Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Lagu Populer yang Dianggap Paling Menjengkelkan, Overhyped!

Tones and I (instagram.com/tonesandi)
Tones and I (instagram.com/tonesandi)

Beberapa lagu bisa melejit di tangga lagu dan diputar miliaran kali, tapi popularitas bukan jaminan kualitas. Di balik semua pencapaian itu, ada lagu-lagu yang justru membuat pendengar mengerutkan dahi. Bukan karena lirik yang dalam atau nada yang kompleks, tapi karena saking menjengkelkannya.

Entah karena vokal yang memekakkan telinga, lirik yang terasa dipaksakan, atau beat yang berulang-ulang sampai bikin pusing, lagu-lagu ini jadi semacam "penyiksaan akustik" yang entah bagaimana bisa populer. Menariknya, beberapa dari lagu tersebut bukan hanya terkenal, tapi juga mendominasi ruang publik dalam waktu yang lama.

Lagu-lagu tersebut menjadi bagian dari budaya pop, walau sebagian besar orang mengeluh dalam diam setiap kali nada pertama terdengar. Kira-kira lagu apa saja yang dianggap terlalu sukses untuk ukuran lagu yang sebegitu menyebalkan?

1. "Blurred Line" – Robin Thicke ft. T.I., Pharrell

Saat lagu ini pertama kali dirilis, rasanya tidak ada tempat untuk bersembunyi darinya. Diputar di mana-mana, dari radio hingga iklan TV, “Blurred Lines” dengan cepat jadi fenomena pop. Namun, banyak yang bingung kenapa lagu dengan lirik yang sangat problematik bisa begitu sukses tanpa banyak kritik di awal kemunculannya.

Masalah lain dari lagu ini adalah kualitas musiknya yang bisa dibilang jauh dari memuaskan. Beat-nya terdengar monoton dan menjengkelkan, sementara vokalnya pun cenderung lemah.

Bukannya terdengar seksi atau menarik, lagu ini malah terasa seperti parodi murahan. Tak heran banyak yang memasukkannya ke daftar lagu paling mengganggu dalam musik modern.

2. "Dance Monkey" – Tones and I

Sulit dipercaya bahwa lagu ini pernah jadi lagu paling banyak diputar di dunia. “Dance Monkey” sempat merajai tangga lagu global dan bertahan dengan miliaran kali pemutaran di berbagai platform streaming. Namun, keberhasilan itu justru membuat banyak orang bertanya-tanya apa sebenarnya yang menarik dari lagu ini?

Vokalnya dianggap terlalu mencicit dan mengganggu, sementara iramanya justru terasa repetitif dan terlalu dipaksakan agar terdengar catchy. Banyak yang merasa lagu ini seharusnya tidak pernah dirilis karena tak ada nilai musikal yang benar-benar kuat.

Lagu ini jadi contoh sempurna bagaimana lagu bisa populer bukan karena bagus, tapi karena terlalu sering diputar sampai akhirnya melekat di kepala meski bikin kesal.

3. "Girls" – The Dare

The Dare sering disebut sebagai versi elektronik dari Mötley Crüe, tapi bukan dalam arti yang bagus. Musiknya menjanjikan kesan pemberontakan dan semangat liar, tapi nyatanya terdengar hambar dan datar. Lagu “Girls” adalah bukti betapa kosongnya janji-janji itu karena isinya tidak lebih dari omong kosong yang dibalut beat generik.

Tak heran jika lagu ini populer di kalangan tren Brat Summer, di mana kaum elit muda berpura-pura memberontak lewat gaya hidup sok edgy. Jika tidak ikut-ikutan hype tersebut, mungkin lagu ini sudah dilupakan sejak lama.

Sayangnya, ia tetap bertahan karena berhasil menarik perhatian mereka yang mencari sensasi semu dalam bentuk musik yang nakal tapi tanpa isi.

4. "Johnny B Goode" – Sex Pistols

Sex Pistols dikenal sebagai ikon punk yang berani melawan arus, tapi cover mereka atas lagu legendaris “Johnny B Goode” jadi bukti bahwa bahkan band legendaris pun bisa bikin karya yang sebaiknya tak pernah lahir. Lagu ini muncul dalam album The Great Rock ‘N’ Roll Swindle, yang sendiri merupakan proyek penuh kontroversi dan dianggap sebagai ajang cari uang belaka.

Rekaman lagu ini terdengar seperti hasil latihan suara yang belum siap untuk dipublikasikan. John Lydon hanya melontarkan kata-kata acak tanpa arah di atas musik yang dimainkan dengan asal. Alih-alih jadi penghormatan terhadap lagu rock klasik, versi ini justru mencoreng reputasi band yang dulu dikenal karena integritas dan energi liarnya.

5. "Wither" – Fat Dog

Saat tampil live, Fat Dog punya energi panggung yang memukau dan jadi favorit banyak penonton festival. Tapi sayangnya, pesona mereka tidak ikut terbawa ke dalam rekaman studio. Lagu “Wither” menunjukkan betapa ide musikal mereka terasa stagnan dan tidak berkembang.

Dengan beat yang itu-itu saja, bass yang berulang, dan vokal yang terdengar malas, lagu ini jadi pengalaman mendengarkan yang melelahkan. Bukannya terdengar liar dan eksperimental, musiknya justru terasa seperti kebisingan yang tak terkontrol dan membingungkan. Banyak pendengar yang merasa lagu ini sebaiknya disimpan di panggung saja, bukan di playlist streaming.

Popularitas memang tidak selalu jadi indikator kualitas. Beberapa lagu bisa jadi hits karena algoritma, tren sesaat, atau pemutaran tanpa henti meski sebenarnya membuat pendengar ingin menekan tombol skip secepat mungkin. Lagu-lagu dalam daftar ini menjadi contoh bahwa kadang yang paling sering kita dengar justru yang paling bikin telinga lelah.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Emma Kaes
EditorEmma Kaes
Follow Us