12 Film yang Gagal di Box Office, tapi Raih Penghargaan Oscar

Faktanya, ada banyak film yang disukai oleh juri Academy Awards alias Oscar, tapi tidak sukses di box office. Bahkan, ada pula yang merugi habis-habisan. Namun, seperti yang ditunjukkan Academy Awards, terkadang film paling berkesan bukanlah film yang menghasilkan keuntungan paling banyak.
Beberapa film terbaik dalam daftar ini berhasil tercatat dalam sejarah film. Film-film ini berhasil memenangkan piala Oscar untuk kategori Film Terbaik atau Skenario Asli Terbaik. Ada pula penghargaan Oscar bagi para aktor atau aktris dalam film tersebut yang membuat kritikus terpesona meskipun film itu tidak menarik penonton arus utama.
Kalau belum tahu, beberapa film yang gagal di box office ini raih penghargaan Oscar, lho. Anjlok di pasaran, bukan berarti gak bisa menang Oscar, nih!
1. Citizen Kane (1941)

Citizen Kane dianggap sebagai salah satu film terhebat yang pernah dibuat, meskipun sudah lama tayang di bioskop sejak 1941. Film ini disutradarai dan dibintangi oleh Orson Welles. Citizen Kane mengikuti seorang jurnalis yang menyelidiki misteri seputar kematian raja surat kabar bernama Charles Foster Kane.
Saat pertama kali dirilis, Citizen Kane justru menimbulkan kontroversi, karena film ini memiliki kesamaan terkait karakter utamanya dengan raja media Amerika, yakni William Randolph Hearst. Banyak kritikus menganggap bahwa film itu dibuat untuk menyindir William Randolph Hearst. Hearst pribadi sangat membenci film tersebut.
Hearst bahkan melarang promosi atau penyebutan film tersebut di surat kabar miliknya. Film ini pun tidak diketahui banyak orang. Akibatnya, Citizen Kane rugi lebih dari 160.000 dolar AS atau setara Rp2,5 miliar selama penayangan perdananya di box office.
Pada Academy Awards ke-14 pada 1941, Citizen Kane dinominasikan untuk berbagai kategori, meski hanya membawa pulang satu piala, yakni Skenario Asli Terbaik untuk Welles dan Herman J. Mankiewicz. Namun demikian, kehebatan film Citizen Kane masih bertahan hingga hari ini, membuat kegagalan di box office bukanlah akhir dari kesuksesan sebuah film.
2. The Right Stuff (1983)

The Right Stuff ditulis dan disutradarai oleh Philip Kaufman. Film ini dibuat berdasarkan buku karya Tom Wolfe yang menceritakan sekelompok pilot militer Amerika yang terpilih menjadi astronaut pertama untuk Project Mercury pada 1950-an.
Pemeran film legendaris ini adalah Ed Harris, Dennis Quaid, Sam Shepard, dan Barbara Hershey, serta debut akting dari Jeff Goldblum, Harry Shearer, dan Pamela Reed. Pada Academy Awards 1984, The Right Stuff menerima delapan nominasi, di antaranya Film Terbaik, Aktor Pendukung Terbaik untuk Sam Shepard, dan Musik Orisinal Terbaik.
Pada akhirnya, The Right Stuff meraih empat dari delapan nominasinya, di antaranya: Musik Orisinal Terbaik, Penyuntingan Film Terbaik, Tata Suara Terbaik, dan Penyuntingan Efek Suara Terbaik, yang terakhir ini tidak lagi menjadi kategori di Academy Awards. Film ini juga disukai oleh para kritikus. Kritikus dari The New York Times menyebutnya sebagai film pendatang baru paling brilian dan terbaik yang pernah dibuat. Namun, kesuksesan kritis ini tidak membuatnya sukses di box office.
Setelah dirilis pada 1983, The Right Stuff hanya menghasilkan 21 juta dolar AS atau setara Rp332 miliar di box office sepanjang penayangannya. Padahal, anggaran film ini senilai 27 juta dolar AS atau setara Rp427 miliar. Kegagalan film tersebut merupakan bencana bagi perusahaan produksi film ini, The Ladd Company, yang sebelumnya meraih kesuksesan dengan film Chariots of Fire dan Blade Runner.
3. What Dreams May Come (1998)

