Sutradara Ungkap Tantangan Syuting The Amateur, Pindah-Pindah Negara!

- Film The Amateur merilis di Indonesia pada 11/4/2025, menggabungkan thriller, action, dan drama.
- Sutradara James Hawes adaptasi novel karya Robert Littell dengan judul sama, merasa bertanggung jawab dalam proses adaptasi.
- Tantangan besar dalam syuting termasuk menjaga visi praproduksi, lokasi syuting di Eropa, dan merekam adegan teroris menggunakan iPhone.
Surabaya, IDN Times - Pencinta film yang memadukan thriller, action, dan drama patut berbahagia. Pasalnya, sutradara asal Inggris, James Hawes, baru saja merilis film terbarunya, The Amateur (2025). Di Indonesia, film tersebut tayang pada Jumat (11/4/2025).
The Amateur jadi film panjang terbaru Hawes, setelah terakhir kali merilis pada 2023. Film ini Hawes buat dari hasil adaptasi novel berjudul sama karya Robert Littell yang terbit pada 1981. Dalam film tersebut, penonton bisa melihat aksi dan drama emosional sekaligus.
Beruntungnya, IDN Times berkesempatan berbincang banyak dengan James Hawes dalam wawancara khusus. Di dalamnya, Hawes membagikan kisah seru dan kesulitannya selama proses syuting The Amateur. Jangan sampai kamu lewatkan, sih!
1. Bukan tertekan, Hawes merasa bertanggung jawab menghidupkan kisah The Amateur dalam film

Sudah banyak film yang dibuat berdasarkan sebuah novel atau buku populer. James Hawes pun melakukan hal yang sama untuk film terbarunya, The Amateur. Pasalnya, film yang dibintangi Rami Malek dan Rachel Brosnahan itu diadaptasi dari sebuah novel keluaran 1981 karya Robert Littell dengan judul sama.
Kalau kebanyakan orang merasa ada sebuah pressure atau ekspektasi tinggi ketika mengadaptasi sebuah novel ke film, Hawes tidak seperti itu. Kepada IDN Times, Hawes mengaku lebih merasa bertanggung jawab ketika menghidupkan sebuah buku atau bentuk seni lainnya menjadi sebuah film atau program televisi.
Hawes merasa jika pasti sudah ada sineas lain yang juga jatuh cinta pada kisah The Amateur. “Sebelumnya mungkin ada seniman yang membayangkan ini dan telah jatuh cinta pada karakter-karakter dan bentuk ceritanya. Jadi, saya rasa kita punya tanggung jawab untuk menghidupkannya dengan jujur dan sebaik mungkin,” ujar sutradara 65 tahun itu.
Premis dalam buku The Amateur juga jadi daya tarik utama bagi Hawes untuk menggarapnya menjadi sebuah film. Maka dari itu, Hawes dan tim mencoba membawa dan menerjemahkan kisah The Amateur ke layar lebar dengan penuh keyakinan.
2. Mengubah visi dan impian praproduksi menjadi kenyataan ternyata sangat sulit!

Memproduksi sebuah film layar lebar tentu bukan hal mudah. Ketika ditanya terkait tantangan selama proses syuting, Hawes mengaku jika salah satunya adalah mengubah visi dan impian yang sudah dirangkai praproduksi menjadi kenyataan. “Itu sangat melelahkan. Rasanya seperti bertempur untuk bisa mencapainya,” ungkap Hawes.
Dalam tahap persiapan, Hawes dan tim sudah membuat gambaran terkait seperti apa nanti The Amateur akan terlihat. Mulai dari nuansa, warna, palet gambar, hingga lokasi syuting, semua sudah disusun sedemikian rupa. Namun nyatanya, itu sangat sulit.
“Tantangan terbesar terjadi ketika mulai kewalahan menjaga visi itu tetap hidup, mengubah mimpi di masa praproduksi menjadi kenyataan saat syuting,” lanjutnya.
Lokasi syuting juga jadi tantangan tersendiri bagi Hawes dan tim. Pasalnya, ada begitu banyak lokasi yang dijadikan latar dalam film, seperti Paris, Istanbul, hingga Laut Baltik. Membawa seluruh tim keliling Eropa tentu bukan hal mudah.
“Membawa seluruh tim keliling Eropa dan menyiapkan semuanya hari demi hari di lokasi yang baru adalah sebuah tantangan logistik. Puncaknya ada pada adegan di kapal di akhir film, dengan pasukan khusus naik helikopter,” imbuh Hawes lebih panjang.
3. Hawes juga menggunakan kamera iPhone untuk merekam adegan serangan teroris

