Membedah Konsep Visual Intimate Scene Film Gowok: Kamasutra Jawa
Surabaya, IDN Times - Selaras dengan alur cerita yang disajikan, Gowok: Kamasutra Jawa (2025) menyajikan beberapa intimate scene untuk mempertegas penggambaran Gowok. Alih-alih merepresentasikan Gowok dalam konotasi yang negatif, film ini berusaha menyajikan perjuangan perempuan yang berdikari alias berdiri di atas kaki sendiri.
Maka dari itu, Satria Kurnianto dan Barmastya Bhumi Brawijaya, selaku DOP (Director of Photography) berusaha menggambarkan visual intimate scene di film ini dari kacamata perempuan. Selain itu, mereka juga menggunakan teknik-teknik tertentu untuk menyajikan visual yang indah. Simak selengkapnya wawancara eksklusif IDN Times bersama Satria Kurnianto dan Barmastya Bhumi di program #COD (Cerita Orang Dalam).
1. Konsep visual intimate scene Gowok: Kamasutra Jawa dari kacamata perempuan

Satria Kurnianto berkata, ia tidak ingin menyajikan visual di film Gowok: Kamasutra Jawa (2025) dari sudut pandang laki-laki, melainkan perempuan. Alasannya karena mereka tidak ingin menjadikan Ratri sebagai objek untuk dipertontonkan.
"Ya, aku menghindari supaya point of view-nya gak laki-laki banget gitu. Jadi aku tidak melucuti, bukan physically gitu, lho. Kalau cara pandang laki-laki itu kadang terlalu 'nakal'. Aku gak menjadikan si Ratri ini objek untuk dipertontonkan," ungkapnya.
Selain itu, film ini juga berusaha menceritakan tentang perjuangan perempuan yang ingin berdikari atas ide dan hidupnya. Maka dari itu, intimate scene yang muncul di Gowok: Kamasutra Jawa (2025) disajikan secara puitik.
"Makanya bagian yang sensual itu menurutku harus terlihat puitik, karena bagaimana pun, si visual ini juga punya bahasanya, mereka (penonton) tahu tanpa kita harus memperjelas lagi. Itu kan ngomongin soal makna," tambah Satria.
Sebagai DOP, Satria dan Bhumi berusaha menampilkan shot yang tidak banal atau kasar, karena film ini sedang bercerita tentang mitologi Jawa yang halus bertuturnya. Oleh karena itu, visual yang disajikan cenderung indah dan berbentuk simbolis.
"Aku ingin mitologi soal Gowok itu bukan soal seksualnya, tapi soal keindahan, keintiman, dan ada pertukaran energi-nya," jelas Satria saat ditanya tentang alasan gambar-gambar di film ini terlihat indah.
2. Sudut pengambilan gambar intimate scene film Gowok: Kamasutra Jawa yang dipilih untuk menunjang keindahan bukan semata sensualitas

Intimate scene yang muncul di film ini cenderung menggambarkan metafora dari tradisi yang dilakukan seorang Gowok. Menurut Bhumi, pilihan yang tepat adalah menggunakan sudut pengambilan gambar close up.
"Mereka copot baju, dia lempar baju, buang ke keranjang gitu. Terus habis itu, shoot close up ke badan. Nah, sebenarnya shoot close up ke badan itu juga konsepnya lebih mereka menempelkan energi gitu. Mereka bertukar energi positif. Jadi kita nge-shoot tangan, kita nge-shoot bahu, ekspresi mukanya secara close up," tutur Bhumi.
Selain itu, Bhumi dan Satria juga berusaha meminimalisir kevulgaran di intimate scene dengan menampilkan siluet para karakter, lho. Metode ini biasa digunakan saat sudut pengambilan gambar menyorot secara medium shot atau long shot.
"Kalau mau lebar pun juga siluet dan blur. Terus habis itu kehalang sama sekatan-sekatan. Itu sih memang kita gak mau terlalu vulgar," jelas Bhumi yang ingin tetap menyajikan estetika di film Gowok: Kamasutra Jawa (2025).
3. Teknis syuting intimate scene di film Gowok: Kamasutra Jawa

Sebelum memulai syuting, ternyata para karakter dan kru melakukan intimate session terlebih dahulu bersama koordinator keintiman. Di momen ini , aktor bisa menyampaikan batasan-batasan yang menurut mereka aman dalam melakukan syuting intimate scene. Sementara itu, departemen DOP akan menjelaskan konsep sudut pengembilan gambar, serta teknik dan pergerakan kamera yang akan mereka ambil nantinya.
"Jadi intimate session itu ada workshop-nya sendiri, terus di situ ada pendampingnya juga untuk menjembatani kita berdua, antara yang di-shoot sama yang mau nge-shoot," cerita Satria mengenang salah satu proses pra produksi film ini.
Lalu, apakah ada treatment khusus saat melakukan syuting intimate scene? Jawabannya iya! Syuting intimate scene digelar lebih private dengan minim kru dan semua layar monitor harus mati.
"Nanti yang ada di ruangan itu biasanya cuma sutradara, DOP-nya, aku dan Bhumi, (dan) sound biasanya ada beberapa di situ. Semua monitor harus mati. Itu ada etikanya dan masuk riders-nya. Kalau kita melanggar, ya kita kena undang-undang," tegas Satria.
DOP di film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa (2023) ini juga spill kalau ada body double atau pemeran pengganti khusus untuk intimate scene, lho. Berkat bantuan ilusi kamera, adegan yang ditampilkan akan terlihat nyata di depan layar.
"Ada beberapa (pakai body double). Nah, makanya (kita pakai) ilusi itu tadi, tipu muslihat. Itu kan tipuan lensa, tipuan kamera, tipuan gerak," kata Satria.
Ternyata banyak trik lensa, kamera, hingga pergerakan yang dilakukan Satria Kurnianto dan Barmastya Bhumi untuk menyajikan visual indah di film Gowok: Kamasutra Jawa (2025). Apakah representasimu selaras dengan penjelasan mereka?