Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Penyebab Utama Ingin Berhenti Bekerja Lepas

ilustrasi freelancer (pexels.com/Laker)

Sudah berapa tahun kamu menjalani pekerjaan sebagai freelancer? Mungkin tadinya ini merupakan pekerjaan impianmu dan dirimu pernah merasa puas sekali dalam melakoninya. Namun, seiring waktu pandangan bahkan keputusanmu dapat berubah mengikuti situasi hari ini.

Bukannya hendak menambah terus jam terbangmu sebagai pekerja lepas, kamu malah ingin mengakhirinya. Di masa kerja yang kesekian tahun, dirimu merasa pekerjaan ini tidak menarik lagi. Malah menjadi sumber stresmu bahkan konflikmu dengan orang terdekat seperti pasangan serta orangtua.

Kamu bisa sampai di titik berubah membenci pekerjaan freelance serta malu dengan keputusanmu dulu. Seakan-akan dirimu terlalu polos ketika membayangkan sisi enaknya bekerja tanpa ikatan. Tapi setelah kamu menggelutinya cukup lama, tujuh hal berikut mendorongmu untuk ingin berhenti bekerja lepas dan mencari pekerjaan tetap dengan amat serius.

1. Pendapatan gak pasti, pengeluaran rutin

ilustrasi freelancer (pexels.com/Anete Lusina)

Di pekerjaan apa pun, keinginan untuk berhenti paling banyak dipengaruhi oleh soal uang. Ini bukan pemikiran yang dangkal karena hidup memang butuh uang. Bahkan cukup banyak uang dan mesti ada secara berkesinambungan. Orang masih memerlukan uang dari lahir sampai meninggal dunia.

Sedang dengan kamu menjadi freelancer, aliran uangmu serba tidak pasti. Dari segi jumlah, penghasilanmu bulan ini dengan bulan kemarin tak sama. Kadang dirimu memperoleh banyak uang, tetapi tak jarang nominal yang bisa dikumpulkan per bulannya amat kecil. Waktu pencairannya juga belum tentu semuanya bisa segera.

Tapi baik ketika penghasilanmu banyak atau sedikit, kebutuhan hidup terus berjalan. Bahkan naiknya harga sejumlah kebutuhan tidak menunggu honor-honormu cair. Ketidakpastian apalagi terkait penghidupan menaikkan tingkat stresmu yang ditandai dengan kecemasan terus-menerus.

2. Susah cari job

ilustrasi freelancer (pexels.com/Skylar Kang)

Kalau kamu bekerja kantoran, tugas-tugas gak perlu dicari. Setiap hari sudah ada tumpukan pekerjaan yang mesti dibereskan. Akhir atau awal bulan dirimu memperoleh gaji. Namun, pekerja lepas tidak bisa seperti ini. Setiap pekerjaan mesti dicari sendiri dengan susah payah.

Jangankan freelancer pemula, yang sudah senior pun tetap dapat mengalami masa-masa sepi job. Mending jika cuma 1 atau 2 bulan. Apabila lebih dari itu, pikiran rasanya gak keruan. Dirimu takut kondisi seperti ini berlangsung lebih lama. Kamu sudah mencoba menawarkan keahlian pun seakan-akan tidak ada yang membutuhkannya.

3. Koneksi yang terbentuk gak sekuat di pekerjaan kantoran

ilustrasi koneksi kerja (unsplash.com/krakenimages)

Untuk menarik rezeki, dirimu perlu membangun koneksi dengan orang-orang. Lebih banyak kenalan dan kuatnya hubungan kalian kian baik untukmu. Siapa tahu dari mereka, dirimu memperoleh pekerjaan. Secara teori sih, mudah untuk memperluas koneksi.

Seperti dengan bersikap ramah pada semua klien dan rutin menghubungi supaya mereka selalu mengingatmu. Kenyataannya tak segampang ini. Dari mereka sendiri terkadang malas berhubungan lagi denganmu apabila urusan kalian sudah selesai. Berbeda dengan jika dirimu bekerja di sebuah kantor.

Kamu tidak hanya membawa nama pribadi. Tapi juga nama kantor dan reputasinya selama ini. Jauh lebih mudah untuk siapa pun mengingatmu dan tempat kerjamu. Kepercayaan serta rasa hormat mereka padamu secara umum lebih tinggi ketimbang saat kamu hanya bekerja sendirian.

