Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

8 Sineas Pakar Film Horor Splatter selain Eli Roth, Karyanya Mencekam!

potret Eli Roth dan poster film Thanksgiving (instagram.com/realeliroth | dok. TriStar Pictures/Thanksgiving)

Splatter adalah salah satu subgenre film horor yang menampilkan adegan kekerasan dan darah secara berlebihan. Film-film jenis ini biasanya mengandung unsur sadisme, mutilasi, kanibalisme, atau penyiksaan. Beberapa orang mungkin merasa jijik atau takut melihat film-film seperti ini. Namun, ada juga yang menikmatinya sebagai bentuk hiburan.

Salah satu sutradara yang terkenal dalam genre ini adalah Eli Roth. Ia baru-baru ini merilis karya terbarunya yang berjudul Thanksgiving (2023). Tayang di bioskop Indonesia sejak Rabu (22/11/2023), film yang menceritakan tentng teror pembunuh berantai bertopeng John Carver, pendiri Kota Plymouth, Massachusetts, ini sukses membuat penonton bergidik lewat deretan adegan kekerasannya yang over-the-top.

Namun, Eli Roth bukanlah satu-satunya sineas yang punya kepiawaian menakut-nakuti penonton lewat potongan tubuh atau bergalon-galon darah palsu. Delapan sutradara di bawah ini juga punya sederet karya yang ampuh bikin lutut penonton lemas. Siapa saja?

1. Alexandre Aja

potret Alexandre Aja (instagram.com/alexandr_e122)

Sebagaimana Eli Roth, Alexandre Aja juga dikenal sebagai salah satu anggota dari "Splat Pack", sebutan untuk sekelompok sutradara yang menghidupkan kembali genre splatter pada awal 2000-an. Memulai kariernya dengan menggarap Haute Tension (2003), film horor psikologis yang penuh dengan adegan kekerasan dan twist yang mengejutkan, ia kemudian merajai Hollywood lewat beberapa film remake berbau splatter, seperti The Hills Have Eyes (2006), Mirrors (2008), Piranha 3D (2010), dan Crawl (2019). Semuanya intens dan menegangkan!

2. Rob Zombie

potret Rob Zombie (instagram.com/robzombieofficial)

Sutradara sekaligus musisi metal ini mengaku terinspirasi dari film-film horor klasik, seperti The Texas Chain Saw Massacre (1974) dan The Hills Have Eyes (1977). Berawal dari sana, ia membuat film pertamanya, House of 1000 Corpses (2003), yang menceritakan tentang sebuah keluarga psikopat yang menyiksa dan membunuh sekelompok remaja.

Dua tahun kemudian, Zombie membuat sekuelnya, The Devil's Rejects (2005), yang lebih berfokus pada aksi kejar-kejaran antara keluarga psikopat tersebut dengan polisi. Selain itu, ia juga membuat film remake Halloween, yakni Halloween (2007) dan Halloween II (2009), yang kembali menampilkan sosok ikonik Michael Myers.

3. James Wan

potret James Wan (instagram.com/creepypuppet)

Sebelum terkenal lewat franchise film horor supernatural macam Insidious dan The Conjuring, James Wan lebih dulu terjun ke ranah splatter. Ia memulai debutnya dengan film Saw (2004), yang mengisahkan tentang seorang pembunuh berantai bernama Jigsaw yang memaksa korbannya untuk bermain permainan maut yang melibatkan prosedur pemotongan dan pengeboran.

Film tersebut menjadi sangat sukses—meraup pendapatan ratusan juta dolar dengan bujet 1 juta dolar AS—dan melahirkan banyak sekuel dan spin-off. Selain itu, ia juga membuat film horor lain yang juga mengandung unsur splatter, seperti Dead Silence (2007) dan Death Sentence (2007). Tertantang menyaksikan semuanya?

4. Tom Six

potret Tom Six (metro.us/Tom Six)

Tom Six adalah sutradara asal Belanda yang terkenal karena membuat The Human Centipede (2009) yang kontroversial itu. Menceritakan seorang dokter gila yang menciptakan "manusia kelabang" dengan menyambungkan mulut dan anus, film tersebut mendapat banyak kritik dan kecaman karena dianggap sebagai film paling menjijikkan yang pernah ada.

Namun, seolah tak peduli, Six malah membuat dua sekuelnya yang lebih ekstrem dan menjijikkan. Dua judul tersebut yakni The Human Centipede 2 (Full Sequence) (2011) dan The Human Centipede 3 (Final Sequence) (2015).

