5 Film Korea Berlatar Era Penjajahan Jepang, Penuh Perjuangan!

Jepang merupakan salah satu negara penjajah terbesar pada zamannya. Selain Indonesia, Korea Selatan juga memiliki memori pahit akan masa kolonialisme Jepang. Dalam sejarahnya, penjajahan Jepang telah meninggalkan bekas yang mendalam akan luka dan penindasan.
Melalui film, kisah-kisah heroik pahlawan Korea kembali diperkenalkan kepada masyarakat. Hal itu bertujuan untuk mengingatkan perjuangan dan keberanian pejuang Korea.
Film-film Korea berlatar penjajahan Jepang memperlihatkan bagaimana kehidupan sehari-hari masyarakat, serta menggambarkan perlawanan mereka terhadap penindasan yang mereka hadapi. Berikut lima rekomendasi film Korea berlatar era penjajahan Jepang yang patut kamu tonton.
1. Assassination (2015)

Assassination adalah film aksi sejarah Korea Selatan yang dirilis pada tahun 2015. Film ini mengambil latar belakang pada masa penjajahan Jepang di Korea pada tahun 1933.
Sesuai judulnya, kisahnya berpusat pada sebuah misi untuk membunuh seorang kolaborator Jepang yang kuat dan kejam. Film ini dibintangi oleh Gianna Jun, Lee Jung Jae, dan Ha Jung Woo sebagai tiga serangkai utama dalam misi.
Dengan alur yang penuh intrik dan aksi yang mendebarkan, Assassination menggambarkan perjuangan kelompok kecil pejuang kemerdekaan Korea yang berani melawan penindasan Jepang.
Para karakternya pun berprofesi sebagai pembunuh profesional, mantan tentara, dan pejuang perempuan. Mereka bersatu untuk membebaskan tanah air dari cengkeraman kolonialisme Jepang.
Sebab kisahnya yang menginspirasi didukung oleh visual yang memukau, film ini berhasil menggambarkan semangat perlawanan dan tekad untuk mencapai kemerdekaan. Film Assassination berhasil menuai kesuksesan di box office Korea dengan total 12,7 juta penonton.
2. The Age of Shadows (2016)

The Age of Shadows adalah sebuah film thriller mata-mata Korea Selatan yang dirilis pada tahun 2016. Kombinasi Gong Yoo dan Song Kang Ho didapuk sebagai dua pemeran utama dalam film ini.
Film yang disutradarai oleh Kim Jee Woon ini berlatar belakang pada masa penjajahan Jepang di Korea tahun 1920-an. The Age of Shadows mengikuti perjalanan seorang polisi yang ditugaskan untuk menjatuhkan kelompok gerakan kemerdekaan Korea dari Jepang.
Fokus utama filmnya adalah mengenai seorang laki-laki yang berada dalam dilema moral, antara tugas resminya sebagai polisi Jepang atau keyakinannya pada perjuangan kemerdekaan Korea.
Dalam suasana yang penuh kecurigaan dan tipu muslihat, The Age of Shadows berhasil menampilkan adegan aksi yang mendebarkan serta plot yang kompleks. Film ini juga menyajikan gambaran yang kuat tentang gejolak batin terhadap penindasan, sebagai konsekuensi yang akan timbul akibat pengkhianatan.
3. The Battleship Island (2017)

The Battleship Island adalah sebuah film Korea Selatan yang dirilis pada tahun 2017. Film ini disutradarai oleh Ryoo Seung Wan dan berlatar belakang pada masa penjajahan Jepang di Korea Selatan.
Ceritanya berpusat di Pulau Hashima yang dikenal sebagai "Pulau Kapal Perang", karena bentuknya yang menyerupai kapal perang. Di pulau ini, terdapat sebuah tambang batu bara yang dikelola oleh pekerja paksa Korea yang dijadikan buruh oleh tentara Jepang.
Beberapa pemeran dalam film ini, antara lain Song Joong Ki, Hwang Jung Min, So Ji Sub, Kim Su An, hingga Lee Jung Hyun. The Battleship Island menggambarkan kehidupan yang keras dan penuh penderitaan dari para pekerja paksa tambang, serta upaya mereka untuk melarikan diri dari pulau tersebut.
Melalui kisah-kisah yang kuat dan dramatis, The Battleship Island mengangkat tema-tema, seperti perjuangan, persahabatan, dan keberanian dalam menghadapi ketidakadilan. Dengan akting yang memukau dan adegan-adegan aksi yang berani, film ini memberikan gambaran yang mengharukan serta menyentuh, tentang masa lalu yang penuh tantangan bagi bangsa Korea.
4. Man of Will (2017)

Man of Will adalah sebuah film drama aksi yang berlatar pada era transisi antara Dinasti Joseon ke kolonialisme Jepang. Disutradarai oleh Lee Won Tae, film ini dirilis pada tahun 2017 dan menampilkan dua karakter utama, yakni Kim Chang Soo (Choi Jin Woong) dan Kang Hyung Sik (Song Seung Heon). Kedua karakter utama dalm film ini saling bertolak belakang. Di mana yang satu adalah laki-laki Korea yang dipenjara dan satu lagi adalah orang Korea yang bekerja untuk Jepang.
Film ini bercerita tentang seorang laki-laki bijak yang terdakwa atas tuduhan pembunuhan seorang bangsa Jepang. Selama masa tahanan di penjara, ia bertemu dengan sesama tahanan Korea yang hidup dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.
Mereka hidup dalam kemiskinan dan kehilangan segala harapan. Melihat kondisi ini, Kim Chang Soo merasa tersentuh dan memutuskan untuk membantu mereka. Mulai dari mengajarkan mereka membaca dan menulis surat, hingga memberikan semangat dan serta harapan merdeka dari dalam dinginnya penjara.
5. A Resistance (2019)

A Resistance merupakan film produksi Korea yang dirilis perdana pada tahun 2019. Film ini menggabungkan elemen drama sejarah, dengan penggunaan warna hitam putih untuk memberikan kesan masa lalu yang kelam. Dibintangi oleh Go Ah Sung, film ini mengisahkan tentang perjuangan heroik para perempuan Korea Selatan melawan penjajahan Jepang selama Perang Dunia II.
Ceritanya berlatar pada tanggal 1 Maret 1919, di mana Korea Selatan masih dalam masa okupasi Jepang. Film ini menyoroti peran seorang perempuan Korea yang mulai melawan dengan melakukan protes dalam sebuah gerakan yang disebut Gerakan 1 Maret.
Meskipun sang karakter utama tidak menggunakan senjata atau terlibat dalam pertempuran fisik, tapi ia menggunakan suaranya untuk mempengaruhi warga Korea lainnya, agar bangkit melawan penjajahan. Dengan penggambaran yang kuat dan penuh emosi, A Resistance menunjukkan perjuangan perempuan Korea yang berani mempertaruhkan segalanya, demi kemerdekaan tanah airnya.
Film-film Korea yang berlatar belakang era penjajahan Jepang menyajikan cerita-cerita tentang perjuangan, pengkhianatan, dan keberanian dalam menghadapi kolonialisme Jepang. Dengan melibatkan penonton dalam dinamika yang kompleks dan penuh emosi, mereka berhasil membawa penontonnya kembali ke masa lalu yang bersejarah.
Meskipun beberapa diantaranya mengandung konteks fiksi, karya-karya tersebut berhasil memberikan potret menyentuh tentang semangat perlawanan yang menjadi sumber inspirasi bagi penontonnya.