Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Penjelasan Ending Film The Substance, Horor tentang Citra Tubuh

The Substance (dok. MUBI/The Substance)
The Substance (dok. MUBI/The Substance)

Film The Substance tayang di bioskop Indonesia pada 16 Oktober 2024. Film horor ini dibintangi oleh Demi Moore dan Margaret Qualley. Dengan mencampurkan genre science fiction dan komedi gelap, The Substance mengangkat tema feminis.

Film ini menyampaikan kritik sosial terkait ekspektasi masyarakat terhadap tubuh perempuan. Sepanjang film, penonton diajak merasakan betapa mengerikannya perempuan yang tidak puas dengan citra tubuhnya. Apabila kamu sudah menonton, yuk, intip penjelasan ending The Substance.

Peringatan: Artikel tentang film The Substance ini mengandung spoiler!

1. Sinopsis The Substance

The Substance (dok. MUBI/The Substance)
The Substance (dok. MUBI/The Substance)

Sebelum membahas penjelasan ending, tidak ada salahnya untuk membaca sinopsis The Substance. Film ini berkisah tentang seorang instruktur aerobik televisi terkenal, Elisabeth Sparkle (Demi Moore). Namun, Sparkle tiba-tiba dipecat secara sepihak oleh bosnya, Harvey (Dennis Quaid) saat berulang tahun ke-50.

Pemecatan itu membuat Elisabeth mengalami krisis identitas dan citra tubuh. Bagaimana tidak, ia dipecat karena berkepala lima dan dianggap terlalu tua. Padahal, Elisabeth selama puluhan tahun sudah menjaga bentuk tubuhnya dengan sehat dan baik.

Krisis ini membawa Elisabeth menggunakan zat ajaib yang dilihatnya di iklan televisi. Zat ini menawarkan jaminan mengatasi tanda-tanda penuaan bagi pemakainya. Dan yang terpenting, zat ini menjanjikan versi diri yang lebih sempurna.

2. Bagaimana cara kerja zat di The Substance?

The Substance (dok. MUBI/The Substance)
The Substance (dok. MUBI/The Substance)

Tragedi mencekam mulai mewarnai hidup Elisabeth usai mengonsumsi zat misterius tersebut. Awalnya, ia begitu puas mendapatkan versi dirinya yang terbaru. Ia berubah menjadi muda dan tidak dikenali, di mana ia menamakan dirinya Sue. Versi ini diperankan oleh Margaret Qualley.

Cara kerja The Substance cukup rumit. Saat Sue terjaga, tubuh Elisabeth tidak sadarkan diri dan menyediakan cairan penstabil bagi Sue untuk hidup. Begitu juga sebaliknya.

Situasi yang awalnya dinikmati Elisabeth secara perlahan berubah. Zat itu mulai menunjukkan bahaya besar yang mengancam nyawanya. Akankah ia terpuaskan menjadi Sue selamanya? Atau ada jalan kembali untuk menerima dirinya sendiri sebagai Elisabeth Sparkle?

3. Penjelasan transformasi Elisabeth dan Sue di ending

The Substance (dok. MUBI/The Substance)
The Substance (dok. MUBI/The Substance)

Sue nekat membunuh tubuh aslinya sendiri, Elisabeth. Sue percaya dengan membunuh Elisabeth, maka ia bisa mendapatkan kesempatan menjalani hidupnya sepenuhnya, tanpa beban dirinya yang dulu. Namun, Sue salah. Tubuhnya dengan cepat mulai hancur karena tidak ada zat yang biasa mengalir di tubuh Elisabeth.

Situasi ini membuat Sue mencoba dan menggunakan kembali serum activator sekali pakai. Sayang, serum itu malah menghasilkan transformasi gabungan aneh antara Elisabeth dan Sue. Elisabeth dibangkitkan kembali melalui serum Sue, tetapi tidak dengan jiwanya. Alhasil, hanya wajah Elisabeth yang terperangkap di tubuh Sue dan tidak bisa terpisahkan.

Penampilan baru Sue membuatnya dianggap sebagai monster oleh masyarakat. Sue pun terpaksa melarikan diri dari pertunjukan Tahun Baru. Namun, ia tidak mampu berlari jauh karena tubuhnya runtuh dan menghancurkan dirinya sendiri.

Transformasi akhir ini menjadi adegan paling melankolis dalam film The Substance. Sue ikut terbunuh seperti Elisabeth. Sedangkan Elisabeth hanya tinggal wajah yang tidak punya banyak waktu lagi.

Ending mencerminkan sisi pahit Elisabeth dan Sue. Bentuk fisik keduanya adalah bukti pilihan mengerikan demi menghindari anti penuaan. The Substance dibuat bukan agar penonton menikmati transformasi horor Elisabeth dan Sue, melainkan fokus menggambarkan keduanya sebagai sosok menyedihkan dan tragis.

