Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Review Film The Monkey, Penuh Adegan Gore dan Humor Gelap

The Monkey (dok. Neon/The Monkey)
The Monkey (dok. Neon/The Monkey)

"Semua orang mati, dan itulah hidup." Kalimat yang diulang-ulang dalam film The Monkey (2025) karya terbaru Osgood "Oz" Perkins ini merangkum tema utamanya tentang kebrutalan hidup yang tak terelakkan. Diadaptasi dari cerita pendek Stephen King, The Monkey sendiri adalah sebuah kisah horor berdarah-darah dengan humor gelap.

Namun sebagai sutradara, Oz Perkins coba memasukkan elemen yang lebih sentimentil di dalamnya tanpa mengkhianati karya asli King. Lalu, apa saja kekurangan dan kelebihan film ini? Apakah layak ditonton? Berikut ulasan lengkapnya!

1. Bawakan kisah tentang generational trauma

The Monkey (dok. Neon/The Monkey)
The Monkey (dok. Neon/The Monkey)

The Monkey berpusat pada saudara kembar Hal dan Bill (Theo James) yang harus menghadapi trauma turun-temurun. Sejak kecil, mereka dihantui oleh boneka monyet terkutuk yang "diwariskan" oleh sang ayah, seorang pilot yang absen dari hidup mereka.

Saat dewasa, teror dari sang monyet pun kembali dengan membunuh orang-orang di sekitar mereka. Di sini, Perkins berhasil menyelipkan eksplorasi tentang generational trauma dan father absence yang bedampak terhadap generasi berikutnya. 

2. Dipenuhi humor gelap dan adegan gore

The Monkey (dok. Neon/The Monkey)
The Monkey (dok. Neon/The Monkey)

Berbeda dari film horor Oz Perkins sebelumnya, seperti Longlegs (2024) yang lebih serius, film ini justru banyak diisi oleh humor gelap. Dark jokes yang muncul di tengah berbagai adegan gore menciptakan keseimbangan unik antara ketegangan dan kelucuan.

Dimulai dari momen sang ayah, Petey Shelburn (Adam Scott), berlumuran darah hingga berbagai adegan eksplisit yang tak terduga, film ini memberikan sajian humor dan horor dalam satu paket. Penggemar film slasher seperti Final Destination pun dijamin akan terhibur.

3. Akting solid Theo James yang lakoni peran ganda

The Monkey (dok. Neon/The Monkey)
The Monkey (dok. Neon/The Monkey)

Theo James menunjukkan kemampuan aktingnya dengan membawakan kepribadian saudara kembar Hal dan Bill dengan gestur dan ekspresi yang berbeda. Hal yang culun dan penuh rasa bersalah, terlihat kontras dengan Bill yang sinis dan penuh dendam.

Akting Christian Convery sebagai Hal dan Bill muda pun tak kalah memukau. Performa yang kuat dari kedua aktor ini memberikan bobot emosional ke dalam cerita, membuat dinamika antar-kedua karakter tersebut terasa nyata hingga akhir film. 

4. Sedikit terburu-buru di babak ketiga

The Monkey (dok. Neon/The Monkey)
The Monkey (dok. Neon/The Monkey)

Meskipun sebagian besar film berjalan dengan ritme yang tepat, babak ketiga terasa sedikit tergesa-gesa. Alasannya mungkin karena durasi yang singkat, hanya 98 menit. Untungnya, film ini tetap memberikan pengalaman horor yang menghibur.

Jika kamu menyukai film yang memadukan horor berdarah-darah dengan sentuhan komedi hitam, The Monkey layak masuk daftar tontonanmu. Film ini tayang di bioskop Indonesia mulai Jumat, 7 Maret 2025. Jangan sampai terlewat, ya!

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Shandy Pradana
Zahrotustianah
Shandy Pradana
EditorShandy Pradana
Follow Us