Penyebab Penebalan Dinding Rahim yang Tak Normal, Patut Waspada?

Saat perempuan memasuki masa subur, dinding rahim akan mengalami penebalan. Hal itu terjadi sebagai persiapan menyambut calon janin yang akan menempel di rahim bila terjadi pembuahan. Namun, bila fertilisasi tidak terjadi, maka lapisan di dinding rahim akan luruh bersama sel telur yang tidak dibuahi untuk dikeluarkan tubuh dalam bentuk darah menstruasi.
Bila darah menstruasi yang dihasilkan lebih banyak dari biasanya, ini bisa mengindikasikan penebalan dinding rahim abnormal. Penyebab penebalan dinding rahim sendiri dipengaruhi oleh kondisi hormon, yang bila terus berlanjut bisa memicu risiko kesehatan pada perempuan.
Lalu, bagaimana penjelasan lebih lanjut mengenai kondisi tersebut? Berikut ulasan lengkapnya untukmu.
1. Pengaruh menstruasi terhadap penebalan dinding rahim

Seperti yang disinggung sebelumnya, menstruasi membuat dinding rahim (endometrium) menebal dan luruh setiap bulan. Siklus menstruasi ini bergantung pada keseimbangan hormon estrogen dan progesteron.
Estrogen membantu menumbuhkan sel-sel pada lapisan rahim, sedangkan progesteron memberitahu rahim untuk melepaskan lapisan dinding rahim ketika tidak terjadi pembuahan.
Saat kedua hormon tersebut seimbang, maka semuanya berjalan lancar. Akan tetapi, bila kadar estrogen dan progesteron tidak seimbang, maka dinding rahim bisa menjadi tebal tak beraturan. Kondisi penebalan dinding rahim yang abnormal ini disebut dengan hiperplasia endometrium.
2. Penyebab penebalan dinding rahim
Merujuk penelitian berjudul "Medical Management of Endometriosis" dalam jurnal Clinical Obstetrics and Gynecology tahun 2017, disebutkan bahwa ketidakseimbangan hormonal yang menjadi penyebab penebalan dinding rahim umumnya dipicu oleh kadar estrogen yang terlalu banyak dibanding progesteron.
Perempuan yang mengalami hiperplasia endometrium hanya menghasilkan sedikit progesteron, akibatnya rahim tidak bisa melepaskan lapisan endometrium. Sebaliknya, lapisan dinding rahim tersebut akan terus tumbuh dan menebal karena kadar estrogen yang berlebihan. Penebalan dinding rahim yang tidak normal ini akan memengaruhi siklus menstruasi sebagai jalan keluar dari peluruhan endometrium.
3. Hal yang memicu ketidakseimbangan hormon

Dilansir Healthline, ada beberapa alasan yang mungkin mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan hormon, di antaranya:
- Memasuki usia menopause, yang mana perempuan tidak lagi berovulasi dan tubuh tidak memproduksi progesteron.
- Memasuki pramenopause, yaitu transisi sebelum mengalami menopause yang mengakibatkan ovulasi tidak terjadi secara teratur.
- Menggunakan terapi hormon estrogen.
- Memiliki siklus tidak teratur, infertilitas, atau sindrom ovarium polikistik (PCOS).
- Mengalami obesitas. Jaringan penyimpanan lemak perut dan tubuh dapat mengubah hormon pengubah lemak menjadi estrogen, sehingga terjadi yang peningkatan estrogen.
Hal lain yang meningkatkan risiko hiperplasia endometrium antara lain:
- Berusia lebih dari 35 tahun.
- Menstruasi pertama kali pada usia muda.
- Mencapai menopause pada usia sangat lanjut.
- Memiliki kondisi kesehatan lain seperti diabetes, penyakit tiroid, atau penyakit kandung empedu.
- Riwayat keluarga dengan kanker rahim, ovarium, atau kanker usus besar (kolorektal).
4. Gejala penebalan dinding rahim
Gejala utama penebalan dinding rahim atau hiperplasia endometrium adalah pendarahan uterus yang tidak biasa. Gejala lain yang dapat terjadi meliputi:
- Periode menstruasi yang menjadi lebih lama dengan jumlah darah yang keluar lebih banyak dari biasanya.
- Mengalami menstruasi kurang dari 21 hari sejak hari terakhir pada siklus sebelumnya.
- Pendarahan di vagina meski telah mencapai menopause.
Meski tidak semua pendarahan yang terjadi di vagina adalah hiperplasia endometrium, tetapi mewaspadai pendarahan yang berlebihan dalam situasi tertentu bisa menjadi pertimbangan untuk menemui dokter.
5. Jenis hiperplasia endometrium