Pada 1998, Robin Williams menjadi bintang film yang sangat populer. Ia meraih kesuksesan dalam film yang dibintanginya, seperti Good Morning, Vietnam, dan Jumanji, serta kesuksesan dengan penampilannya di Dead Poets Society dan Good Will Hunting. Dalam Good Will Hunting, komedian tersebut memenangkan Oscar untuk kategori Aktor Pendukung Terbaik pada 1998.
Setelah kemenangan Oscar itu, Robin Williams berperan dalam film drama pada 1998 berjudul What Dreams May Come. Dalam film ini, ia berperan sebagai laki-laki yang meninggal dunia dalam kecelakaan mobil dan dia berupaya menyelamatkan istrinya di akhirat.
Namun, pada akhir penayangannya, What Dreams May Come hanya meraup 55 juta dolar AS atau setara Rp870 miliar di Amerika. Cukup rugi, karena anggaran film ini sebesar 90 juta dolar AS atau setara Rp1,4 triliun. Meskipun didasarkan pada buku sukses karya Richard Matheson, penulis aslinya justru mengecam film yang diadaptasi dari bukunya itu.
Namun demikian, What Dreams May Come masih meraih kesuksesan di Academy Awards. Film ini dinominasikan untuk kategori Desain Produksi Terbaik dan Efek Visual Terbaik.
4. Girl, Interrupted (1999)

Memoar Susanna Kaysen berisi tentang pengalamannya di rumah sakit jiwa pada 1960-an. Buku berjudul Girl, Interrupted tersebut menjadi buku terlaris setelah dirilis pada 1993. Tidak lama kemudian, sutradara James Mangold mengadaptasi film dari buku tersebut. Film ini dibintangi oleh Winona Ryder, Angelina Jolie, Elisabeth Moss, dan Jeffrey Tambor. Ryder dan Jolie berperan sebagai dua pasien psikiatris di rumah sakit jiwa.
Film ini mendapat kritikan yang berbeda dari kritikus film. Penulis aslinya, Susanna Kaysen, mengkritik bahwa film ini tidak sama dengan memoar yang ditulisnya. Namun, Kaysen mengakui bahwa penampilan Angelina Jolie sangat totalitas. Itu sebabnya, Angelina Jolie memenangkan Oscar dalam kategori Aktris Pendukung Terbaik pada 2000 untuk Girl, Interrupted, yang menjadi satu-satunya nominasi Academy Awards untuk film tersebut.
Dari segi box office, Girl, Interrupted tidak begitu laris dibandingkan bukunya. Film ini hanya meraup 28 juta dolar AS atau setara Rp443 miliar di Amerika dengan anggaran 40 juta dolar AS atau setara Rp633 miliar. Girl, Interrupted pun dianggap merugi, karena nama Winona Ryder dan Angelina Jolie sedang bersinar, ditambah lagi dengan kesuksesan bukunya.
5. Almost Famous (2000)

Almost Famous berhasil meraih kesuksesan secara retrospeksi, sehingga menjadi film klasik yang menggambarkan kisah rock and roll pada 1970-an. Film yang dirilis pada 2000 ini merupakan semi autobiografi untuk penulis dan sutradaranya, Cameron Crowe, mantan reporter majalah Rolling Stone. Almost Famous mendapat pujian setelah dirilis. Kritikus film Roger Ebert bahkan menominasikannya sebagai film terbaik tahun 2000.
Sayangnya, Almost Famous rugi di box office. Film ini hanya meraup 47 juta dolar AS atau setara Rp743 miliar dibandingkan dengan anggarannya sebesar 60 juta dolar AS atau setara Rp944 miliar, yang termasuk penjualan internasional.
Meski begitu, film ini masih mendapatkan banyak penghargaan, seperti Grammy Awards untuk album Soundtrack Kompilasi Terbaik, dan Golden Globe untuk Film Terbaik dan Aktris Pendukung Terbaik (Kate Hudson). Di Academy Awards atau Oscar, film tersebut meraih empat nominasi, tetapi hanya memenangkan Skenario Asli Terbaik. Musik dalam film ini ditayangkan perdana di San Diego pada 2019, lalu masuk ke Broadway pada 2022.
6. The Wolfman (2010)

