5 Perlawanan yang Bisa Kamu Tunjukkan di Lingkungan Kerja Toksik

Lingkungan toksik memiliki suasana yang membuat orang-orang di dalamnya tidak betah. Perilaku seperti bergosip, sikap tidak profesional, perilaku sikap saling menjatuhkan menjadi hal yang diwajarkan. Berada di lingkungan kerja toksik harus memiliki keberanian bersikap.
Ketika perilaku yang ditunjukkan sudah mengusik kenyamanan, boleh saja kamu menunjukkan perlawanan. Tapi yang harus diingat, jangan sampai terbawa emosi. Lantas, perlawanan seperti apa yang bisa kita tunjukkan? Ini lima di antaranya.
1. Berani menolak pekerjaan di luar batas kemampuan

Bertahan di lingkungan kerja toksik butuh kekuatan mental. Jika tidak berhati-hati, Kamu sendiri yang akan rugi. Termasuk diantaranya menumbuhkan keberanian. Tidak menutup kemungkinan, energi dan pikiranmu diforsir habis-habisan.
Melawan juga bukan sikap yang salah, asal dilakukan secara elegan. Jadilah orang yang berani menolak pekerjaan di luar batas kemampuan. Jelaskan jika kamu juga memiliki sisi keterbatasan dan waktu yang harus dihargai. Sangat disayangkan jika menyelesaikan suatu pekerjaan tapi membuat prioritas yang lain dikorbankan.
2. Mengambil sikap klarifikasi saat ada yang tidak sesuai

Banyak hal tidak terduga yang terjadi di lingkungan kerja toksik. Berbagai gosip miring membuat kamu ingin mengumpat. Tapi tahanlah sejenak, karena kamu bisa memberikan bentuk perlawanan dengan cara yang lebih elegan. Pastinya mampu mematahkan anggapan miring yang menyebar.
Salah satunya dengan mengambil sikap klarifikasi saat ada yang tidak sesuai. Sertakan bukti yang kuat jika informasi yang beredar tidak bisa dipertanggungjawabkan. Kemudian, jelaskan lebih lanjut mengenai kebenarannya. Perlawanan seperti ini membuat rekan kerja toksik berpikir ulang saat mau melakukan perbuatan serupa.
3. Berani menegur seseorang yang mencoreng nama baik secara langsung

Bagaimana rasanya bertahan di lingkungan kerja toksik? Pengalaman apa saja yang sudah kamu dapat? Pastinya akan berhadapan dengan pengalaman kurang menyenangkan. Tidak jarang nama baikmu jadi tercemar karena ulah beberapa pihak tidak bertanggung jawab.
Melakukan perlawanan juga bukan sikap yang salah. Sebagai manusia, kamu memiliki hak untuk membela diri saat merasa dirugikan. Jika seseorang mencemarkan nama baik secara langsung, berikan teguran saat itu juga. Jelaskan perbuatan yang dilakukan bertentangan dengan kebenaran. Dan kamu bisa mengambil sikap lebih tegas karena merasa dirugikan.
4. Ketegasan terkait batas privasi

Lingkungan kerja seharusnya tidak menyinggung ranah privasi seseorang. Seperti membahas latar belakang keluarga, kepercayaan yang dianut, atau membahas hubungan spesial. Tapi lingkungan kerja toksik tidak mengenal aturan ini. Dengan mudahnya menyinggung ranah privasi seseorang dan memaksa untuk mengetahuinya.
Jika kamu merasa batas privasi terancam, tunjukkan sikap perlawanan. Jelaskan jika urusan detail tentang latar belakang keluarga, kepercayaan dan adat istiadat yang dianut, serta hubungan spesial bukan bagian dari lingkup pekerjaan. Itu adalah kehidupan pribadi dan kamu tidak mengizinkan seorangpun ikut campur di dalamnya.
5. Berani menegur sikap tidak profesional yang ditujukan kepada dirimu

Memilih bertahan di lingkungan kerja toksik pada kenyataannya menguras emosi. Apalagi mendapati sikap tidak profesional yang tertuju pada dirimu. Mereka bersikap kurang layak bukan karena alasan kinerja atau kompetensi. Tapi karena penilaian subjektif yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Jika memang kamu merasa dirugikan karena ulahnya, harus memiliki keberanian menegur. Kamu berhak membela diri saat diperlakukan tidak layak. Bagaimanapun juga, lingkungan dunia kerja harus memiliki beberapa etika. Dan sikap tidak profesional sudah termasuk melanggar etika tersebut.
Sikap diam dan mengalah bukan langkah yang tepat saat kamu terjebak di lingkungan kerja toksik. Beberapa bentuk perlawanan tetap bisa diberikan, asal tidak kalah terpancing emosi. Sesekali orang harus tahu jika kamu adalah individu yang tidak bisa direndahkan. Tidak selamanya mereka bisa berbuat semena-mena.