Dilansir Cleveland Clinic, terdapat dua tipe dari kondisi penebalan dinding rahim yang diklasifikasikan berdasarkan jenis perubahan sel pada lapisan endometrium, yakni:
- Hiperplasia endometrium simpel: Jenis ini tidak memiliki sel-sel yang tidak biasa (atypia) yang tidak mungkin menjadi kanker. Kondisi tipe ini dapat membaik tanpa pengobatan dan terapi hormon dapat membantu.
- Hiperplasia endometrium kompleks: Pertumbuhan berlebihan dari sel-sel abnormal (atypia) menyebabkan kondisi pra-kanker. Tanpa pengobatan, risiko kanker endometrium atau kanker rahim jadi meningkat.
6. Diagnosis
Banyak kondisi yang menyebabkan pendarahan abnormal. Untuk mengidentifikasi penyebabnya, beberapa cara yang digunakan adalah dengan tes berikut ini:
- USG transvaginal: Prosedur ini melibatkan penempatan alat kecil di dalam vagina yang mengubah gelombang suara menjadi gambar di layar. Ini dapat membantu dokter mengukur ketebalan dinding rahim dan melihat ovarium.
- Histeroskopi: Ini dilakukan dengan cara memasukkan perangkat kecil dengan lampu dan kamera melalui leher rahim untuk memeriksa yang tidak biasa di dalam rahim.
- Biopsi: Metode ini mengambil sampel dari jaringan jaringan kecil rahim untuk memeriksa sel-sel kanker. Sampel jaringan dapat diambil selama histeroskopi serta dilatasi dan kuretase. Sampel jaringan kemudian dikirim ke ahli patologi untuk dianalisis.
7. Penanganan hiperplasia endometrium

Hiperplasia endometrium simpel umumnya disarankan dokter hanya untuk diawasi gejalanya, karena terkadang kondisi tersebut tidak memburuk dan bisa hilang dengan sendirinya. Namun, jika tidak maka dapat diobati dengan:
- Terapi hormonal: Bisa dilakukan dengan menggunakan progestin yang merupakan versi progesteron sintetis. Terapi ini tersedia dalam bentuk pil serta alat suntik, atau alat kontrasepsi dalam rahim.
- Histerektomi: Bila yang dialami adalah hiperplasia endometrium kompleks, maka menjalani histerektomi atau prosedur pengangkatan rahim dapat menurunkan risiko kanker. Konsekuensi dari prosedur ini adalah perempuan tidak akan bisa hamil. Ini mungkin pilihan yang baik jika perempuan sudah mengalami menopause atau memang tidak berencana memiliki anak, atau memiliki risiko mengembangkan kanker rahim yang tinggi.
Ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron menjadi penyebab penebalan dinding rahim secara tidak normal. Kondisi tersebut bisa mengakibatkan pendarahan berlebihan yang terjadi selama masa menstruasi, pramenopause, dan menopause. Bila kamu mengalami gejala serupa, sebaiknya segera periksa ke dokter agar mendapat penanganan yang tepat, ya.
Penulis: Dian Rahma Fika Alnina