The Wolfman dirilis pada 2010 dan dibintangi Benicio del Toro sebagai manusia serigala. Anggarannya mencapai 150 juta dolar AS atau setara Rp2,3 triliun. Sayangnya, film ini tidak mampu mengimbangi pendapatan box office di seluruh dunia, karena hanya menghasilkan 140 juta dolar AS atau setara Rp2,2 triliun di akhir penayangan teatrikalnya.
Lebih buruk lagi, The Wolfman juga mendapat kritikan dari pengamat film. Terutama dengan jalan ceritanya yang kurang memuaskan, ketika manusia serigala mengejar-ngejar karakter yang diperankan Emily Blunt. Bahkan, presiden Universal Studios saat itu, Ronald Meyer, menyebutnya sebagai salah satu film terburuk yang pernah dirilis Universal Studios. Walau begitu, The Wolfman dengan mudah memenangkan piala Oscar 2011 dalam kategori Tata Rias dan Tata Rambut Terbaik untuk Rick Baker dan Dave Elsey.
7. Hugo (2011)

Film-film yang digarap Martin Scorsese sangat jarang gagal di box office. Namun, sutradara tersebut justru tercebur dalam kegagalan melalui film Hugo (2011). Film ini diadaptasi dari buku Brian Selznick tahun 2007, The Invention of Hugo Cabret. Kisahnya berpusat pada seorang anak yatim piatu yang tinggal di Paris pada 1930-an. Film ini pun dibintangi oleh Asa Butterfield, Chloë Grace Moretz, Ben Kingsley, dan Emily Mortimer.
Film ini sangat disukai secara kritis. Banyak yang memuji gaya film Scorsese, serta backsound filmnya yang menyentuh hati dan sangat cocok dengan tema keluarga. Film tersebut pun mendapat peringkat tinggi dalam daftar kritikus film terbaik tahun 2011.
Hugo akhirnya memperoleh 11 nominasi di Academy Awards 2012, di antaranya Film Terbaik dan Sutradara Terbaik. Hugo pun membawa pulang lima piala Oscar dari 11 nominasi tersebut, yakni Efek Visual Terbaik, Sinematografi Terbaik, Tata Suara Terbaik, Penyuntingan Suara Terbaik, dan Desain Produksi Terbaik.
Meskipun menjulang pujian positif dan memenangkan Oscar, Hugo gagal untung di box office. Film ini hanya meraup 74 juta dolar AS atau setara Rp1,1 triliun di Amerika dengan anggaran sekitar 170 juta dolar AS atau setara Rp2,6 triliun. Total pendapatan film ini sebesar 185 juta dolar AS atau setara Rp2,9 triliun di seluruh dunia. Banyak yang mengaitkan kegagalan film tersebut di box office karena tanggal perilisannya sama dengan Hari Thanksgiving.
8. Blade Runner 2049 (2017)