4. Mengapa Sue membunuh Elisabeth?

The Substance (dok. MUBI/The Substance)
The Substance (dok. MUBI/The Substance)

Perusahaan yang memproduksi zat di The Substance selalu menyakinkan Elisabeth bahwa Sue adalah versi dirinya yang lebih baik. Namun, seiring berjalannya waktu, Elisabeth dan Sue malah memandang satu sama lain sebagai musuh. Mereka saling berebut kendali atas kehidupan yang sama.

Puncaknya, Sue memutuskan untuk tetap memegang kendali. Keputusan ini membuat Elisabeth menjadi lemah. Elisabeth pun berusaha membunuh Sue saat berhasil mendapatkan kembali kekuatannya.

Namun, ia dihalangi oleh egonya. Ia merasa ngeri harus membunuh Sue dan memutuskan menyemalatkan versi dirinya yang lebih muda. Sayang, belas kasihan Elisabeth ini tidak dimiliki oleh Sue.

Begitu terbangun dan memegang kendali, Sue langsung membunuh Elisabeth. Momen ini menandai seberapa besar Elisabeth telah kehilangan kendali atas keinginan dan harga dirinya. Egonya yang lebih muda langsung membunuh jati dirinya yang sebenarnya.

Ironisnya, kehancuran Sue dimulai setelah membunuh Elisabeth. Tubuhnya mudah hancur tanpa serum yang biasa disiapkan Elisabeth untuk kelangsungan hidupnya. Dengan kata lain, film ini memberikan pesan bahwa menghancurkan jati diri sendiri akan menghancurkan kehidupan seluruhnya.

5. Siapakah perusahaan pemasok zat di The Substance?

The Substance (dok. MUBI/The Substance)
The Substance (dok. MUBI/The Substance)

Salah satu misteri film The Substance adalah identitas organisasi yang membuat cairan anti penuaan tersebut. Penemu zat anti penuaan itu masih menjadi misteri sepanjang film. Elisabeth dan orang di balik perusahaan itu berkomunikasi melalui panggilan telepon atau pesan yang tidak terlihat.

Elisabeth mengambil serum dari tempat pembuangan sampah di pusat kota Los Angeles. Namun, ia tidak pernah mengetahui siapa yang membuatnya. Menariknya, film ini dari awal telah menunjukkan bagaimana pihak perusahaan adalah penyebab kehancuran Elisabeth.

Perusahaan ini memang terus terang dalam memberikan saran tentang meningkatnya ketegangan Elisabeth dengan Sue. Sayang, mereka tidak mencoba meyakinkan Elisabeth untuk meninggalkan serum tersebut. Hal ini tentu agar mempertahankan penjualan zat anti penuaan.

Ketika Elisabeth mempertimbangkan untuk mengakhiri proses tersebut, mereka menjelaskan aturannya dan menyerahkan pilihan di tangannya. Artinya, nasib Elisabeth dan Sue diputuskan oleh mereka dan mereka sendiri.

6. Apa pesan moral film The Substance?

The Substance (dok. MUBI/The Substance)
The Substance (dok. MUBI/The Substance)

Pesan moral film The Substance cukup tragis. Seseorang dapat menjadi musuh terburuk bagi dirinya sendiri. Elisabeth kurang dihargai dan dikesampingkan karena usianya. Padahal, ia sudah membuktikan diri sebagai selebritas sukses selama puluhan tahun.

Namun, yang menjadi kehancuran Elisabeth bukan sang bos yang memecatnya, melainkan keraguan dirinya sendiri. Ia terjatuh dalam masalah harga diri yang membuatnya mengabaikan kecantikan dan potensinya sendiri. Situasi berbeda akan terjadi jika Elisabeth memilih kedamaian batin dan menerima dirinya sendiri.

Rasa tidak percaya diri Elisabeth diperparah dengan hadirnya Sue. Bisikan-bisikan dari versi mudanya membuat Elisabeth semakin membenci dirinya sendiri. Elisabeth dan Sue adalah musuh terburuk mereka sendiri. Dan hal itu berujung pada akhir tragis keduanya.

7. Rating The Substance

The Substance (dok. MUBI/The Substance)
The Substance (dok. MUBI/The Substance)

The Substance menjadi film horor terbaik tahun ini versi Letterboxd. Film ini disutradarai oleh Coralie Fargeat, sutradara wanita ternama di Prancis. Pujian demi pujian terus diberikan seluruh elemen film ini, termasuk akting Demi Moore.

Film The Substance berhasil meraih rating 91 persen dari kritikus di Rotten Tomatoes. Sedangkan dari audiens, film ini sukses mendapatkan rating 73 persen. The Substance juga mendapatkan rating mencapai 7,8 di IMDb.

The Substance adalah cerita luar biasa tentang betapa mengerikannya ekspektasi masyarakat terhadap tubuh perempuan. Yuk, tonton film ini di bioskop Indonesia. Kamu bisa mendapatkan edukasi tentang citra diri, sekaligus pengalaman sinematik yang mencekam.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Aryna Meliana
EditorAryna Meliana
Follow Us