Amelia Solekha, Tergugah Menulis Sejarah yang Jarang Diketahui Orang  

Ternyata pertemuan Amelia dengan IDN Times diawali dengan ketidaksengajaan. Awalnya, perempuan lulusan Bina Sarana Informasi (BSI) jurusan Broadcasting tersebut sedang hobi mengikuti lomba menulis puisi dan cerpen. Hingga akhirnya, pada Desember 2017, ia melihat kompetisi menulis #MAHAKARYAAYAHIBU di platform ini. 

Setelahnya, ia mencoba mengulik lebih lanjut tentang IDN Times dengan membaca segala artikel yang dipublikasikan. Amelia mengaku bahwa ia kemudian tergiur untuk menjadi Community Writer karena tulisan di platform ini tidak membosankan dan ada keuntungan menjanjikan ketika artikel berhasil terbit. 

"Pertama kali, tidak ada rasa minder sama sekali. Intinya, aku fokus untuk mencoba dahulu. Urusan ditolak, gagal, atau tidak mampu, itu belakangan," katanya saat dihubungi oleh IDN Times, Jumat (6/8/2021). 

Tulisan yang pertama kali ia submit di IDN Times dan langsung berhasil terbit adalah "Inilah 10 Novel Terpopuler di Tahun 2017". Dirinya memang mengaku tertarik dengan fiksi saat itu dan menulis tentang apa yang ia sukai. Dengan keberhasilan di "lahan barunya" untuk berkarya, ia mengaku semakin semangat untuk submit artikel. 

Walaupun begitu, seperti yang disebutkan di atas, jalan Amelia tidaklah mulus. Setelah artikel pertamanya terbit, ia juga mengalami hal yang serupa dengan Community Writer lain, yaitu artikel yang pending, revisi, serta tertolak. 

Senyum pahit menghiasi wajah saat melihat belasan artikel berdiam diri di status pending selama berminggu-minggu. Apalagi hal ini ditambah dengan revisi yang terus berdatangan. Salah satu yang paling diingatnya adalah ia mendapatkan teguran karena tidak menuliskan sumber yang kredibel.

"Dari situ, aku mulai mendalami lagi sumber tulisan dan mencari sumber yang terpercaya. Lambat laun tulisan mulai menjadi bukit, meskipun banyak artikel yang masuk ke status pending dan rejected," kata perempuan yang lahir pada 10 Juni, 25 tahun silam itu. 

Dari total artikel yang pernah dikirimkan ke IDN Times, ia berhasil menerbitkan 438 tulisan. Sementara itu, jumlah yang ditolak adalah 59 dan artikel yang masih pending sebanyak 28. Walaupun begitu, ia mengaku bahwa fokus utamanya adalah terus menulis dan mencari cara untuk memperbaiki artikel bermodalkan pelajaran yang didapatkannya dari revisi. 

"Banyak banget (pelajaran yang bisa dipetik), yang tadinya tulisanku sangat berantakan, perlahan aku banyak belajar dan selalu memperbaiki tulisan agar lebih layak dibaca. Apalagi masuk Millennial of the Month bulan ini, aku merasa diapresiasi oleh IDN Times," imbuh Amelia. 

Sebelum menulis di IDN Times hingga awal bergabung, Amelia suka menulis fiksi, seperti puisi dan cerpen. Ia bahkan sempat menulis novel ketika masih duduk di bangku SMP dan SMK, lho. Kala itu, ia mengirimkan naskahnya ke sejumlah perusahaan publisher novel di Indonesia. 

Seiring berjalannya waktu, minat Amelia pun mulai bergeser. Di masa awalnya bergabung menjadi Community Writer IDN Times, ia banyak mengirimkan artikel untuk kanal Hype dan Life ke meja redaksi.

Artikel tersebut di antaranya adalah "Tegang dan Haru, 6 Film Petualangan dan Survival Ini Harus Kamu Tonton" dan "12 Film Original Netflix Terbaik Sepanjang 2018, Wajib Ditonton". Kedua artikel itu bahkan mendapat perhatian dari ratusan ribu pembaca.

Setelahnya, perempuan yang kini sibuk mengurus putra kecilnya tersebut seakan menemukan sebuah comfort zone baru, yaitu kanal Science. Lebih spesifiknya, ia terinspirasi untuk menulis tentang sejarah dunia. Dengan menekuni topik tersebut, ia ingin mengajak lebih banyak orang untuk belajar dari masa lalu. Sebab baginya, manusia tidak akan bisa berkembang tanpanya. 