Blade Runner tidak terlalu sukses di box office saat dirilis pada 1982. Film fiksi ilmiah ini dibintangi oleh Harrison Ford sebagai polisi yang memburu rekayasa manusia atau disebut replicant. Namun, pada 2017, film tersebut dibuat sekuelnya, Blade Runner 2049, yang menampilkan kembalinya karakter Harrison Ford dan pemeran baru seperti Ryan Gosling, Ana de Armas, dan Dave Bautista.
Seperti film pendahulunya, Blade Runner 2049 disukai oleh para kritikus. Mereka memuji kecerdikan sutradara Denis Villeneuve, pemeran utamanya, dan keberhasilan film ini dalam franchise Blade Runner. Akan tetapi, film ini mendapat kritik terkait penggambaran perempuan dan seksisme pada 2049. Denis Villeneuve menyangkal kritikan itu dan mengatakan kepada Vanity Fair pada 2017, "Blade Runner bukan tentang penggambaran masa depan, melainkan gambaran nyata yang terjadi hari ini. Saya minta maaf, tapi dunia memang tidak baik dalam memperlakukan perempuan."
Blade Runner 2049 tidak cukup sukses di box office. Ada yang mengaitkan kegagalan film ini karena durasi filmnya yang hampir tiga jam, yang tentunya membuat penonton agak jenuh. Film ini mengakhiri penayangan teatrikalnya di Amerika Serikat dengan hanya menghasilkan 92 juta dolar AS atau setara Rp1,4 triliun dari anggaran 150 juta dolar AS atau setara Rp2,3 triliun.
9. Marriage Story (2019)

Menjelang akhir 2010 dan mendekati 2020, semakin sulit bagi film non pahlawan super atau film waralaba untuk menghasilkan keuntungan di box office. Dominasi layanan streaming juga menghambat banyak film untuk bertahan lama dan sukses di box office. Ambil contoh, Marriage Story (2019) yang ditulis dan disutradarai oleh Noah Baumbach. Film ini dibintangi oleh Scarlett Johansson dan Adam Driver sebagai pasangan suami istri yang menghadapi masalah rumah tangga hingga mengorbankan putra kecil mereka.
Film tersebut, seperti banyak karya Baumbach sebelumnya, mendapat pujian kritis. Para kritikus film memuji penampilan Scarlett Johansson dan Adam Driver, serta aktor pendukung Laura Dern, Ray Liotta, dan Alan Alda. Film tersebut pun memperoleh 6 nominasi di Academy Awards 2020 untuk Film Terbaik, Aktor Terbaik, Aktris Terbaik, dan Skenario Asli Terbaik. Namun, Marriage Story hanya pulang dengan satu kemenangan, yaitu, Aktris Pendukung Terbaik yang diterima Laura Dern.
Sejak didistribusikan oleh Netflix, film tersebut hanya ditayangkan selama sebulan. Secara keseluruhan, film ini hanya meraup 2 juta dolar AS atau setara Rp31 miliar di box office pada akhir 2019 dengan anggaran sebesar 18 juta dolar AS atau setara Rp284 miliar. Nominal ini belum termasuk pendapatan dari layanan streaming.
10. Judas and the Black Messiah (2020)

Awal 2020-an adalah masa yang sulit bagi bioskop, mengingat pandemik COVID-19 yang merajalela dan membuat banyak tempat ditutup selama berbulan-bulan, termasuk bioskop. Banyak film yang seharusnya tayang di bioskop pada 2020 harus ditunda. Pandemik ini bahkan berdampak pada festival film.
Misalnya, Judas and the Black Messiah yang rilisnya diundur pada 2020, akhirnya ditayangkan perdana di Sundance Film Festival 2021, baik secara virtual maupun secara langsung. Film ini akhirnya dirilis ke publik pada 12 Februari 2021. Film ini juga secara bersamaan ditayangkan secara streaming di HBO Max selama satu bulan.
Judas and the Black Messiah yang dibintangi oleh Daniel Kaluuya sebagai Fred Hampton dari Black Panther Party dan hubungannya dengan informan FBI, yang diperankan LaKeith Stanfield dan William O'Neal, hanya meraup sekitar 7 juta dolar AS atau setara Rp110 miliar di box office seluruh dunia. Hal ini cukup mengecewakan, pasalnya, anggaran film ini sebesar 26 juta dolar AS atau setara Rp411 miliar. Namun perilisannya secara bersamaan di HBO Max ditonton lebih dari 1 juta akun pengguna layanan streaming di AS pada akhir bulan pertama penayangannya.
Film ini disukai oleh para kritikus. Akhirnya, film ini mendapat 6 nominasi di Academy Awards 2021. Judas and the Black Messiah pun memenangkan Aktor Pendukung Terbaik untuk Daniel Kaluuya, serta Lagu Orisinal Terbaik untuk "Fight For You" oleh H.E.R.
11. West Side Story (2021)

