Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Tips Cegah Burnout pada Penulis, Pekerjaan yang Menguras Pikiran

ilustrasi penulis (pexels.com/Bruno Cervera)

Burnout merupakan kondisi kelelahan psikis yang luar biasa dalam kaitannya dengan pekerjaan yang ditekuni. Pada dasarnya, semua orang bisa mengalami hal ini. Namun, pekerjaan yang menuntut banyak berpikir lebih mudah bikin burnout. Salah satunya penulis yang harus setiap hari memikirkan ide tulisan.

Apalagi jika kamu bekerja dengan sistem target dan tenggat. Dirimu mempunyai target tulisan yang mesti dihasilkan setiap harinya serta batas akhir pengerjaannya. Melakukannya dari hari ke hari selama sekian tahun dapat membawamu ke kondisi burnout. Jika ini terjadi, kamu kesulitan untuk memikirkan ide apa pun apalagi membuatnya menjadi tulisan yang apik. 

Bahkan dirimu dapat merasa seperti tidak ingin lagi bekerja sebagai penulis. Kamu merasa muak dan berpikir bahwa pekerjaan selain menulis akan lebih baik untukmu. Keadaan ini berbahaya sebab bisa membuatmu kehilangan penghasilan sekaligus belum tentu dirimu bakal lebih berkembang di bidang yang berbeda. Agar menulis selalu terasa menyenangkan untukmu, cegah burnout dan beban mental berlebihan dengan enam tips berikut.

1. Libur total dari kegiatan menulis setidaknya sehari dalam sepekan

ilustrasi penulis (pexels.com/Los Muertos Crew)

Kebanyakan penulis bekerja dari rumah. Tidak ada waktu kerja yang pasti dan ini bisa menjebakmu dalam kehidupan yang tak pernah lepas dari pekerjaan. Kalau kamu benar-benar kuat menjalani bahkan menikmatnya, silakan saja. Namun, idealnya setiap orang memerlukan libur dari rutinitasnya.

Apalagi aktivitas harian itu melelahkan pikiran seperti keharusan buat penulis terus berkarya. Tanpa hari libur sama sekali, kelelahanmu selalu bertambah. Nanti ada waktu ketika kamu tak mampu lagi menanggung beban kelelahan tersebut. Sesuatu yang awalnya tidak terlihat berbahaya ternyata dapat membuatmu kehilangan semangat serta kemampuan menulis.

Liburlah 1 atau 2 hari dalam seminggu setelah hari-hari lainnya kamu sepenuhnya menulis. Ini akan mengurangi ketegangan pikiran yang sudah setiap hari dipusatkan ke ide-ide tulisan yang menarik dan cara mengulas yang tidak basi. Membaca tanpa hari libur masih lebih mudah daripada menulis 7 hari dalam sepekan.

Membaca tinggal menikmati isi bacaan yang tersaji, sedangkan menulis berarti menciptakan tulisan sesempurna mungkin. Wajar kalau kamu kecapekan. Baik memforsir fisik maupun pikiran sama buruknya. Sama seperti sistem teknologi, pikiran juga perlu maintenance secara berkala.

2. Tidak libur, tetapi ada hari-hari dengan target tulisan lebih sedikit

ilustrasi penulis (pexels.com/Mikhail Nilov)

Namun, orang yang terbiasa bekerja dari rumah terkadang sulit sekali untuk mengikuti aturan 1 atau 2 hari libur dalam sepekan. Tidak sama dengan pekerja kantoran yang dapat otomatis mengikuti tanggal merah atau kebijakan tempat kerjanya mengenai waktu libur. Orang yang selalu WFH seperti penulis malah bisa merasa bosan serta hari bahkan dirinya kurang berguna jika libur sehari penuh.

Kalau kamu tipe penulis yang seperti ini, memaksakan libur mungkin malah bikin stres. Solusinya adalah meniadakan libur, tetapi tidak menerapkan target yang sama setiap hari. Sebagai contoh, dari hari Senin sampai Jumat dirimu mengejar target 3 artikel per hari. Di Sabtu dan Minggu, targetmu menurun menjadi 2 artikel saja per hari.

Sisa waktu yang lebih banyak daripada hari-hari lain dimanfaatkan untuk bersantai. Senin kamu akan kembali siap dengan target 3 artikel per hari. Apabila target tulisan dibuat terlalu kaku selama seminggu penuh, di minggu kesekian dirimu bakal kesulitan memenuhinya akibat kelelahan. Tidak berhenti sampai di situ, kamu juga akan kesal pada diri sendiri lantaran merasa gagal.

3. Punya teman di luar penulis dan editor

ilustrasi penulis (pexels.com/RDNE Stock project)

Sesama penulis dan editor tentu menjadi circle terdekatmu. Tidak mudah untukmu secara bertahap masuk ke lingkungan penulis dan editor. Oleh sebab itu, hubunganmu dengan mereka harus senantiasa terjaga. Akan tetapi, jangan membatasi pergaulanmu cuma dengan mereka. 

Lingkaran pergaulanmu juga mesti diperluas agar duniamu tidak berkutat di situ-situ saja. Kamu sedang lelah memikirkan tulisan dan setiap bertemu mereka juga membahas dunua kepenulisan. Awalnya ini menghiburmu, tetapi lama-kelamaan malah membosankan. Kehidupan sosialmu perlu diseimbangkan oleh kehadiran teman-teman dengan beragam latar belakang pekerjaan.

Interaksimu dengan mereka menjadi jauh lebih berwarna. Ketika dirimu jenuh dengan aktivitas menulis, kalian dapat membicarakan hal-hal lain yang sama sekali berbeda. Ini mempercepat pikiran segar kembali dan kamu siap untuk menulis lagi. Pun pertemanan dengan orang yang beragam membantu mengembangkan wawasan yang berpengaruh ke tulisan-tulisanmu.

