Kenapa Tema Kekerasan di Sekolah Sering Diangkat dalam Drakor 2025?

Di awal tahun 2025, layar kaca Korea Selatan kembali dibanjiri drama bertema kehidupan anak sekolah. Namun, bukan sekadar kisah cinta remaja atau persahabatan manis, banyak dari drama Korea ini justru menyoroti isu kekerasan di sekolah, seperti fisik, verbal, maupun psikologis. Judul-judul seperti Study Group, Friendly Rivalry, The Witch, Weak Hero Class 2, hingga One: High School Heroes menunjukkan betapa seriusnya isu bullying diangkat sebagai narasi utama. Realitas keras yang ditampilkan tidak jarang membuat penonton merasa marah, sedih, sekaligus tersentuh.
Fenomena ini bukan tanpa alasan. Dalam dunia yang terus berkembang, sekolah tak hanya menjadi tempat belajar, tapi juga ladang pertarungan status sosial, tekanan keluarga, dan ketimpangan kekuasaan antarpelajar. Lewat drama, para sineas mencoba membuka mata publik mengenai betapa kompleksnya dinamika perundungan di dunia nyata. Yuk, simak alasan mengapa tema bullying di sekolah begitu gencar diangkat dalam drakor tahun 2025!
1. Cerminan realitas sosial yang masih relevan

Drama Korea sering mencerminkan problematika sosial yang sedang marak di masyarakat. Isu perundungan di sekolah bukanlah hal baru, bahkan di Korea Selatan, telah menjadi sorotan publik selama bertahun-tahun. Banyak kasus nyata yang muncul ke permukaan, bahkan melibatkan artis dan tokoh publik. Hal ini kemudian memicu diskusi nasional tentang betapa serius dan kronisnya masalah bullying. Tak heran jika para penulis naskah memanfaatkan momentum tersebut untuk mengangkat realitas tersebut ke layar kaca sebagai bentuk kritik sosial.
Melalui kisah-kisah fiksi yang menyentuh, drama Korea berhasil membingkai isu bullying dengan pendekatan yang emosional dan realistis. Dengan begitu, penonton diajak tidak hanya sekadar menonton, tetapi juga merenungi, memahami, dan bahkan ikut peduli terhadap isu ini. Kisah seperti Weak Hero Class 2 menampilkan bagaimana seorang siswa yang tampak lemah bisa jadi korban dan kemudian bangkit untuk melawan, memberi gambaran kompleksitas pelaku dan korban bullying yang tidak bisa dilihat secara hitam-putih.
2. Upaya membangkitkan empati generasi muda

Lewat drakor bertema kekerasan sekolah, para sineas berupaya menumbuhkan empati di kalangan remaja, khususnya siswa sekolah menengah. Banyak drama seperti Weak Hero Class 2, Friendly Rivalry, dan ONE: High School Heroes menyoroti sudut pandang korban secara mendalam, menunjukkan luka yang tidak hanya fisik tapi juga psikologis. Dengan karakter-karakter yang relatable dan jalan cerita yang menggugah, penonton diajak menyelami penderitaan yang sering kali tak terlihat di permukaan.
Tak hanya itu, kehadiran karakter pendukung seperti guru, orang tua, dan teman sebaya yang acuh tak acuh atau tidak peka, juga memperlihatkan bagaimana lingkungan sekitar bisa memperparah situasi korban. Melalui dramatisasi ini, para penulis ingin menekankan pentingnya empati, solidaritas, dan keberanian untuk bertindak dalam menghadapi kasus bullying. Diharapkan, drama-drama ini bisa menjadi media edukasi tak langsung yang menyentuh kalangan muda secara emosional.
3. Representasi trauma dan dampaknya secara jangka panjang

Drama seperti The Witch dan Study Group tidak hanya mengangkat tindakan bullying itu sendiri, tapi juga menunjukkan bagaimana trauma masa sekolah bisa membekas hingga dewasa. Ini menjadi pengingat bahwa perundungan bukanlah pengalaman yang bisa dihapus begitu saja, karena dampaknya sering kali menetap dalam bentuk kecemasan, ketakutan, bahkan dendam. Drama Korea menggunakan pendekatan psikologis untuk menampilkan efek jangka panjang dari kekerasan sekolah terhadap kepribadian dan masa depan seseorang.
Dengan narasi seperti ini, penonton diajak untuk memahami bahwa tindakan sepele di masa sekolah bisa meninggalkan luka yang sangat dalam. Tidak sedikit karakter dalam drama yang kehilangan jati diri, semangat hidup, bahkan arah masa depan mereka karena perundungan yang dialami. Lewat penyajian ini, drama menjadi alat yang kuat untuk mengedukasi penonton akan pentingnya menciptakan lingkungan belajar yang aman, suportif, dan penuh kasih.
4. Strategi industri untuk meningkatkan engagement

Tema bullying terbukti efektif menarik perhatian penonton karena sarat emosi dan konflik. Industri hiburan Korea tentu tak ingin melewatkan kesempatan ini untuk meningkatkan engagement dan rating. Alur cerita yang penuh ketegangan, plot twist, serta konfrontasi dramatis seperti yang ada di Weak Hero Class 2 dan One: High School Heroes menjadikan drama bertema perundungan mudah viral dan dibicarakan di berbagai platform media sosial.
Selain itu, banyak aktor muda yang berhasil menunjukkan performa akting yang mengesankan lewat drama bertema ini, sehingga drama jenis ini juga menjadi ajang showcase talenta baru. Industri pun mendapat keuntungan ganda, seperti mendapatkan atensi publik serta memperkenalkan bintang muda potensial. Dengan pendekatan yang emosional dan intens, tema perundungan kini menjadi salah satu genre yang menjanjikan dalam industri drama Korea.
5. Dorongan untuk mendorong perubahan sosial lewat media

Lebih dari sekadar hiburan, drama Korea juga memiliki peran sebagai agen perubahan sosial. Tema bullying sering digunakan untuk mengajak publik berefleksi dan mendorong diskusi mengenai pentingnya reformasi sistem pendidikan dan perlindungan terhadap siswa. Dengan menampilkan ketidakadilan dan ketidakpedulian institusi sekolah seperti yang digambarkan dalam ONE: High School Heroes, drama-drama ini seakan menjadi suara bagi mereka yang tak bisa bersuara.
Kritik yang dilontarkan melalui cerita fiksi ini memberi tekanan moral kepada sekolah, pemerintah, dan masyarakat luas untuk tidak menutup mata terhadap realitas yang terjadi. Dalam beberapa kasus, drama bahkan ikut mendorong munculnya kebijakan baru atau peningkatan kesadaran publik terhadap pentingnya pencegahan bullying. Dengan kata lain, drama bertema kekerasan sekolah bukan hanya sarana refleksi, tapi juga bisa menjadi pemicu perubahan nyata di dunia nyata.
Tema bullying di sekolah membuat drama Korea terasa lebih relevan dan bermakna. Isu yang ditampilkan tidak hanya membuka mata, tapi juga hati penontonnya. Semoga lewat drama Korea, kesadaran publik terhadap pentingnya keamanan dan kesehatan mental di sekolah semakin meningkat, ya.