Hawes membagikan cerita unik selama pengambilan adegan teroris di London, Inggris, yang menimpa karakter Sarah. Demi menyampaikan cerita yang realistis, Hawes merekam adegan utama tersebut menggunakan dash cam, body cam, dan bahkan iPhone.
Inspirasi menggunakan iPhone untuk mendapatkan adegan serangan teroris didapat melalui kebiasaan masyarakat yang kini suka merekam di jalanan. “Inspirasi datang dari cara kita menerima berita akhir-akhir ini. Banyak yang kebetulan memegang iPhone dan merekam kejadian, entah itu kecelakaan atau hal lain yang sedang berlangsung.” ujar Hawes.
Demi adegan menegangkan tersebut, Hawes dan tim menyediakan dua lusin iPhone, lalu membagikannya kepada anggota kru. Mereka kemudian ditempatkan di sekitar lokasi dan merekam seolah-olah mereka adalah orang di tempat kejadian yang sedang merekam insiden.
“Lalu, kami memberi hadiah kepada siapa pun yang berhasil mengambil gambar terbaik,” lanjut Hawes sembari tersenyum. Wah, lucu juga, nih!
4. Menyeimbangan plot aksi, thriller, dan drama jadi tantangan terbesar

The Amateur memadukan thriller, action, dan drama sekaligus. Tentu ini bukan hal yang mudah untuk disatukan. Sebab, jika ada salah satu saja yang berat sebelah, maka film akan terasa kurang menarik untuk ditonton. James Hawes pun setuju dengan hal itu.
Ketika ditanya bagaimana cara Hawes menyeimbangkan plot thriller, action, dan drama, ia menjawab dengan mantap “Nah, itu tantangan terbesar.” Hawes mengaku jika aset terbesar dalam The Amateur adalah perjalanan emosional karakter Charlie melalui proses berduka hingga akhirnya jadi versi terbaiknya.
“Saya rasa aset terbesar dari cerita ini, sejak dari novel, adalah perjalanan emosional Charlie melalui proses berduka. Perjalanan karakter Charlie yang menjadi versi terbaik dari dirinya, atau setidaknya versi yang lebih heroik, di akhir film,” jelas Hawes.
Hawes menambahkan, perjalanan emosional Charlie dalam The Amateur dibentuk, dimanipulasi, dan diproses melalui aksi yang ada. Jadi, selama penonton mengikuti karakter Charlie, Hawes merasa mereka akan mendapatkan thriller, action, dan drama sekaligus.
5. Untungnya, ada Rami Malek dan Laurence Fishburne yang kompak banget di lokasi syuting

Dari sekian banyak tantangan dan kesulitan yang James Hawes hadapi di lokasi syuting, ia merasa bersyukur dengan adanya Rami Malek dan Laurence Fishburne. Kedua aktor pemeran Charlie dan Henderson itu sangat kompak selama di lokasi syuting.
“Mereka benar-benar menyenangkan. Jujur saja, kita menyatukan mereka di hari pertama, yang mana untungnya kita bisa mulai syutingnya hampir sesuai urutan cerita,” terang Hawes.
Meski karakter yang Malek dan Fishburne lakoni sering kali bersitegang, yakni antara murid dan mentor, tetap saja sangat menyenangkan jika ditonton. Hawes mengatakan, ketegangan antara kedua karakter itu bisa dilihat dalam sebuah adegan.
“Di saat kamu melihat karakter Henderson, karakter yang dimainkan Lawrence, memarahi Charlie karena terlambat, padahal dia sebenarnya tidak terlambat. Kamu langsung tahu akan ada ketegangan di antara mereka,” ujar sutradara kelahiran 1960 itu.
James Hawes kini tengah berbahagia dengan perilisan film The Amateur secara global. Meski ada banyak tantangan dan kesulitan selama proses syuting, tetapi Hawes tidak melupakan momen-momen seru selama di set. Gimana, kamu sendiri sudah menonton The Amateur belum, nih?