Ada beberapa film diadaptasi dari musikal West Side Story yang menafsirkan ulang kisah Romeo & Juliet dalam latar belakang New York pada 1950-an. Namun pada 2021, film musikal ini diadaptasi oleh Steven Spielberg, dan naskahnya ditulis oleh Tony Kushner. Pemeran dalam film ini di antaranya Rachel Zegler, Mike Faist, dan Ariana DeBose.
West Side Story akhirnya dirilis pada 10 Desember 2021 dan sempat ditunda akibat pandemik COVID-19. Setelah dirilis, film ini mendapat pujian karena akting pemerannya, arahan sutradara Steven Spielberg, dan kisah yang digambarkan secara sempurna hanya dengan durasi dua setengah jam.
Namun, seperti banyak film di era pandemik COVID-19 lainnya, West Side Story mengalami kegagalan besar di box office karena hanya meraup 76 juta dolar AS atau setara Rp1,2 triliun di seluruh dunia dengan anggaran 100 juta dolar AS atau setara Rp1,5 triliun. Pemimpin Disney Bob Iger menyalahkan pandemik ini. Ditambah lagi persaingan ketat dengan layanan streaming dan film-film yang dirilis akhir 2021 lainnya, seperti Spider-Man: No Way Home, yang mendominasi box office pada saat itu.
Meski begitu, West Side Story meraih tujuh nominasi di Academy Awards 2022, di antaranya Film Terbaik dan Sutradara Terbaik untuk Steven Spielberg. Namun, yang mengejutkan banyak orang, piala Oscar yang dibawa pulang justru Aktris Pendukung Terbaik untuk Ariana DeBose. DeBose mencuri perhatian banyak pengamat film kala itu.
12. CODA (2022)

Kejutan terbesar Academy Awards 2022 adalah pemenang terbesar malam itu, yakni CODA. Film ini membawa pulang piala Oscar untuk kategori Film Terbaik serta Aktor Pendukung Terbaik untuk Troy Kotsur. Film yang ditulis dan disutradarai oleh Sian Heder ini berpusat pada Emilia Jones yang berperan sebagai Ruby, anak dari orangtua difabel rungu yang berjuang untuk meraih mimpinya menjadi penyanyi dan bersekolah di sekolah musik, Berklee.
Penayangan perdananya diputar secara virtual di Sundance Film Festival 2021. CODA pun dibeli oleh Apple TV+ untuk didistribusikan secara global. Meskipun di Amerika dirilis melalui layanan streaming, film tersebut ditayangkan secara teatrikal di luar negeri.
CODA menghasilkan pendapatan sebesar 2 juta dolar AS atau setara Rp31,6 miliar. Film ini merugi, karena anggarannya sebesar 10 juta dolar AS atau setara Rp158 miliar.
Film ini mendapat pujian kritis karena disajikan dengan sangat dramatis. Sayangnya, CODA juga menuai kritik dari sebagian komunitas difabel rungu, karena dalam film tersebut, difabel rungu digambarkan tidak mampu memahami keindahan musik. Namun, kesuksesan film tersebut di Oscar menjadikan Troy Kotsur sebagai laki-laki difabel rungu pertama yang memenangkan Academy Award untuk Aktor Pendukung Terbaik.
Sering kali film yang sukses secara kritis tidak selalu layak secara komersial. Memang, film terbaik tak melulu masuk daftar box office. Academy Awards yang memberi kesempatan bagi para profesional di Hollywood untuk memberikan penghormatan kepada film-film terbaik setiap tahunnya dan keuntungan di box office hanyalah bonus semata.