tenang dan khusyuk. Dengan mengikuti tips mencegah demensia untuk jemaah haji lansia di atas, semoga setiap langkah menuju tanah suci menjadi lebih bermakna dan penuh keberkahan, ya. 

Referensi

"What is Dementia?". Alzheimer's Association. Diakses Mei 2025.
"Dementia". World Health Organization. Diakses Mei 2025.
"Dementia". Mayo Clinic. Diakses Mei 2025.
"Dementia". Cleveland Clinic. Diakses Mei 2025.
"What is Dementia? Symptoms, Causes and Treatments". Alzheimer's Society. Diakses Mei 2025.
Livingston, Gill, dkk. “Dementia prevention, intervention, and care: 2024 report of the Lancet standing Commission.” The Lancet 404, no. 10452 (July 31, 2024): 572–628. 
Palimariciuc, Matei, dkk. “The Quest for Neurodegenerative Disease Treatment—Focusing On Alzheimer’s Disease Personalised Diets.” Current Issues in Molecular Biology 45, no. 2 (February 9, 2023): 1519–35. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Lea Lyliana
Fadila Rosyada Hariri
Lea Lyliana
EditorLea Lyliana
Follow Us