4. Mengenali penyebab burnout

ilustrasi penulis (pexels.com/Tim Samuel)

Burnout kerap dikaitkan dengan beban kerja yang berlebihan. Akan tetapi, psikis manusia tidak hanya dipengaruhi oleh satu hal. Berbagai hal bercampur aduk dalam pikiran dan membuatmu kelelahan. Sebagai contoh, meski pekerjaan menulis menyita pikiran, sebenarnya kamu sudah piawai dalam menangani target tulisan.

Dirimu mampu membagi waktu untuk setiap materi dan target itu terpenuhi tanpa kesulitan yang berarti. Namun,  burnout masih dapat terjadi dipicu oleh berbagai hal. Misalnya, ketika kamu melakukan riset untuk sebuah artikel sering tanpa sadar keasyikan. Ibaratnya, dirimu seharusnya cukup mengambil air satu ember, tetapi malah menimba air sampai satu bak.

Riset sedalam ini berguna buat menambah wawasan. Akan tetapi, bila dilakukan di waktu yang gak tepat sama dengan membuang-buang energi yang semestinya dapat segera dipakai untuk menulis. Penulis juga bisa lebih gampang burnout jika mendengar pesimisme penulis lain. Misalnya, tentang masa depan penulis dan pendapatannya yang kerap dianggap rendah.

Maka penting untukmu membatasi apa yang perlu didengar. Tidak semua penulis akan membawamu ke iklim pertemanan yang baik. Walau kalian saling mengenal, condonglah ke penulis-penulis yang mampu menularkan energi positifnya padamu. Kamu akan lebih nyaman dalam bekerja dan merasa puas dengan pilihan hidupmu sebagai penulis.

5. Mengambil pesanan tulisan semampunya

ilustrasi penulis (pexels.com/Mikhail Nilov)

Ketika kamu sudah menulis lebih dari sekadar hobi melainkan sumber pendapatan, menulis atas permintaan berbagai pihak merupakan hal biasa. Banyak website yang memerlukan penulis artikel. Jumlah artikel yang dibutuhkan serta tema yang beragam tidak bisa dipenuhi oleh beberapa orang saja.

Ini menjadi peluang bagus untukmu menggunakan keahlian di bidang menulis. Pesanan tulisan merupakan ladang cuanmu. Namun, selektiflah dalam mengambil tawaran kerja sama. Pahami tingkat kerumitan artikel yang diminta, jumlah kata, dan tenggat waktunya.

Jangan menyamakan beban menulis artikel ringan dengan artikel yang lebih kompleks dan perlu memeriksa banyak sumber. Untuk artikel ringan yang ditulis berdasarkan pengalamanmu saja, kamu mengerjakan 3 sampai 4 artikel per hari masih mampu. Akan tetapi, menggarap artikel berat yang harus akurat sesuai data dan penelitian terkini tentu mesti lebih hati-hati.

Tak apa-apa dirimu mengambil pesanan artikel sulit 1 atau 2 saja untuk tenggat yang dekat. Dengan catatan, honornya juga lebih tinggi dari artikel ringan. Dengan cara ini, artikel pesanan bisa diselesaikan tepat waktu serta target pendapatanmu tetap tercapai meski mengambil lebih sedikit tawaran. Pikiran pun gak kewalahan sampai terjadi burnout.

6. Menyenangkan diri dengan uang hasil menulis secara bijak

ilustrasi penulis (pexels.com/Meruyert Gonullu)

Orang yang mengalami burnout membutuhkan tiga hal, yaitu rehat, hiburan, dan kesadaran penuh akan tujuan dari apa yang dikerjakan. Rehat dapat terpenuhi dengan mengatur waktu kerja serta libur. Kesadaran penuh atas tujuan diraih dengan dua cara. Pertama, menjernihkan pikiran dan menemukan kembali alasanmu menjadi seorang penulis.

Ini mungkin bukan semata-mata tentang mencari uang, tetapi juga menyuarakan banyak pendapatmu melalui tulisan. Cara yang kedua beririsan dengan hiburan, yaitu menggunakan uang yang diperoleh dari menulis. Kamu barangkali punya tujuan finansial tertentu bermodalkan pendapatan dari menulis. 

Misalnya, menulis bukan satu-satunya pekerjaanmu. Dari pekerjaan utamamu sebagai karyawan, kamu mencukupi kebutuhan sehari-hari. Sementara itu, uang hasil menulis sepenuhnya ditabung biar kelak dapat dipakai buat DP rumah dan berlanjut ke cicilannya. Rencana ini bagus.

Akan tetapi, terlalu lama tak merasakan hasil kerjamu secara nyata akan membuatmu mudah kelelahan dan bosan dalam menjalaninya. Kamu seperti dipaksa berpuasa dalam waktu yang begitu panjang demi tujuan finansial itu tercapai. Lebih bijak untukmu tetap mencicipi uang hasil menulis secara bijak dan sisanya ditabung. Dirimu akan merasa senang, puas, serta sadar bahwa aktivitas menulismu sudah di level menghasilkan uang. Bukan sebatas hobi.

Penulis yang mengalami burnout mesti segera mengatasinya. Bila tidak, kemampuan berpikir kreatif serta semangat berkarya dapat lenyap seluruhnya. Sayang sekali kalau rekam jejakmu yang sudah cukup panjang di dunia menulis akhirnya terhenti oleh  burnout. Sebisa mungkin cegah hal ini terjadi padamu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us