6 Hal di Film "Christopher Robin" yang Bikin Nostalgia & Haru

Cerita tokoh dari buku terpopuler di antara anak-anak ini dibuat ke dalam versi live-action oleh Disney. Cerita dibuka dengan keseharian Robin yang masih kecil bersama Pooh dan teman lainnya di Hundred Acre Wood yang indah dan tentram. Penonton diajak nostalgia dengan rumah pohon Pooh juga tempat makan Robin, Pooh, Eeyore, Piglet, Tigger dan lainnya saat sedange berkumpul. Warna yang khas dan cerah membawa penonton otomatis melihat visual Disney yang ceria.

Seiring waktu berjalan, Robin pun dikirim orangtuanya pergi ke asrama, dan terpaksa meninggalkan masa kecilnya bersama Pooh. Di bagian ini juga cukup membuat penonton mellow karena seakan-akan Robin tidak hanya harus berpisah dengan Pooh tapi juga segala cerita serunya bersama Pooh yang menjadi temannya saat itu. Meski begitu, Robin berjanji tidak akan lupa dengan Pooh hingga 100 tahun ke depan.

Kepergian ayah Robin, membuatnya harus bersikap dewasa menggantikan peran sang ayah. Robin pun berusaha keras agar hidupnya sesuai dengan apa yang ia rencanakan. Sudah memiliki anak dan istri, Robin yang bekerja sebagai Manajer Efisiensi menganggap tidak ada mimpi yang gratis sehingga ia bekerja sangat keras dan tidak ada waktu untuk keluarganya. Tidak ada bermain, tidak buang-buang waktu seperti masa kecilnya bersama Pooh.

Sementara Pooh pun semakin tua tapi selalu mengingat Robin, memikirkan bagaimana kabar Robin sekarang. Hundred Acre Wood pun sudah tidak seperti dulu lagi. Bukan hutan yang cerah melainkan tempat yang mendung juga sendu.

Sementara Pooh sedang merindukan teman kecilnya, Robin. Yang dirindukan sedang sibuk dengan segala urusan orang dewasa yang sangat rumit. 

Sibuk mengejar kariernya demi menghidupi anak dan istri, Robin lupa kalau yang dibutuhkan putrinya adalah waktu sang ayah bemain bersamanya. Di saat Robin tengah pusing menghadapi pekerjaan dan keluarganya, Pooh yang kehilangan teman-temannya di hutan muncul secara tiba-tiba di hadapan Robin.

Alih-alih bahagia, Robin justru merasa Pooh yang polos malah mengganggu pekerjaannya dan membawa Pooh kembali ke Hundred Acre Wood. Bukan lagi Robin yang selalu bermain dengan Pooh, kini Robin berubah menjadi sosok yang sibuk dan menganggap hal yang membahagiakan bagi Pooh adalah sesuatu yang tidak penting.

Di bagian ini membuat penonton dewasa sadar, betapa kebahagiaan bagi anak kecil sangat sederhana seperti balon dan permainan ringan, namun saat dewasa kebahagiaan selalu ditakar dengan jumlah dan pencapaian.

Robin dewasa yang disibukkan dengan pekerjaan hingga tidak memiliki waktu lagi selalu membela diri bahwa semua yang dia lakukan untuk masa depan keluarganya. Namun tanpa disadari usaha Robin untuk membuat kehidupan yang lebih baik di masa depan justru membuatnya lupa akan hidupnya yang sekarang.

Begitu halnya manusia dewasa, mereka terlalu fokus untuk masa depan sehingga lupa membuat diri mereka sendiri bahagia di masa sekarang. Pooh juga mengajarkan kalau kita butuh waktu di mana tidak memikirkan banyak hal dan menikmati kehidupan sejenak. Film ringan yang diwarnai dengan tingkah lucu Pooh, Piglet, Eeyore dan lainnya ini sangat pas untuk membuat anak-anak bahagia dan juga menghibur orang dewasa.

Meski Robin bukanlah Robin yang dulu, Ketulusan Pooh menemui dan membantu Robin membuat penonton mellow. Pooh pun bertekad menemu Robin untuk mengantar dokumen penting ke London bersama Madeline.

Semua teman Robin mulai dari Pooh hingga Eeyore tidak berubah sama sekali, masih seperti yang dulu sahabat yang selalu ada untuk Robin. Piglet yang penakut dan Eeyore yang bersikap datar membuat penonton dewasa nostalgia dengan tingah mereka yang menggemaskan.

Film ini mengajarkan kalau hal yang paling menakutkan adalah diri kita sendiri, manusia yang penuh ambisi. Saat Christopher Robin masih kecil, Pooh dan lainnya mempercayai kalau ada makhluk mengerikan bernama Woozle di dalam hutan. Namun sosok Woozle tidak pernah nampak, alih-alih ternyata Robin dewasa yang justru menyakitinya.

Di pertengahan film, penonton akan dibawa ke dalam suasana sedih seperti film dengan karakter fiksi yang sukses menguras air mata. Namun nyatanya film ini memilih ending bahagia yang justru terasa biasa saja. Petualangan yang disajikan di akhir cerita saat Madelline, Pooh dan lainnya pergi ke London untuk mengantar dokumen penting Robin juga terasa sangat singkat dan kurang menantang. Tidak seperti film Disney yang selalu mengandalkan petualangan yang panjang dengan momen-momen menarik.

Wah bagaimana nih menurut kalian setelah menyimak review di atas? Sudah berencana menonton dengan keluarga belum? Siap-siap nostalgia dengan tingkah Pooh, Piglet, Eeyore dan Tigger yang lucu ya!