4 Kerja Sama Brand yang Berhak Ditolak Kreator Konten, Harus Tegas

Kreator konten yang telah memiliki sejumlah followers atau pengikut, memiliki peluang besar untuk menjalin kerja sama dengan brand. Kerja sama tersebut tentunya akan menguntungkan kedua belah pihak. Brand akan beruntung, sebab produk atau jasa yang ia jual, semakin diketahui banyak orang.
Kreator konten akan memiliki profit dari komisi uang serta produk atau jasa gratis dari brand yang bekerja sama. Meskipun kreator konten membutuhkan penghasilan, namun jangan ragu untuk menolak kerja sama dengan brand yang dirasa hanya menguntungkan sepihak saja, terutama dari pihak brand. Berikut ini lima bentuk kerja sama dengan brand yang kreator konten berhak tolak.
1.Tidak sesuai dengan niche

Sebagai kreator konten, tentu kamu memiliki niche atau target market yang spesifik. Misalnya, akun beauty content creator, tentu hanya berisi konten-konten terkait produk, tips terkait skincare dan bodycare. Di sisi lain, tidak menutup kemungkinan berbagai brand akan membidik untuk bekerja sama denganmu, hanya karena akunmu memiliki banyak followers.
Tidak dimungkiri, kreator konten membutuhkan penghasilan untuk mendukung menciptakan konten-konten berkualitas. Jangan sampai akun sosial mediamu diisi konten yang tidak berhubungan dengan hal-hal tersebut, yang akan membuat followers bingung. Maka dari itu, tetapkan batasan dengan menolak kerja sama dengan brand di luar niche kontenmu.
2.Batasi kerja sama dengan barter

Barter merupakan alat pembayaran yang dipakai di zaman dahulu, dengan saling menukar barang sesuai kebutuhannya. Nah, alat pembayaran tersebut masih digunakan untuk beberapa hal. Salah satunya dalam kerja sama antara brand dengan kreator konten.
Cara kerja sama barter, yakni dengan cara pihak brand memberikan produk atau jasa yang ia miliki kepada kreator konten. Sedangkan untuk kreator bertugas membuat ulasan berupa video atau feed, agar produk milik brand dikenal oleh pengikutnya. Dalam hal ini, kreator konten hanya mendapatkan keuntungan dari produk gratis saja.
Hal ini wajar diterima oleh kreator konten pemula. Namun, jangan dilakukan secara terus menerus, kamu harus kreator konten yang worth to paid. Ulasan yang kamu berikan haruslah dibayar layak, karena kamu melakukannya dengan profesional.
3.Tidak sesuai dengan value diri

Kerja sama dengan brand kecil maupun besar menjadi keinginan para kreator konten. Selain mendapatkan penghasilan, kerja sama tersebut menandakan konten yang kamu produksi dianggap layak mendapatkan apresiasi lebih. Hal tersebut, haruslah menjadikan kamu termovitasi untuk memberikan konten terbaikmu.
Perkembangan kreator konten tidak hanya dilihat dari kualitas kontennya saja. Namun, dari sisi kreator juga harus terlihat jelas memahami para pengikutnya. Seorang beauty content creator untuk usia remaja, tentu akan paham untuk tidak menerima kerja sama dengan brand dari alat kontrasepsi.
Sebab, hal tersebut tidak sesuai dengan value pribadi yang ditampilkan di sosial media. Jangan hanya demi keuntungan sepihak, kamu mencoreng citra kepribadian yang akan berdampak panjang.
4.Brand yang kredibilitasnya diragukan

Membangun sosial media hingga dipercayai memiliki banyak pengikut, membutuhkan sederet pengorbanan. Menyadari hal tersebut, kreator konten haruslah lebih bijak memilah konten yang akan diunggah. Baik berupa konten pribadi maupun konten penjualan hasil kerja sama dengan brand.
Kreator konten berhak menolak dengan tegas, kerja sama dengan brand yang kredibilitasnya masih diragukan. Contohnya, food reviewer perlu detail menjelaskan bahwa makanan tersebut halal atau non halal, sudah dapat izin BPOM atau belum. Sebab, hal-hal vital tersebut akan berdampak besar memengaruhi pengikutmu.
Profesi sebagai kreator konten dipercaya masih akan terus dibutuhkan seiring perkembangan teknologi. Sebelum menyetujui kerja sama dengan brand, kamu perlu membaca detail isi kontrak kerja sama tersebut. Yuk, lebih cerdas menjadi kreator konten dengan tegas memberi batasan yang jelas dengan brand yang akan bekerja sama.