Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Film Favorit Menurut Penonton, tapi Buruk bagi Kritikus

adegan dalam film Godzilla: King of the Monsters (dok. Warner Bros. Pictures/Godzilla: King of the Monsters)

Film adalah seni yang selalu memicu perdebatan, terutama antara penonton dan kritikus. Ada banyak film yang mendapat sambutan hangat dari penonton, tetapi justru dicerca oleh para kritikus.

Sering kali, penonton menyukai film karena faktor-faktor yang tak terukur oleh standar kritikus, seperti nostalgia atau keterikatan emosional. Film-film ini biasanya memiliki elemen hiburan yang kuat atau cerita yang relevan bagi banyak orang. Meskipun begitu, para kritikus kerap kali menilai film dari aspek teknis dan artistik yang lebih ketat.

Dalam artikel ini, IDN Times akan mengulas lima film yang sangat disukai oleh penonton, tapi mendapat ulasan buruk dari kritikus. Siap-siap untuk terkejut dengan beberapa judul yang masuk dalam daftar ini!

1. The Greatest Showman (2017)

adegan dalam film The Greatest Showman (dok. 20th Century Fox/The Greatest Showman)

Film musikal yang dibintangi Hugh Jackman ini memang sukses memikat hati para penonton dengan ceritanya yang inspiratif, lagu-lagunya yang catchy, dan visualnya yang memukau. Buktinya, The Greatest Showman berhasil meraup pendapatan box office sebesar 435 juta dolar AS dan mendapatkan penghargaan Golden Globe Award untuk Best Original Song, yakni "This Is Me".

Namun, di balik kesuksesannya, The Greatest Showman juga menuai banyak kritik dari para kritikus film. Mereka menyoroti beberapa aspek film, seperti akting yang kurang maksimal, cerita disederhanakan, dan penggambaran sejarah yang tidak akurat. Skor sebesar 57 persen yang diraihnya di Rotten Tomatoes menjadi saksi bisu "kebrutalan" para kritikus.

Meskipun begitu, The Greatest Showman tetap menjadi film favorit banyak orang. Film ini memberikan pesan moral yang positif tentang penerimaan diri, keberanian untuk bermimpi, dan kekuatan persahabatan. Lagu-lagunya pun masih digemari hingga saat ini dan sering diputar di berbagai acara. Kamu termasuk salah satu penggemar The Greatest Showman?

2. Godzilla: King of the Monsters (2019)

adegan dalam film Godzilla: King of the Monsters (dok. Warner Bros. Pictures/Godzilla: King of the Monsters)

Di antara gempuran film-film superhero yang mendominasi kala itu, Godzilla: King of the Monsters hadir sebagai penyegaran dengan nuansa monster klasik yang penuh aksi dan efek visual memukau. Film ini berhasil membuat penonton berbondong-bondong ke bioskop lewat pertarungan epik para monster raksasa. Kemunculan Godzilla, Mothra, Rodan, dan King Ghidorah menjadi pelepas dahaga bagi para penggemar yang kecewa dengan film pertamanya, yakni Godzilla (2014).

Namun, para kritikus film justru memberikan ulasan yang kurang mengenakkan. Di Rotten Tomatoes, skor dari kritikus hanya 42 persen, berbanding jauh dengan skor penonton yang mencapai 83 persen. Kritikus menilai film ini memiliki jalan cerita yang lemah, eksekusi yang kurang memuaskan, dan karakter yang dangkal.

Terlepas dari kritikan, Godzilla: King of the Monsters dianggap sebagai "surga" bagi para penggemar film monster raksasa. Bagi kamu yang mencari film penuh aksi dan efek visual yang memanjakan mata, film ini wajib ditonton. Namun, bagi yang mencari cerita dan karakter yang kompleks, film ini mungkin bukan pilihan yang tepat.

3. Where the Crawdads Sing (2022)

Daisy Edgar-Jones dalam film Where the Crawdads Sing (dok. Sony Pictures/Where the Crawdads Sing)

Where the Crawdads Sing menghadirkan kisah Kya Clark (Daisy Edgar-Jones), seorang gadis rawa yang hidup tenang di alam liar meski diasingkan dari komunitasnya. Namun, kebahagiaannya hancur ketika Chase (Harris Dickinson), pemuda lokal yang menyukainya, ditemukan tewas dan Kya menjadi tersangka utama. Misteri pembunuhan serta drama persidangan yang intens menjadi inti cerita yang membuat penonton penasaran dan ingin terus mengikuti film adaptasi novel Delia Owens ini.

