Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Rekomendasi Film Satire Politik selain Jojo Rabbit

In The Loop (dok. IFC Films/In The Loop)
In The Loop (dok. IFC Films/In The Loop)
Intinya sih...
  • Menonton film satire politik dapat membuka pandangan baru terhadap politik dari sudut yang berbeda.
  • Film seperti "In the Loop" dan "The Death of Stalin" memberikan gambaran kocak namun nyinyir dan gelap tentang politik di Inggris dan Uni Soviet.
  • "Election" dan "The Great Dictator" juga merupakan film-film klasik yang memberikan pandangan unik tentang politik di tingkat SMA dan menyindir kebijakan fasis serta rasis Adolf Hitler.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Belakangan melek politik bukan lagi pilihan, tetapi kewajiban. Apa pun dalam hidup kita nyatanya bertabrakan dengan kebijakan politik dan mau tidak mau sadar politik adalah keharusan. Kalau kamu masih menganggap politik adalah hal yang sulit digapai dan dipahami, coba tonton rekomendasi film satire politik selain Jojo Rabbit (2019) berikut. 

Menyenggol konstelasi politik yang berkembang di sejumlah negara, kamu bisa melihat politik dari sisi berbeda. Bukan bermaksud tidak serius, tetapi bisa jadi cara terbaik untuk mendekatkan diri dengan bidang yang dianggap tabu itu.

1. In the Loop (2009)

In the Loop (dok. IFC Films/In the Loop)
In the Loop (dok. IFC Films/In the Loop)

In the Loop adalah film yang dikembangkan dari salah satu karakter dalam serial Thick of It karya Armando Iannucci. Film berorbit pada Malcolm Tucker, Perdana Menteri Inggris Bidang Komunikasi yang pagi itu dibanjiri telepon dan pertanyaan dari wartawan gara-gara blunder salah satu rekan kerjanya. Saat itu, Inggris sedang disorot karena rencana operasi militer gabungan mereka dengan Amerika Serikat ke Irak. In the Loop berhasil dapat nominasi Oscar dan BAFTA untuk kategori naskah terbaik.

2. The Death of Stalin (2017)

The Death of Stalin (dok. IFC Films/The Death of Stalin)
The Death of Stalin (dok. IFC Films/The Death of Stalin)

Masih dari Armando Iannucci, The Death of Stalin adalah fiksionalisasi proses peralihan kekuasaan di Uni Soviet sepeninggal Joseph Stalin pada 1953. Kroninya di pemerintahan sibuk berbagi kekuasaan dan terjadilah beberapa insiden absurd. Beberapa disengaja sebagai upaya konspirasi merebut kursi dan menyingkirkan rival, tetapi tidak sedikit yang benar-benar di luar ekspektasi. Kocak sekaligus nyinyir dan gelap.

3. Election (1999)

Elections (dok. Criterion/Elections)
Elections (dok. Criterion/Elections)

Politik tidak hanya berlaku di level negara. Dalam Election, kamu akan diajak menyelami sengitnya persaingan politik di tingkat SMA. Konfliknya bermula dari pemilihan dewan siswa. Dua kandidat yang bersaing ternyata menggunakan cara-cara licik untuk menang. Tidak begitu sukses saat pertama dirilis, Election kini banyak dibicarakan karena kecerdasan plot dan dialognya. Salah satu film cult-classic, nih. 

4. The Great Dictator (1940)

The Great Dictator (dok. Criterion/The Great Dictator)
The Great Dictator (dok. Criterion/The Great Dictator)

Dirilis pada 1940 ketika Nazi sedang populer dan gencar-gencarnya melakukan invasi ke negara-negara tetangga Jerman, The Great Dictator sempat jadi kontroversi. Film yang dibuat dan dibintangi Charlie Chaplin ini menyindir siapa lagi kalau bukan Adolf Hitler dan kebijakan fasis serta rasisnya. Film ini dilarang tayang di Eropa, tetapi berhasil premier di  Amerika Serikat yang saat itu masih netral. 

5. The Guard (2011)

The Guard (dok. Reprisal Films/The Guard)
The Guard (dok. Reprisal Films/The Guard)

The Guard adalah film debut John Michael McDonagh yang cukup fenomenal. Ia berkutat pada Gerry Boyle (Brendan Gleeson), polisi Irlandia yang berdinas di sebuah kota kecil. Kegabutannya terinterupsi sebuah kasus pembunuhan. Di tengah upaya investigasi, ia menemukan kalau pembunuhan itu berkaitan dengan upaya penyelundupan narkoba Transatlantik. Mau tidak mau ia harus bekerja sama dengan agen FBI yang dianggapnya menyebalkan dan inferior karena rasnya. 

Jojo Rabbit boleh jadi film satire politik yang memenangkan Oscar, tetapi kelima film di atas tidak kalah membuka mata. Kocaknya dapat, kritiknya tetap tajam menghujam.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Gagah N. Putra
EditorGagah N. Putra
Follow Us