5. Takashi Miike

potret Takashi Miike (tokyoweekender.com/Takashi Miike)

Takashi Miike adalah seorang sutradara film asal Jepang yang terkenal dengan film-filmnya yang penuh dengan kekerasan, seks, dan humor gelap. Ia sudah membuat lebih dari seratus film sejak tahun 1991. Namun, film-film splatter-nyalah yang paling menarik perhatian dunia.

Beberapa karyanya yang terkenal adalah Audition (1999) dan Ichi the Killer (2001). Dalam kedua film tersebut, Miike mengeksplorasi tema kontroversial yang menantang akal sehat penontonnya, seperti manipulasi emosional dan memori serta maskulinitas beracun.

6. Adam Green

potret Adam Green (twitter.com/Adam_Fn_Green)

Jika pernah menyaksikan Frozen (2010), Digging Up the Marrow (2014), dan Holliston (2012—2013), kamu pasti sudah tak asing lagi dengan Adam Green. Namun, tahukah kamu film apa yang paling melambungkan nama sineas kelahiran Massachusetts, Amerika Serikat ini? Yap, jawabannya adalah seri film Hatchet (2006-2017).

Hachet (2006) mengisahkan seorang pembunuh bernama Victor Crowley yang membantai sekelompok wisatawan di rawa Louisiana. Film ini menjadi sangat populer dan melahirkan tiga sekuel, yakni Hatchet II (2010), Hatchet III (2013), dan Victor Crowley (2017).

Uniknya, semuanya menampilkan aktor yang pernah tampil sebagai villain dalam franchise film horor lainnya, seperti Robert Englund (A Nightmare on Elm Street), Tony Todd (Candyman), dan Felissa Rose (Sleepaway Camp).

7. Alexandre Bustillo dan Julien Maury

potret Alexandre Bustillo dan Julien Maury (reeltalker.com/Alexandre Bustillo, Julien Maury)

Duo filmmaker asal Prancis ini mulai dikenal setelah membuat À l'intérieur alias Inside (2007), film horor yang menceritakan seorang perempuan hamil yang diserang oleh perempuan gila yang ingin merebut bayinya. Film tersebut mendapatkan ulasan positif dari kritikus dan disebut sebagai contoh solid dari New French Extremity, yakni genre film transgresif yang memicu kontroversi karena menyertakan gambar kekerasan seksual yang eksplisit.

Tak puas sampai di situ, Bustillo dan Maury kemudian membuat film horor lain yang juga berbau splatter, seperti Livide (2011), Aux yeux des vivants alias Among the Living (2014), dan Leatherface (2017). Namun, akhir-akhir ini, mereka lebih tertarik mengeksplorasi ranah supernatural lewat dua judul terakhirnya, yakni Kandisha (2020) dan The Deep House (2021).

8. Timo Tjahjanto

potret Timo Tjahjanto (instagram.com/timobros)

Dikenal sebagai salah satu anggota dari duo The Mo Brothers bersama dengan rekannya, Kimo Stamboel, Timo Tjahjanto adalah sineas asal Indonesia yang telah menggarap beberapa film horor yang menampilkan adegan kekerasan dan darah, seperti Rumah Dara (2009), Killers (2014), dan seri film Sebelum Iblis Menjemput. Ia juga pernah menggarap sejumlah film horor Hollywood, seperti The ABC's of Death (2012), V/H/S/2 (2013), dan V/H/S 94 (2021), yang dipuji oleh para penggemar film horor karena kadar kebrutalannya.

Saat ini, Timo dikabarkan sedang terlibat dalam penggarapan remake Hollywood dari film zombi asal Korea Selatan, Train to Busan (2016), yang berjudul The Last Train to New York. Dalam The Last Train to New York, ia bekerja sama dengan Gary Dauberman, penulis naskah Annabelle: Creation (2017) dan It Chapter Two (2019). Duh, jadi gak sabar!

Tak semudah yang dikira, sutradara film horor splatter rupanya harus memiliki kreativitas untuk menciptakan adegan-adegan brutal, sadis, dan penuh kekerasan. Tak semua sutradara bisa menguasai genre ini dengan baik, tapi Eli Roth dan delapan sineas di atas telah membuktikan kepiawaiannya dalam menciptakan karya yang memukau sekaligus mengundang rasa takut. Namun, sebagai catatan, film mereka tak direkomendasikan untuk penonton yang bermental lemah, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Satria Wibawa
EditorSatria Wibawa
Follow Us