4. Pandangan negatif orang lain bikin gak percaya diri

ilustrasi freelancer (pexels.com/Oleksandr P)

Kamu yang gak bisa mengabaikan suara sumbang orang-orang tentang statusmu sebagai freelancer makin lama hanya akan makin tertekan. Pikirmu dulu, mereka bakal berhenti berkomentar miring setelah dirimu terus menekuninya. Ini menunjukkan keseriusanmu terhadap dunia freelance.

Namun sekalipun kamu berdaya secara finansial, rupanya sejumlah orang terus menganggapmu masih menganggur atau menyia-nyiakan kesempatan bekerja secara tetap. Mereka juga menakut-nakutimu tentang masa depan. Ketika kepercayaan dirimu sebagai pekerja lepas sudah berada di titik terendah, berhenti melakukannya dan beralih ke kerja kantoran menjadi jalan penyelamatanmu.

5. Gak ada jaminan apa-apa ke depannya

ilustrasi freelancer (pexels.com/William Fortunato)

Keinginan menyudahi statusmu sebagai freelancer juga dapat muncul karena kecemasan akan masa depan. Tak seperti pekerja di sebuah kantor, kamu gak punya jaminan apa-apa. Memang berbagai jaminan masa depan termasuk kesehatan dan dana pensiun yang diperoleh karyawan juga banyak berasal dari gaji mereka sendiri yang dipotong.

Namun, setidaknya ada pihak yang secara rutin melakukan pemotongan sehingga lebih tertib. Sementara sebagai pekerja lepas, dirimu harus benar-benar disiplin menabung jika menginginkannya juga. Ini dapat menjadi kian sulit apabila rata-rata penghasilanmu sebagai freelancer masih rendah.

Tanpa terasa, kamu sudah bekerja lama tapi belum menyiapkan apa-apa buat masa depan. Walau semangat kerjamu tinggi, dirimu tentu perlu mengantisipasi masa-masa ketika kamu tak mampu lagi mencari uang. Dirimu ingin pekerjaan tetap yang lebih memberikan rasa aman akan masa depan, termasuk setelah kamu pensiun.

6. Desakan pasangan

ilustrasi freelancer (pexels.com/Kamaji Ogino)

Cinta dan keinginan pribadi terkadang juga tidak bisa disatukan dengan mudah. Secara pribadi, kamu merasa baik-baik saja bahkan menikmati kerja lepas. Dilihat dari segi penghasilan pun tidak ada masalah. Akan tetapi apabila pasangan menginginkan dirimu buat bekerja tetap, kamu dapat sulit menolak.

Terlebih jika perkara freelancer atau karyawan tetap itu bakal menentukan arah hubungan kalian. Jangan-jangan dia minta putus atau menolak lamaranmu kalau dirimu tetap saja bekerja lepas. Walau berat, kamu mungkin akan memilih mengikuti keinginannya. Cari jodoh mulai dari nol lagi terasa gak masuk akal untuk usiamu sekarang dan sulitnya cinta tumbuh di hatimu.

7. Setelah berumah tangga dan punya anak, pendapatan gak cukup

ilustrasi freelancer (pexels.com/Ofspace LLC, Culture)

Berkeluarga dan pengeluaran yang berlipat benar adanya. Apalagi dengan posisi kamu sebagai pencari nafkah utama atau malah satu-satunya. Saat dirimu masih lajang, pendapatan dari pekerjaan lepas cukup-cukup saja. Bahkan termasuk berlebih sehingga kehidupanmu nyaman. 

Ketika kamu agak sepi job pun, dirimu masih dapat hidup layak dari simpanan pendapatan sebelumnya. Namun setelah kamu menikah dan memiliki beberapa anak, situasinya bisa berubah total. Penghasilan yang sama tidak lagi mencukupi.

Pun begitu kamu sepi pekerjaan, kehidupan terasa paceklik. Jika dirimu hanya memikirkan diri sendiri, mungkin kamu akan berkeras tetap menjalani pekerjaan lepas. Namun dengan tanggung jawab atas nafkah pasangan dan anak-anak, kamu rela keluar dari zona nyamanmu sebagai freelancer.

Kalau kamu gak kuat dan ingin berhenti bekerja lepas, jangan memaksakan diri. Bahkan sekalipun dulu kamu sangat membanggakannya dan menentang keras nasihat buat menjadi karyawan saja. Sama seperti seandainya dirimu benar-benar tertekan sebagai karyawan, carilah alternatif lain untuk memperoleh penghidupan. Agar baik uang maupun kebahagiaan sama-sama didapatkan secara seimbang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us