Dari deretan artikel yang masuk ke meja redaksi IDN Times, sejarah tidak menjadi topik terfavorit untuk ditulis Community Writer. Alasannya jelas, itu bukanlah topik yang bisa disukai semua orang. Terlebih, perlu riset yang mendalam serta penuturan yang jelas untuk menyajikan artikel sejarah.

Nampaknya, hal ini justru menjadi tantangan untuk Amelia. Ia adalah salah satu Community Writer yang sering menulis tentang sejarah, khususnya di sejarah dunia. Kamu bisa cek sendiri di profil dirinya di IDN Times Community.  

Sejumlah topik menarik pernah ditulisnya. Mulai dari sejarah di lingkup jurnalisme, kehidupan masyarakat khususnya perempuan di masa lalu, peradaban kuno, peristiwa besar yang terjadi puluhan tahun lalu, hingga tokoh-tokoh terkenal. Beberapa di antaranya bahkan jarang diketahui oleh orang lain. 

"Justru karena banyak sejarah dunia yang jarang dibahas di tempat lain, itu kenapa aku rasa harus dibahas. Apalagi rasa penasaranku tinggi sama hal-hal yang asing dan tabu untuk dibicarakan," kata perempuan yang juga membuka jasa desain grafis sebagai sampingan ini. 

Amelia juga dikenal sebagai sosok yang selalu mengemas tulisannya dalam storytelling yang cukup panjang. Itulah caranya untuk menyampaikan informasi secara mendalam kepada para pembaca. Bahkan, ia mengaku bahwa semakin berat suatu topik bahasan, semakin tertantang pula dirinya. 

"Menurutku, semakin berat pembahasannya justru semakin membuatku tergugah, karena aku ingin berbagi pengetahuan sama teman-teman dan pembaca setia IDN Times," kata Amelia.

Salah satu artikelnya yang mendapatkan banyak perhatian dari pembaca berjudul "Dampaknya Besar, Inilah Tahun-Tahun yang Mengubah Sejarah Umat Manusia". Tulisan yang terbit pada Mei 2021 ini berhasil meraih 56 ribu pembaca. Ia mengemasnya secara runut hingga membentuk sebuah timeline di bagian listicle. 

Untuk menjadi seorang penulis yang meng-cover topik sejarah, perempuan yang menetap di Bogor, Jawa Barat ini mendapatkan inspirasi dari banyak hal. Namun, karya orang lain dalam bentuk artikel dan buku adalah dua sumber utamanya. Menurutnya, tak ada batasan tertentu dalam mempelajari sesuatu. 

Semua orang punya alasan masing-masing untuk menulis. Begitu pula Amelia. Perempuan yang juga berkarya di blog pribadinya ini mengaku bahwa kegiatan ini adalah cara untuk melampiaskan perasaan yang tidak bisa diungkapkannya secara langsung. 

"Semakin dewasa, aku sepertinya semakin sulit menemukan lawan bicara yang bisa diajak berdiskusi terkait informasi dan keresahan dunia yang saat ini terjadi. Apalagi masalah dunia saat ini juga berhubungan dengan sejarah di masa lalu," jelasnya.

Itulah salah satu alasan yang mendasari kenapa Amelia Solekha tidak berhenti meluapkan pikirannya lewat tulisan. Sebab, melalui rangkaian kata-kata itulah, ia merasa bisa "berdiskusi" dengan orang lain. Terlebih, menulis artikel sejarah membuat banyak jendela terbuka. Ia jadi mengetahui hal-hal yang sebelumnya asing untuknya. 

Bagi Amelia, ia berharap agar generasi muda seperti dirinya selalu berani menggali bakat terpendam masing-masing. Kuncinya adalah dengan terus konsisten, tidak pernah lelah untuk belajar, serta mengasah diri. 

"Semua butuh proses agar kita mendapatkan hasil yang terbaik. Seperti saat kita menanam tanaman, dimulai dari benih dahulu. Jika akar tanamannya baik, pasti pohonnya akan berbuah manis," begitulah kata Amelia saat menutup pembicaraan. 

Lika-liku dalam berkarya tentu selalu ada. Namun, terlepas dari bidang apa pun yang sedang kamu tekuni, Amelia mengatakan bahwa jangan pernah lelah untuk mengasah keterampilan. Sebab, negara kita membutuhkan lebih banyak anak muda yang produktif di bidang yang beragam.