Sebagai Kya Clark, Daisy Edgar-Jones tampil luar biasa. Ia berhasil memerankan karakter Kya yang kompleks dan penuh dengan emosi, mulai dari kepolosan dan ketangguhan hingga kesedihan dan kemarahan. Aktingnya yang memukau menjadi salah satu faktor penting yang membuat Where the Crawdads Sing begitu disukai oleh penonton.

Meskipun banyak disukai, sayangnya, Where the Crawdads Sing juga menerima kritik dari beberapa pengamat film. Salah satu kritik utama adalah alur cerita yang dinilai terlalu melodramatis dan kurang realistis. Selain itu, penggambaran karakter Kya juga dirasa kurang kompleks dan terlalu fokus pada sisi emosionalnya.

4. Black Adam (2022)

Dwayne Johnson dalam film Black Adam (dok. DC Studios/Black Adam)

Sejak kelahirannya pada 2013, DC Extended Universe (DCEU) telah menjalin "hubungan" yang buruk dengan kritikus. Bayangkan, dari belasan judul yang ditelurkan oleh mereka selama satu dekade, hanya segelintir—bahkan tak sampai setengahnya—yang mendapat predikat "certified fresh" di Rotten Tomatoes. Black Adam, selaku film kesebelasnya, pun menderita nasib serupa.

Di satu sisi, para kritikus menuding Black Adam memiliki cerita yang tipis dan formulaik. Mereka menganggap film ini hanya berfokus pada adegan aksi bombastis tanpa membangun karakter yang mendalam atau pesan yang bermakna. Akting Dwayne Johnson sebagai Teth-Adam alias Black Adam juga dikritik karena dianggap monoton.

Di sisi lain, penonton menyukai semua yang disuguhkan oleh DC Studios dalam Black Adam. Alasannya beragam, mulai dari aksi superhero yang seru dan menegangkan, efek visual yang memukau, hingga kemunculan karakter-karakter ikonik DC Comics, seperti Hawkman dan Doctor Fate. Mereka juga memuji penampilan Johnson yang dianggap berhasil memerankan sang antihero.

5. Anyone but You (2023)

Glen Powell dan Sydney Sweeney dalam film Anyone but You (dok. Sony Pictures/Anyone but You)

Siapa yang tak suka film komedi romantis yang ringan dan menghibur? Genre ini memang selalu jadi pilihan favorit banyak orang untuk melepas penat. Namun, film komedi romantis juga kerap menjadi sasaran hujatan para kritikus film. Salah satu contohnya adalah Anyone but You.

Dibintangi oleh Sydney Sweeney dan Glen Powell, film ini menceritakan Bea dan Ben yang terpaksa berpura-pura menjadi pasangan saat bertemu di sebuah pernikahan di Australia. Di Rotten Tomatoes, Anyone but You hanya mendapatkan skor sebesar 52 persen dari kritikus film. Mereka mengeluhkan ceritanya yang mudah ditebak dan humornya yang garing.

Di balik itu, Anyone but You tetap menarik perhatian banyak penonton, yang dibuktikan dengan pendapatan 220,1 juta dolar AS yang diraihnya di box office. Daya tarik utama film ini terletak pada chemistry yang apik antara Sweeney dan Powell. Akting mereka yang natural dan lucu dalam menghidupkan karakter Bea dan Ben berhasil membuat penonton terhibur dan gemas!

Terbukti bahwa film yang menghibur dan film yang berkualitas tak selalu sejalan. Namun, bukan berarti film yang tak disukai kritikus itu jelek. Buktinya, banyak film yang dihujani kritik pedas justru disukai banyak orang dan menjadi film favorit mereka.

Jadi, pada akhirnya, selera film itu tergantung pada masing-masing individu. Yang terpenting, film itu bisa memberikan pengalaman menonton yang menyenangkan dan tak terlupakan. Apakah kamu setuju atau punya pendapat lain mengenai film-film di atas?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Satria Wibawa
EditorSatria Wibawa
Follow Us