- Laksamana Malahayati (Marcella Zalianty)
- Nyi Ageng Serang (Maudy Koesnaedi)
- Ratu Kalinyamat (Hana Malasan)
- Rasuna Said (Tika Bravani)
- Christina Martha Tiahahu (Glory Hillary)
- S.K. Trimurti (Isyana Sarasvati)
Kenapa RA Kartini Tak Ada di Pementasan Monoplay Melati Pertiwi?

- Monoplay Melati Pertiwi sajikan kisah enam pahlawan perempuan Indonesia, merayakan 80 tahun kemerdekaan dan penghargaan terhadap jasa para pahlawan perempuan.
- Keputusan memilih enam tokoh berangkat dari misi memperluas wawasan publik tentang keberagaman sejarah perjuangan perempuan Indonesia.
- Maudy Koesnaedi ungkap kesulitan dalam perankan Nyi Ageng Serang, aktris lain juga menghadapi tantangan teknis khas panggung teater.
Jakarta, IDN Times - Rumah produksi Keana Films yang digawangi oleh produser Marcella Zalianty siap menghadirkan pementasan teater "Monoplay Melati Pertiwi." Dibintangi Isyana Sarasvati, Marcella Zalianty, Maudy Koesnaedi, Tika Bravani, Hana Malasan, dan Glory Hillary, pementasan ini menjadi ruang bagi semangat para srikandi Nusantara untuk kembali hidup di panggung teater.
Pertunjukan ini tak hanya merayakan ketangguhan perempuan Indonesia, tetapi juga mengajak penonton menggali kembali jejak sejarah yang selama ini jarang diangkat ke permukaan. Dalam konferensi pers di Gedung Kesenian Jakarta, Jakarta Pusat, Senin (17/11/2025), Marcella Zalianty mengungkap alasan di balik pemilihan enam pahlawan perempuan tersebut.
1. Monoplay Melati Pertiwi sajikan kisah enam pahlawan perempuan Indonesia

Monoplay Melati Pertiwi sejatinya didedikasikan sebagai persembahan untuk merayakan 80 tahun kemerdekaan Indonesia sekaligus bentuk penghargaan terhadap jasa para pahlawan perempuan yang jarang terekspos dalam narasi sejarah populer.
"Sebetulnya ini adalah persembahan untuk kemerdekaan Indonesia yang ke-80. Ini juga wujud penghargaan dan cinta kami kepada jasa pahlawan terdahulu, khususnya pahlawan perempuan yang mungkin tidak semuanya kita ketahui," ujar Marcella Zalianty.
Enam tokoh pahlawan yang bakal diangkat kisahnya adalah:
Pemilihan ini dilakukan untuk merangkum perjuangan perempuan Indonesia dari berbagai konteks, mulai dari laut, darat, hingga ranah intelektual, serta untuk memperkenalkan ulang kontribusi besar mereka kepada generasi sekarang.
"Kita ingin menceritakan peran-peran perempuan Nusantara yang luar biasa dalam membangun bangsa ini hingga kita bisa ada di sini sekarang," tambahnya.
2. Alasan dipilihnya enam pahlawan untuk Monoplay Melati Pertiwi

Keputusan Marcella memilih enam tokoh ini berangkat dari misinya memperluas wawasan publik tentang keberagaman sejarah perjuangan perempuan Indonesia. Ia menjelaskan alasan absennya nama populer seperti R.A. Kartini dalam pementasan ini.
"Kita sengaja mengangkat pahlawan-pahlawan yang masih sedikit diketahui masyarakat, supaya banyak yang tahu dan mereka bisa dikenal seperti halnya Kartini nantinya," jelasnya.
Proses kurasi tokoh pun berlangsung panjang. "Awalnya ada 12 tokoh, kemudian menjadi delapan, dan akhirnya enam. Kami berusaha melengkapi dari konteks perjuangan laut, darat, hingga perjuangan pikiran," tambah Marcella.
Namun, ada tantangan besar, yakni minimnya sumber sejarah. Sutradara Wawan Sofwan mengungkapkan bahwa dari enam tokoh tersebut, hanya dua yang memiliki catatan sejarah cukup lengkap.
"Yang punya buku sejarah agak lengkap itu hanya dua. Yang lainnya, para penulis harus benar-benar melakukan riset kecil-kecilan," ujarnya.
Kesulitan sumber itulah yang membuat kisah mereka semakin penting untuk diangkat agar tidak hilang ditelan waktu.
3. Maudy Koesnaedi ungkap kesulitan dalam perankan Nyi Ageng Serang

Maudy Koesnaedi mengungkap bahwa memerankan tokoh sejarah membutuhkan riset mendalam.
"Memerankan tokoh Nyi Ageng Serang membuka mata saya. Banyak sekali hal-hal yang kita belum tahu banyak, seperti asal-usul beliau yang ternyata dari Jawa Tengah, bukan Banten," katanya.
Para aktris lain juga menghadapi tantangan teknis khas panggung teater. Tidak ada retake, semua harus dilakukan sempurna dalam satu kesempatan. Hana Malasan pun menambahkan:
"Sangat berbeda sekali dengan film karena di film itu ada yang namanya retake. Kalau salah, kita bisa mengulang lagi. Di sini tidak ada kesempatan itu sama sekali sehingga itu yang menjadi challenge," kata pemeran Ratu Kalinyamat ini.
Sedangkan Glory Hillary, yang memerankan Christina Martha Tiahahu, juga menyoroti kesulitan tampil dalam format monolog.
"Jujur ini susah banget untuk menghafal. Karena ini lebih ke bagaimana kita benar-benar mendalami terus bisa menyampaikannya secara langsung, sedangkan kalau di film kita bisa berdialog dengan orang lain," ungkap Glory.
Meski penuh tantangan, Maudy menyebut inilah "magic"-nya panggung teater, sebuah pengalaman yang ia rindukan. "Tapi justru itu yang dikangenin, itu yang dinikmatin. Panggung itu, orang-orang bilang, punya magic-nya sendiri," kata Maudy.
Pementasan Monoplay Melati Pertiwi bakal digelar sehari pada 25 November 2025 di Gedung Kesenian Jakarta. Tiket untuk pertunjukan ini sudah dapat dibeli secara daring melalui loket.com. Harganya mulai Rp150 ribu sampai 1 juta.


















